Sabtu, 15 Oktober 2011

Wawancara Psikologi Agama Berbagai fase Perkembangan


1.    Masa Anak Pra Sekolah
Pada suatu malam, Fida yang ketika itu berusia  4 tahun, seperti biasa sebelum ia tidur maka ayahnya akan mendongengkan cerita-cerita padanya. Cerita-cerita yang diceritakan ayahnya bermacam-macam, terkadang ayahnya akan menceritakan kisah-kisah binatang, kisah hantu, atau kisah-kisah Nabi. Namun kali ini ia akan mendengarkan kisah Nabi Yusuf a.s. Sang ayah biasanya kan memulai kisahnya sambil tidur di samping si anak. Ceritanya sbb:
Ayah : Nak, Nabi Yusuf adalah anak dari nabi Yakub a.s. suatu hari Yusuf berkata kepada ayahnya “wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, ku lihat semuanya bersujud kepada ku”. Lalu ayahnya Yusuf yakni Nabi Yakub berkata, “janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu”. Kemudian ayahnya menjelaskan bahwa mimpi tersebut adalah pertanda bahwa  Allah akan memilih kamu menjadi nabi, dan kamu akan diajarkan bagaimana membaca rahasia mimpi oleh tuhanmu, sebagaimana yang diperoleh kakek dan ayah kakekmu yakni Ibrahim dan Ishak.
Anak   :  Ko Nabi Yakub bisa tahu?
Ayah :   Nabi Yakub kan seorang nabi, seorang nabi kan dekat dengan Allah, jadi nabi Yakub bisa melihat tanda-tanda bahwa anaknya Yusuf akan dipilih oleh Allah menjadi seorang nabi nantinya.
Anak  :   O.. terusin yah ceritanya
Ayah :  Nabi Yakub memiliki beberapa anak, namun Yusuf dan Benyamin lah yang paling ia sayangi, karena mereka baik dan penurut serta selalu taat pada orangtua. Hal itu membuat kakak-kakaknya yang nakal merasa iri kepadanya. Akhirnya saudara-saudaranya yang lain itu menyusun rencana untuk mencelakai Yusuf. Mereka merencanakan akan mencelakainya dengan memasukkannya ke dalam sumur. Saudara-saudaranya pun meminta izin kepada ayahnya untuk mengajak adiknya Yusuf untuk bermain-main ke hutan. Nabi Yakub tidak mengizinkannya, karena ia khawatir akan keselamatan Yusuf, dan bahaya di hutan. Dengan terus dirayu, dan ucapan  janji dari kakak-kakaknya untuk tetap menjaga adiknya, maka akhirnya Yakub mengizinkan. Di tengah hutan Yusuf disuruh melapaskan bajunya dan kemudian ia diajak bermain ke dekat sumur. Saat itulah kakak-kakaknya mendorongnya ke dalam sumur. Sebelum mereka pulang, baju Yusuf dilumuri oleh darah binatang, dan barulah ia kembali kerumah. Saudara-saudaranya datang mengahadap ayahnya sambil menangis, dan mereka mencerotakan bahwa ketika mereka bermain, datanglah seekor serigala dan menerkam Yusuf, mereka sudah berusaha menyelamtakan tapi sia-sia dan mereka berlari-lari ke rumah. Nereka pun memberikan baju yang dipakai Yusuf yang telah robek-robek dan dilumuri darah palsu sebagai bukti kejadian yang mereka ceritakan.
Anak : Jadi kakak-kakanya bohong dong, terus ayahnya marah g Yah?
Ayah : Iya mereka berbohong, tapi Nabi yakub a.s itu adalah nabi yang terkenal akan kesabarannya dan ia tahu bahwa ia tidak dapat melawan takdir, ia tidak memarahi anaknya, namun ia merasa sangat sedih kehilangan anak yang baik dan ia sayangi itu. Setiap hari ia selalu menangis, hingga matanya pun menjadi buta.,
Anak :  terus nabi Yusufnya beneran mati Yah?
Ayah :  tidak Nak. Atas seizin Allah, Nabi Yusuf selamat. Tak beberapa lama setelah ia didorong ke sumur oleh saudara-saudaranya, dan ditinggal pergi, datanglah sekelompok orang yang sedang dalam perjalanan, lalu diantara mereka ingin mengambil air, dan menurunkan timbanya. Dan ketika ingin menimba, ia terkejut melihat ada seorang pemuda di dalam sumur, dan ia pun menariknya ke atas. Dan sesuai kebiasaan zaman dahulu, bahwa barang atau manusia yang ditemukan bisa dijual kepada yang lain. Maka dijuallah pemuda yang ditemukannya itu oleh seorang raja di Mesir yang bernama Al-Aziz. Dan Yusuf pun diasuh olehnya dan isterinya yang bernama Zulaikhah. Yusuf tumbuh menjadi anak yang cerdan dan tampan. Ketampanannya tiada yang menandingi.
Anak :   berarti wajahnya ganteng banget ya Yah?
Ayah :  ia nak, Nabi Yusuf itu sangat tampan, sampai-sampai ibu yang mengasuhnya, yaitu isteri raja Al-Aziz yang bernama Zulaikhah jatuh cinta padanya. Zulaikhah walaupun sudah berumur tapi ia sangatlah cantik di negerinya saat itu. Ia pernah menggoda Yusuf dan menguncinya di dalam kamar, dan ketika itu Yusuf berlari menuju pintu hingga bajunya di bagian belakang pun menjadi robek, dan ketika ia ingin membuka pintu, ternyata raja Al-Aziz berada di depan pintu. Melihat anak angkatnya dan isterinya berada dalam satu kamar, ia merasa marah dan merasa dikhianati nak. Tetapi atas usul salah seorang saudaranya maka sang raja disuruh memeriksa, jika baju Yusuf yang robek ada dibagian depan maka Yusuflah yang menggoda isterinya, namun jika baju yang bagian belakang yang robek maka isterinyalah yang menggoda Yusuf. (dan Ayahnyapun menceritakan hingga si anak tertidur).
Dari pemaparan percakapan antara Fida Kecil dengan Ayahnya, maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan dalam hal sikap keagamaan anak pra sekolah. Dalam perkembangan agama pada masa pra sekolah terdapat karakteristik sbb:
ž  Dipengaruhi fantasi dan emosi
Hal ini dapat dilihat dari
ž  Bersifat individual dan spontan
Cirri tersebut dapat dipahami dari pertanyaan-pertanyaan mengenai cerita nabi yang diutarakan oleh si anak kepada ayahnya, di mana pertanyaan tersebut langsung diutarakan oleh dan dari dirinya sendiri secara spontan (tanpa diawali oleh pemikiran dan penyusunan kalimat pertanyaan secara mendalam).
ž  Diliputi dongeng
Cirri tersebut dapat dipahami dari rasa senang si anak mendengarkan kisah Nabi (menyangkut pengetahuan keagamaan) melalui teknik cerita/dongeng. Dimana dengan teknik dan bahasa yang mudah dipahami dalam dongeng yang diceritakan tersebut si anak akan lebih mudah memahami kisah Nabi Yusuf.
ž  Konsep agama sangat sedikit
Cirri tersebut dapat dipahami, dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari si anak yang hanya berupa reaksi dari cerita yang dikisahkan sebelum pertanyaan itu muncul, bukan pertanyaan yang muncul di luar konteks cerita yang di dongengkan berdasarkan pengetahuan awalnya/ sebelumnya.
ž  Perhatian tertuju pada pemuka agama bukan pada ajaran
Cirri tersebut dapat dipahami dari motivasi awal si anak yakni ingin dibacakan cerita sebelum tidur oleh ayahnya, karena ia senang dengan sosok Ayahnya yang setiap malam membacakan cerita untuknya. Barulah karena cerita yang dikisahkan adalah Nabi Yusuf, si anak dapat memahami konsep Nabi Yusuf secara sederhana.
Selain itu dalam percakapan tersebut kita dapat memahami sifat keagamaan pada masa pra sekolah, yakni sbb:
ž  Kurang mendalam/tanpa kritik (unreflective)
Yakni kebenaran yang mereka terima tidak begitu mendalam, sehingga mereka cukup sekedarnya saja dan mereka sudah merasa puas dengan keterangan yang kadang-kadang kurang masuk akal. [1]Hal ini dapat terlihat dari pertanyaan si anak yang kemudian dijawab oleh si ayah, namun si anak tidak menanyakan kembali secara lebih mendetail, dan langsung menerimanya meskipun mungkin ia tidak terlalu paham.
ž  Egosentris
ž  Antromorphis
Yakni, pada umumnya konsep mengenai agama pada anak berasal dari hasil pengalamannya di kala ia berhubungan dengan orang lain yang tampak jelas dalam konsep-konsep kemanusiaan. Hal ini dapat terlihat melalui pemahaman si anak bahwa nabi Yusuf itu sangat tampan sebagaimana manusia laki-laki yang pernah ia lihat,
ž  Verbalis
Yakni, kehidupan agama pada anak-anak sebagian besar tumbuh mula-mula secara verbal (ucapan). [2]Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat keagamaan/ memahami pengetahuan yang diawali dengan bahasa verbal orang-orang disekitarnya. Hal ini dapat terlihat di mana si anak mencoba memahami nabi Yuusuf dalam bahasa verbal yang ditampilkan Ayahnya.
ž  Rasa heran
Yakni rasa kagum anak yang merupakan tanda dari sifat keagamaan pada anak.[3] Hal ini dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dai si anak sebagai reaksi rasa penasaran sekaligus kagum pada tokoh Nabi yusuf yang diceritakan.

2.    Masa Anak Sekolah
Pada suatu malam ketika hendak tidur adik Fida yang bernama Salia (6tahun/ kelas 1 SD)  kala itu sedang berada di kamar dan sam-sama terbaring dan hendak tidur melakukan percakapan sbb:.
PERCAKAPAN I
Fida    :  Seli Di sekolah sama pak guru agamanya sudah diajarin apa saja?
Salia   :  Seli udah belajar surat Al-Fatihah, Al-Falaq, belajar doa mau makan, mau tidur,
Fida    :   Coba mbak tes ya, coba kalau doa mau makan sama mau tidur ?
Salia : Bismillahirrahmanirrahim, Allahumma Barik lana fiima razaktana wakina adzabannar, itu tadi doa mau makan, kalau doa mau tidur Bismika Allahumma Ahya Wabismika Amut, Amin. Yang artinya Ya Allah dengan menyebut namamu aku hidup dan aku mati.
Fida   :   Kalau doa untuk kedua orang tua pak guru ngajarinnya disuruh baca apa sel?
Selia :  Pak guru ngajarinnya sama aja kaya yang diajarin Bu guru aku di TPA, gini Rabbighfirlii waliwalidayya Warhamhuma kama Rabbayani Shaghira, Amin. Artinya Ya allah ampunilah dosa-dosa ku dan dosa-dosa kedua orangtuaku sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil.
Fida  :  Yah Seli emang doa untuk kedua orang tua kan emang sama aja setahu mbak. O ya Sel kamu udah belajar Syahadat kan? Waktu di tempat les, mbak aja udah ngajarin syahadat sama murid mbak. Coba kalau syahadat artinya apa?
Selia  :  Udah mbak, syahadat itu artinya persaksian mbak
Fida   :  Syahadat ada berapa Sel, terus bagaimana bunyinya?
Selia : Syahadat ada dua, ini mbak yang bunyinya em depannya aku lupa, apa deh mbak?
Fida   : Asyhadu….
Selia : o… Ashadu alla Ila ha Illallah, terus  Waashadu Anna Muhammada rrasulullah. ARTINYA aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah. O iya mbak kalau syahadat itu nama lainnya apa dah mbak?
Fida    : Nama lainnya? O Syahadatain bukan?
Selia  : Iya, Iya itu mbak aku lupa, o ya mbak aku juga udah diajarain rukun wudhu sama pak guru,
Fida   : Emang rukun wudhu ada berapa ya Sel?
Selia  : Ada enam.
Fida   : Terus apa aja?
Selia  : satu Niat, dua membasuh muka, tiga membasuh telapak tangan sampai siku, empat mengusap sebagian kepala, lima membasuh kaki sampai mata kaki, enam tertib. Hapalkan..
Fida : o… pinter, Seli kalau yang batalin wudhu tau g?
Selia : em… (ia terlihat berpikir)  itu kalau kena kuman, sama kotoran
Fida  : Masa si Sel? Bukan itu tau, emang pak guru ngajarinnya kaya gitu?
Selia : hehe  (ia tertawa) g si mbak aku belum diajarin, emang salah ya mbak?
Fida  : g tau deh, kayanya salah, ya udah nanti kalau belajar agama sama pak guru Tanya aja gini, Pak kalau yang batalin Wudhu apa ya? Gitu Sel. Ya udah sekarang tidur, besok kan seli sekolah.
Selia  : Nggak mbak besok aku kan libur, kemarin aku dikasih pengumuman dah aku tulis dibuku, Tanya aja mamah, mah aku besok kan libur ya?
Mamah : iya
Fida     : ko libur emang kenapa?
Selia  : orang kata bu guru Sri kelasnya dipakai ujian sama kelas lain.
Fida     : o, ya udah tidur yah, baca doa dulu
Selia   : Bismillahirrahmanirrahim, Bismika Allahumma Ahya Waismka Amut, Amin.

Keesokan harinya setelah Selia bangun ia langsung menuju ke kursi untuk mnonton tv, di situ ia kembali bertanya, dan vida berada di sampingnya yang juga sedang menonton TV
Selia : Mbak mbak kan syahadatain sama kaya syahadat emang apa artinya?
Fida  : Artinya Dua kalimat syahadat, jadi syahadat artinya persaksian dan tain itu artinya ada dua, jadi artinya ada dua persaksian yaitu persaksian bahwa tiada tuhan selain allah, dan  persaksian bahwa nabi Muhammad adalah utusaanya Alllah.
Selia : O,  jadi gitu ya
Dari pemaparan percakapan antara Fida dan adiknya, maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan dalam hal sikap keagamaan anak usia awal sekolah. Dalam perkembangan agama pada masa usia sekolah terdapat karakteristik sbb:
Ò  Lebih realistik
Pada masa ini, Ide Ke-Tuhanan (pengetahuan keagamaan) anak sudah mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realitas), yang timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang-orang dewasa lainnya.[4] Hal ini dapat dilihat dari percakapan di atas bahwa pemahaman keagamaan si adik itu benar (real) berdasarkan pengetahuan yang diajarkan  guru di sekolah, TPA,  orangtua  dan kakaknya.
Ò  Dipengaruhi lembaga agama atau orang tua
Hal ini dapat terlihat dari pengaruh bimbingan orang tua dan guru sehingga Seli dapat memahami konsep-konsep agama di atas.
Ò  Ide didasarkan pada logika
Ò  Tertarik untuk mempelajari
Hal ini dapat terlihat bahwa si adik dapat memahami konsep-konsep agama tersebut  karena ia tertarik untuk mempelajarinya dari guru. Selain itu ia juga mampu menanyakan pengertian Syahadatain dan hubungannya dengan syahadat yang dua sebagai bentuk pemikiran logika yang mulai berkembang.
Ò  Mengikuti kegiatan agama
Hal ini dapat dipahami, dari kegaiatan mengaji di TPA berpengaruh pada pemahaman dia mengenai doa kedua orang tua.
3.    Masa Remaja
sari adalah teman sekamarku, usianya 19 tahun,  suatu malam aku pun membuka obrolan kecil seputar masalah dia yang akhir-akhir ini sering lupa melalaikan membaca Qur’an.
Fida : Sari kamu ko belakangan ini suka jarang baca Qur’an kalau sehabis Shalat, ada apa?
Sari  : iya, da, habisnya akhir-akhir ini aku agak males, pulang kuliah sore, rasanya udah capek banget, belum lagi suka banyak tugas.
Fida : kan baca Qur’an itu bisa g terlalu lama. Baca beberapa ayat juga kamu bisa, yang penting dalam sehari usahakan jangan sama sekali g baca Sar.
Fida  : iya juga si Fid, tapi sepertinya semenjak aku punya pacar ni aku sering diajak jalan sama dia, jadi kadang-kadang pulangnya udah capek.  Atau nanti misalnya sudah mau niat baca Qur’an habis shalat, dia sms kalau g nelpon aku, jadinyaan kalau g nanti ujung-ujungnya smsan atau teleponan
Fida  : sari, berarti tandanya kamu belum bisa bagi waktu antara waktu untuk bersyukur dan dekat dengan Allah, dan waktu untuk urusan dunia mu. Aku kangen sama bacaan Qur’an mu lho Sar.
Sari  :  emang benar kata kamu Fid, akhir-akhir ini aku emang sering mentingin masalah dunia, waktuku tu kayanya habis buat urusan-urusan dunia yang g ada habisnya. Aku tu kayanya ke bawa sama nafsu buat ikut-ikutan pacaran segala. Bisnya Da, dulu aku tu g pernah pacaran, terus temen-temen kostan aku dulu banyak banget yang punya pacar, sampai aku dikenalin sama cowo’ aku yang sekarang, kayanya aku agak berubah, tapi aku dah terlanjur cinta. Bis menurut aku dia orang nya baik banget, dia juga suka bantuin aku kalau aku tugasnya numpuk. Ya deh mulai saat ini aku mau berusaha bagi waktu ku dengan lebih baik, tenang besok tipa habis shalat Shubuh sama maghrib aku baca Qur’an lagi Fid.
Fida  : nah, kalau kaya gitu aku setuju, kalau menurut aku si kamu pacaran boleh aja, tapi harus tau mana batasan-batasannya, aku tau kamu sudah paham banget soal itu. Jadi cinta sama makhluk tidak boleh lebih dari cinta pada Penciptanya kan Sar?
Sari  : ya, aku ngerti ko fida, insya allah akan aku coba memperbaiki diri.
Dari pemaparan percakapan antara Fida dan ayahnya, maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan dalam hal sikap keagamaan remaja awal. Dalam perkembangan agama pada masa remaja terdapat karakteristik sbb:
ž  Kelanjutan dari masa sebelumnya,
ž  Ide agama sejalan dengan kecerdasan
ž  Lahiriyah - batiniyah
ž  Interaksi dengan lingkungan
Hal ini dapat dipahami dari contoh percakapan diatas, bahwa Sari melakukan perubahan hidup beragamanya(tidak lagi membaca Al-Qur’an sehabis shalat) diakibatkan pengaruh interaksi dengan lingkungan teman sebaya, pacar, pengaruh kegiatan kuliah yang dianggapnya terlalu padat, dll). Hingga kemudian ia ingin kembali menata kehidupan keagamaannya setelah mendapat masukan dari lingkungan teman sekamarnya.
ž  Dipengaruhi sifat remaja
Hal ini dapat dipahami bahwa sifat remaja yang psikologisnya cenderung labil oleh pengaruh sekitar, seperti lingkungan pergaulan, yang menyebabkan Sari yang tadinya rajin membaca al-Qur’an seusai shalat menjadi melalaikannya.
ž  Fokus pada kebutuhan jiwa
Hal ini dapat dipahami, bahwa Sari merasa ia harus memperbaiki ibadah dan amaliah dunianya untuk kebutuhan cinta Ilahi dan Cinta makhluk lainnya.

Dalam masalah lain, saya pernah mengalami masa konflik dan keraguan prihal ajaran agama, hal ini terjadi ketika saya menginjak usia 17 tahun, yakni pada masa-masa awal saya masuk ke bangku kuliah. Hinga timbullah perbincangan kecil antara saya dan Ayah saya, diantara percakapannya sebagai berikut:
Ayah : (seusai makan malam, saya pun menonton tv di ruang tengah, lalu ayahku menghampiri dan turut duduk di kursi lain yang masih berdekatan dengan ku) Fida gimana kuliahnya  ada kesulitan ga?
Fida  :  o kuliah, kuliah ku lancar-lancar aja ko, Ayah, Ayah Cuma aku bingung deh kan waktu aku di kampus aku ikutan seminar ya, terus dalam seminar itu kan pesertanya diberi motivasi-motivasi untuk jadi mahasiswa yang smart, gaul tapi tetap beriman, tapi di salah satu acara dalam seminar iru ditampilin Video yang isinya mahasiswa-mahasiswa dibeberapai UIN/ PTAIN di Indonesia terutama di UIN Yogya yang pahamnya sudah menyimpang dari Islam, di sana bahkan ada kumpulan mahasiswa yang mengatakan kami bebas dari agama, kami cinta semua agama, bahkan ada pula kumpulan orang-orang yang menghina-hina Islam dengan nama-nama hewan. Di video itu terlihat ada mahasiswi-mahasiswi UIN Yogya yang g pake kerudung saling rangkul-merangkul satu sama lain dengan mahasiswa sambil mengatakan kami anti agama. Tempatnya sih kayanya masih di dalam kampus Yah. Aku bener-bener takut ngelihatnya, dan gak abis pikir aja ya, ko bisa ada mahasiswa yang berpikir sekuler seperti itu  yang padahal jelas-jelas menuntut ilmu di kampus yang berlebel Islam. Lalu dimana ya Ilmu-ilmu keislaman yang mereka pelajari selama ini, apa sudah hilang dibawa pengaruh kesesatan mereka. Terus Narasumber seminar itu ngejelasin kalau begitulah keadaan beberapa orang yang tersesat dengan rasionalitas mereka, tapi begitulah kenyataannya yang terjadi beberapa mahasiswa dalam kampus Islam yang divideokan. Lanjut beliau mengatakan bahwa mereka yang tersesat umumnya mencoba menyesuaikan antara ajaran agama yang ia anut dengan agama-agama lain, lalu mereka hubungkan dengan pemikiran rasio mereka yang terbatas, tapi mereka tetap tidak menemukan titik temu, yang akibatnya mereka ingin bebas dari ajaran-ajaran agama manapun atau menyatakan bahwa semua agama adalah benar, atau ada yang mengatakan bahwa Tuhan yang pasti itu tidak ada.  Kalau menurut Ayah gimana?
Ayah  :   menurut Ayah benar kata Narasumber Seminar itu, mungkin mereka tahu apa yang diajarkan agama islam seperti yang mereka pelajari di bangku kuliah atau di jenjang pendidikan sebelumnya, tapi ajaran agama yang mereka terima ternyata tidaklah merasuk dalam hati mereka, sehingga di dalam hati mereka masih ada rasa ragu yang menyebabkan mereka mencoba menghubungkan ajran agamanya dengan agama yang lain, tapi di saat keraguan itu muncul, maka setanlah yang medekat dan membisikkan kefasikan kepada mereka, maka jadilah mereka seperti itu. Ayah Cuma saranin agar jangan pernah meninggalkan Shalat dan membaca serta memahami dan mengamalkan isi perintah Al-Qur’an, insya Allah Ayah yakin Allah akan menjaga kamu dari hal-hal yang seperti itu. Selain itu, kamu harus pandai-pandai dalam berteman, jangan sampai temanmu nanti menjadi sumber keraguanmu dalam beragama. Ayah yakin kamu sudah paham, selain itu kalau kamu punya masalah, jangan ragu-ragu untuk diskusikan dengan keluargamu ini. Kamu ngertikan maksud Ayah?
Fida  : Iya Yah,
Dari pemaparan percakapan antara Fida dan ayahnya, maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan dalam hal sikap keagamaan remaja awal. Dalam perkembangan agama pada masa remaja terdapat karakteristik sbb:
ž  Kelanjutan dari masa sebelumnya
ž  Ide agama sejalan dengan kecerdasan,
ž  Lahiriyah - batiniyah
ž  Interaksi dengan lingkungan, sehinggaq Fida dapat mengetahui keadaan realitas agama disekitar UIN Yogya Melalui video dalam seminar
ž  Dipengaruhi sifat remaja, yakni terlihat dari pertanyaan fida yang masih kritis dari keadaan orang-orang beragama disekitarnya
ž  Fokus pada kebutuhan jiwa
4.    Masa Dewasa
Dalam sebuah pengajian ibu-ibu di daerah rumahku, seorang penceramah (Ustadzah) menerangkan kepada jamaahnya bahwa salah satu syarat sahnya shalat ialah suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian, maupun tempat. Sehingga proses wudhu merupakan bagian yang sangatlah menentukan pencapaian sucinya badan dari hadast maupun najis. Oleh karenanya, di dalam berwudu kita haruslah sesuai dengan syarat dan rukun nya. Kemudian beliau melanjutkan, bahwa banyak sekali diantara manusia yang shalatnya hanya mendapatkan lelah saja, karena salah satunya mereka tidak mengerti ilmu wudhu yang benar. Lanjut beliau menerangkan bahwa bagaimana kita ingin doa-doa kita setelah Shalat dikabulkan jikalau kita saja menjalankan shalat  yang tidak sah akibat wudhu kita yang masih belum sempurna. Setelah menjelaskan panjang lebar, ustadzah tersebut kemudian menawarkan sebuah buku yang ia karang, khusus menerangkan masalah syarat dan tata cara wudhu dan shalat yang benar di dalam Islam, yang diharapkan dapat menjadi tuntunan para jamaa’ah yang hadir dalam beribadah. Kemudian aku (18 thn) dan tetanggaku (43 thn) yang saat itu mengikuti pengajian tersebut mendengarkan dengan seksama penjelasan sang Ustadzah, kemudian ketika perjalanan pulang, kami pun membuka pembicaraan sbb:
Bu Masiah: Da, kamu punya buku tata cara wudhu dan shalat kaya buku tadi g? ibu mau pinjam, soalnya tadi waktu ustadzah ngejual buku, ibu lagi g bawa uang jadi ibu g bisa beli bukunya.
Fida          : punya ko bu, tapi bukan karangan ustadzah yang tadi, kalau punya fida juga ada doa-doa dan tata cara shalat yang berpatokan juga pada madzhab imam syafi’I, nanti deh fida bawaain ke rumah ibu.
Bu Masiah: iya, nanti ibu pinjem buku kamu aja, nanti biar anak ibu yang fotocopyin. Habisnya ibu dulu kan g ngaji di pesantren jadi ibu kurang ngerti syarat-syarat sama tata cara wudhu dan shalat yang dijelasin ustadzah tadi, ibu takut shalat ibu terus-terusan g sempurna Da.
Fida     : Fida belajar buku itu juga dari pondok, tapi pakai bahasa Arab, ada si yang penjelasannya pakai bahasa Indonesia, nanti yang penjelasannya pakai bahasa Indonesia aja y bu yang vida anterin, nanti vida kasihkan ke mpok Dian, (anak Bu Masiah) biar bisa dicopyin.
Dari pemaparan percakapan antara Fida dan ayahnya, maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan dalam hal sikap keagamaan dewasa. Dalam perkembangan agama pada masa dewasa terdapat karakteristik sbb:
·         Menerima kebenaran agama berdasarkan pemikiran yang matang.
Hal ini dapat terlihat ketika ibu masiah mulai memikirkan perkataan Ustadzah mengenai masalah wudhu dalam shalat
·         Cenderung bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam sikap dan perilaku
·         Hal ini terlihat ketika bu masiah setiap minggunya mengikuti pengajian ibu-ibu disekitarnya, sebagai bentuk ketaatan beragama
·         Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama
Hal ini dapat terlihat ketika ibu masiah mau memikirkan kembali apakah selama ini apa yang dikatakan Ustadzah mengenai banyaknya orang yang berwudhu tanpa ilmu, sehingga ia ingin meminjam buku kepada ku.
·         Bersikap lebih terbuka terhadap wawasan yang lebih luas, yakni mau menerima masukan dari orang lain secara terbuka dengan pertimbangan
·         Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama didasarkan atasa pertimbangan pikiran dan pertimbangan hati nurani
Selain itu beliau juga menampilkan sifat beragama sbb:
ú  Bertanggung jawab
ú  Matang,
ú  Integrasi emosi
ú  Kepuasan hidup
ú  Konservatif
5.      Masa Usia Lanjut
Aku memiliki seorang nenek, yang usianya 69 tahun yang tinggal di daerah Kediri, Jawa Timur, ketika aku pulang kampong tahun lalu aku beberapa kali mengobrol dengan nenekku tersebut. Diantaranya ialah pada suatu pagi kira-kira jam 4 pagi, tepatnya sebelum adzan subuh, aku terbangun dari tidurku, kemudian aku pergi berwudhu untuk melaksanakan shalat malam. Kemudian tak lama setelah aku bangun, aku melihat nenekku pun turut terbangun, dan kemudian berwudhu juga melaksanakan shalat malam di ruang tengah. Aku pun kembali meneruskan shalatku, lalu ku teruskan dengan membaca surat Al-Muzammil, kemudian setelah aku selesai membaca Qur’an, aku pun pergi menuju ruang tengah, ternyata nenekku pun juga sedang membaca al-Qur’an, tak lama kemudian sepupuku Nisa yang usianya 8 tahun bangun. Nenekku pun mengajaknya untuk berwudhu dan bersiap-siap shalat Subuh. Tak lama kemudia Azan Subuh Berkumandang. Aku, nenek dan Nisa pun Shalat Subuh. Setelah shalat, nenek ku pun berkata:
Nenek  : Nisa Ayo Siapkan Al-Qur’an nya, tolong dengarkan bacaan Al-Qur’an nenek seperti biasa,
Nisa     : (nisa pun menyiapkan Al-Qur’an dan meletakkannya diatas meja ba Al-Quran tepat dihadapan nenek,) nek ayo kita mulai baca surat An-Naba,,
Nenek : audzubillahiminasyaithanirrajim, bismillahirrahmanirrahim, tabarakalladzi biyadihilmulku wa huwa ala kulli syai’ing kodir, Alladdzi………….”
Nisa        :  khalaqol mauta…
Nenek    :  khalaqol Mauta wal haya…… (nenek membacanya hingga selesai surah dengan disimak oleh Nisa)
Fida    :  (Aku yang baru pertama kali melihat suasana ini jadi merasa heran, dan bertannya-tanya, dan setelah Nisa dan nenek membaca Al-Qur’an, aku pun bertanya kepada nenek) Nek, Nisa ternyata hafal surat An-Naba, hebat sekali ya nek, masih kecil ia sudah hafal surat yang lumayan panjang.
Nenek  : Fida, Nisa ini memang sejak 5 Tahun sudah diajarkan menghafal Surat, Nisa sekarang sudah hafal surat Yasin, dan surat-surat dalam juz 28-30. Makanya jika Nisa menginap dirumah nenek, biasanya nenek meminta dia untuk menyimak bacaan Al-Qur’an nenek, karena mata nenek sudah kurang jelas. Kamu sendiri udah hafal berapa juz Fida?
Fida     : wah nenek, fida malah kalah dari Nisa, Fida dulu sih di pondok 3 tahun baru ngafalin juz 30 sama surat-surat pilihan nek, tapi karena jarang fida ulang-ulang jadinya sebagaian udah agak lupa.. Nisa bener-bener hebat ya
Nisa        : gak Juga lo Mbak, Nisa Cuma Diajarin sama Abi Nisa,
Nenek   : Lah Wong  Abi dan Uminya Nisa ini Tahfidz Qur’an,  Da, terus tinggalnya juga disekitar Pondok, jadi Nisanya cepatt hafalannya kaya gini. (kemudian kami bercerita-cerita hingga selesai).
Dari pemaparan percakapan antara nenek, Fida dan Nisa, maka kita dapat mengambil beberapa kesimpulan dalam hal cirri-ciri sikap keagamaan pada masa usia lanjut. Dalam perkembangan agama pada masa usia lanjut terdapat cirri-ciri sbb:
v  Kehidupan keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
Hal ini terlihat dari makin seringnya nenekku melakukan shalat malam dan membaca al-Qur’an juga mengajarkan nya pada cucu2nya.
v  Meningkatnya kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
Hal ini dapat terlihat ketika nenek berdiskusi masalah hafalan Qur’an dengan ku
v  Mulai muncul pengakuan terhadap realistis tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh.
Hal ini tersirat dari tingkat beribadah nenek yang meningkat, sehingga cenderung mementingkan amal bekal di akhirat.
v  Sikap keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
v  Timbul rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia lanjutnya.
v  Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi (akhirat).[5]dll



[1] Jalaludin, Psikologi Agama, …
[2] Ibid, hlm. 72
[3] Ibid hlm. 73
[4] Ibid, hlm, 67
[5] Ibid, hlm.113

Tidak ada komentar: