1.
Masa Anak Pra Sekolah
Pada suatu malam, Fida yang ketika itu
berusia 4 tahun, seperti biasa sebelum
ia tidur maka ayahnya akan mendongengkan cerita-cerita padanya. Cerita-cerita
yang diceritakan ayahnya bermacam-macam, terkadang ayahnya akan menceritakan
kisah-kisah binatang, kisah hantu, atau kisah-kisah Nabi. Namun kali ini ia
akan mendengarkan kisah Nabi Yusuf a.s. Sang ayah biasanya kan memulai kisahnya
sambil tidur di samping si anak. Ceritanya sbb:
Ayah
: Nak, Nabi Yusuf adalah anak dari nabi Yakub a.s. suatu hari Yusuf berkata
kepada ayahnya “wahai ayahku,
sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, ku
lihat semuanya bersujud kepada ku”. Lalu ayahnya Yusuf yakni Nabi Yakub
berkata, “janganlah kamu ceritakan
mimpimu itu kepada saudara-saudaramu”. Kemudian ayahnya menjelaskan bahwa
mimpi tersebut adalah pertanda bahwa
Allah akan memilih kamu menjadi nabi, dan kamu akan diajarkan
bagaimana membaca rahasia mimpi oleh tuhanmu, sebagaimana yang diperoleh
kakek dan ayah kakekmu yakni Ibrahim dan Ishak.
Anak :
Ko Nabi Yakub bisa tahu?
Ayah
: Nabi Yakub kan seorang nabi,
seorang nabi kan dekat dengan Allah, jadi nabi Yakub bisa melihat tanda-tanda
bahwa anaknya Yusuf akan dipilih oleh Allah menjadi seorang nabi nantinya.
Anak
:
O.. terusin yah ceritanya
Ayah
: Nabi Yakub memiliki beberapa anak,
namun Yusuf dan Benyamin lah yang paling ia sayangi, karena mereka baik dan
penurut serta selalu taat pada orangtua. Hal itu membuat kakak-kakaknya yang
nakal merasa iri kepadanya. Akhirnya saudara-saudaranya yang lain itu
menyusun rencana untuk mencelakai Yusuf. Mereka merencanakan akan
mencelakainya dengan memasukkannya ke dalam sumur. Saudara-saudaranya pun
meminta izin kepada ayahnya untuk mengajak adiknya Yusuf untuk bermain-main
ke hutan. Nabi Yakub tidak mengizinkannya, karena ia khawatir akan
keselamatan Yusuf, dan bahaya di hutan. Dengan terus dirayu, dan ucapan janji dari kakak-kakaknya untuk tetap
menjaga adiknya, maka akhirnya Yakub mengizinkan. Di tengah hutan Yusuf disuruh
melapaskan bajunya dan kemudian ia diajak bermain ke dekat sumur. Saat itulah
kakak-kakaknya mendorongnya ke dalam sumur. Sebelum mereka pulang, baju Yusuf
dilumuri oleh darah binatang, dan barulah ia kembali kerumah.
Saudara-saudaranya datang mengahadap ayahnya sambil menangis, dan mereka
mencerotakan bahwa ketika mereka bermain, datanglah seekor serigala dan
menerkam Yusuf, mereka sudah berusaha menyelamtakan tapi sia-sia dan mereka
berlari-lari ke rumah. Nereka pun memberikan baju yang dipakai Yusuf yang
telah robek-robek dan dilumuri darah palsu sebagai bukti kejadian yang mereka
ceritakan.
Anak
: Jadi kakak-kakanya bohong dong, terus ayahnya marah g Yah?
Ayah
: Iya mereka berbohong, tapi Nabi yakub a.s itu adalah nabi yang terkenal
akan kesabarannya dan ia tahu bahwa ia tidak dapat melawan takdir, ia tidak
memarahi anaknya, namun ia merasa sangat sedih kehilangan anak yang baik dan
ia sayangi itu. Setiap hari ia selalu menangis, hingga matanya pun menjadi
buta.,
Anak
: terus nabi Yusufnya beneran mati
Yah?
Ayah
: tidak Nak. Atas seizin Allah, Nabi
Yusuf selamat. Tak beberapa lama setelah ia didorong ke sumur oleh
saudara-saudaranya, dan ditinggal pergi, datanglah sekelompok orang yang
sedang dalam perjalanan, lalu diantara mereka ingin mengambil air, dan
menurunkan timbanya. Dan ketika ingin menimba, ia terkejut melihat ada
seorang pemuda di dalam sumur, dan ia pun menariknya ke atas. Dan sesuai
kebiasaan zaman dahulu, bahwa barang atau manusia yang ditemukan bisa dijual
kepada yang lain. Maka dijuallah pemuda yang ditemukannya itu oleh seorang
raja di Mesir yang bernama Al-Aziz. Dan Yusuf pun diasuh olehnya dan
isterinya yang bernama Zulaikhah. Yusuf tumbuh menjadi anak yang cerdan dan
tampan. Ketampanannya tiada yang menandingi.
Anak
: berarti wajahnya ganteng banget ya Yah?
Ayah
: ia nak, Nabi Yusuf itu sangat
tampan, sampai-sampai ibu yang mengasuhnya, yaitu isteri raja Al-Aziz yang
bernama Zulaikhah jatuh cinta padanya. Zulaikhah walaupun sudah berumur tapi
ia sangatlah cantik di negerinya saat itu. Ia pernah menggoda Yusuf dan
menguncinya di dalam kamar, dan ketika itu Yusuf berlari menuju pintu hingga
bajunya di bagian belakang pun menjadi robek, dan ketika ia ingin membuka
pintu, ternyata raja Al-Aziz berada di depan pintu. Melihat anak angkatnya
dan isterinya berada dalam satu kamar, ia merasa marah dan merasa dikhianati
nak. Tetapi atas usul salah seorang saudaranya maka sang raja disuruh
memeriksa, jika baju Yusuf yang robek ada dibagian depan maka Yusuflah yang
menggoda isterinya, namun jika baju yang bagian belakang yang robek maka
isterinyalah yang menggoda Yusuf. (dan Ayahnyapun menceritakan hingga si anak
tertidur).
|
Dari pemaparan
percakapan antara Fida Kecil dengan Ayahnya, maka kita dapat mengambil
beberapa kesimpulan dalam hal sikap keagamaan anak pra sekolah. Dalam
perkembangan agama pada masa pra sekolah terdapat karakteristik sbb:
Dipengaruhi fantasi dan
emosi
Hal ini dapat
dilihat dari
Bersifat individual dan
spontan
Cirri tersebut
dapat dipahami dari pertanyaan-pertanyaan mengenai cerita nabi yang
diutarakan oleh si anak kepada ayahnya, di mana pertanyaan tersebut langsung
diutarakan oleh dan dari dirinya sendiri secara spontan (tanpa diawali oleh
pemikiran dan penyusunan kalimat pertanyaan secara mendalam).
Diliputi dongeng
Cirri tersebut
dapat dipahami dari rasa senang si anak mendengarkan kisah Nabi (menyangkut
pengetahuan keagamaan) melalui teknik cerita/dongeng. Dimana dengan teknik
dan bahasa yang mudah dipahami dalam dongeng yang diceritakan tersebut si anak
akan lebih mudah memahami kisah Nabi Yusuf.
Konsep agama sangat
sedikit
Cirri
tersebut dapat dipahami, dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari si anak
yang hanya berupa reaksi dari cerita yang dikisahkan sebelum pertanyaan itu
muncul, bukan pertanyaan yang muncul di luar konteks cerita yang di
dongengkan berdasarkan pengetahuan awalnya/ sebelumnya.
Perhatian tertuju pada
pemuka agama bukan pada ajaran
Cirri tersebut
dapat dipahami dari motivasi awal si anak yakni ingin dibacakan cerita sebelum
tidur oleh ayahnya, karena ia senang dengan sosok Ayahnya yang setiap malam
membacakan cerita untuknya. Barulah karena cerita yang dikisahkan adalah Nabi
Yusuf, si anak dapat memahami konsep Nabi Yusuf secara sederhana.
Selain itu
dalam percakapan tersebut kita dapat memahami sifat keagamaan pada masa pra
sekolah, yakni sbb:
Kurang mendalam/tanpa
kritik (unreflective)
Yakni kebenaran
yang mereka terima tidak begitu mendalam, sehingga mereka cukup sekedarnya
saja dan mereka sudah merasa puas dengan keterangan yang kadang-kadang kurang
masuk akal. [1]Hal
ini dapat terlihat dari pertanyaan si anak yang kemudian dijawab oleh si
ayah, namun si anak tidak menanyakan kembali secara lebih mendetail, dan
langsung menerimanya meskipun mungkin ia tidak terlalu paham.
Egosentris
Antromorphis
Yakni, pada
umumnya konsep mengenai agama pada anak berasal dari hasil pengalamannya di
kala ia berhubungan dengan orang lain yang tampak jelas dalam konsep-konsep
kemanusiaan. Hal ini dapat terlihat melalui pemahaman si anak bahwa nabi
Yusuf itu sangat tampan sebagaimana manusia laki-laki yang pernah ia lihat,
Verbalis
Yakni,
kehidupan agama pada anak-anak sebagian besar tumbuh mula-mula secara verbal
(ucapan). [2]Mereka
menghafal secara verbal kalimat-kalimat keagamaan/ memahami pengetahuan yang
diawali dengan bahasa verbal orang-orang disekitarnya. Hal ini dapat terlihat
di mana si anak mencoba memahami nabi Yuusuf dalam bahasa verbal yang
ditampilkan Ayahnya.
Rasa heran
Yakni rasa
kagum anak yang merupakan tanda dari sifat keagamaan pada anak.[3]
Hal ini dapat terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul dai si anak
sebagai reaksi rasa penasaran sekaligus kagum pada tokoh Nabi yusuf yang
diceritakan.
|
2. Masa
Anak Sekolah
Pada suatu malam ketika hendak tidur adik Fida yang bernama Salia
(6tahun/ kelas 1 SD) kala itu sedang
berada di kamar dan sam-sama terbaring dan hendak tidur melakukan percakapan
sbb:.
PERCAKAPAN I
Fida : Seli
Di sekolah sama pak guru agamanya sudah diajarin apa saja?
Salia : Seli
udah belajar surat Al-Fatihah, Al-Falaq, belajar doa mau makan, mau tidur,
Fida : Coba
mbak tes ya, coba kalau doa mau makan sama mau tidur ?
Salia : Bismillahirrahmanirrahim,
Allahumma Barik lana fiima razaktana
wakina adzabannar, itu tadi doa mau makan, kalau doa mau tidur Bismika Allahumma Ahya Wabismika Amut, Amin. Yang artinya Ya Allah dengan
menyebut namamu aku hidup dan aku mati.
Fida
: Kalau
doa untuk kedua orang tua pak guru ngajarinnya disuruh baca apa sel?
Selia
: Pak guru ngajarinnya sama aja kaya
yang diajarin Bu guru aku di TPA, gini Rabbighfirlii
waliwalidayya Warhamhuma kama Rabbayani Shaghira, Amin. Artinya Ya allah
ampunilah dosa-dosa ku dan dosa-dosa kedua orangtuaku sebagaimana mereka
menyayangiku di waktu kecil.
Fida
: Yah Seli emang doa untuk kedua orang tua kan
emang sama aja setahu mbak. O ya Sel kamu udah belajar Syahadat kan? Waktu di
tempat les, mbak aja udah ngajarin syahadat sama murid mbak. Coba kalau
syahadat artinya apa?
Selia :
Udah mbak, syahadat itu artinya persaksian
mbak
Fida :
Syahadat ada berapa Sel, terus
bagaimana bunyinya?
Selia : Syahadat ada dua, ini mbak yang
bunyinya em depannya aku lupa, apa deh mbak?
Fida
: Asyhadu….
Selia : o… Ashadu alla Ila ha Illallah, terus Waashadu
Anna Muhammada rrasulullah. ARTINYA aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain
Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah utusan Allah. O iya mbak kalau
syahadat itu nama lainnya apa dah mbak?
Fida : Nama lainnya? O Syahadatain bukan?
Selia :
Iya, Iya itu mbak aku lupa, o ya mbak aku juga udah diajarain rukun wudhu
sama pak guru,
Fida : Emang rukun wudhu ada berapa ya Sel?
Selia
: Ada enam.
Fida : Terus apa aja?
Selia :
satu Niat, dua membasuh muka, tiga membasuh
telapak tangan sampai siku, empat
mengusap sebagian kepala, lima membasuh
kaki sampai mata kaki, enam
tertib. Hapalkan..
Fida : o… pinter, Seli kalau yang batalin
wudhu tau g?
Selia : em… (ia terlihat berpikir) itu kalau kena kuman, sama kotoran
Fida :
Masa si Sel? Bukan itu tau, emang pak guru ngajarinnya kaya gitu?
Selia : hehe
(ia tertawa) g si mbak aku belum diajarin, emang salah ya mbak?
Fida :
g tau deh, kayanya salah, ya udah nanti kalau belajar agama sama pak guru
Tanya aja gini, Pak kalau yang batalin Wudhu apa ya? Gitu Sel. Ya udah
sekarang tidur, besok kan seli sekolah.
Selia
: Nggak mbak besok aku kan libur, kemarin aku dikasih pengumuman dah
aku tulis dibuku, Tanya aja mamah, mah aku besok kan libur ya?
Mamah : iya
Fida
: ko libur emang kenapa?
Selia
: orang kata bu guru Sri kelasnya dipakai ujian sama kelas lain.
Fida
: o, ya udah tidur yah, baca doa dulu
Selia
: Bismillahirrahmanirrahim,
Bismika Allahumma Ahya Waismka Amut, Amin.
Keesokan harinya setelah Selia bangun ia
langsung menuju ke kursi untuk mnonton tv, di situ ia kembali bertanya, dan
vida berada di sampingnya yang juga sedang menonton TV
Selia
: Mbak mbak kan syahadatain sama kaya syahadat emang apa artinya?
Fida : Artinya Dua kalimat syahadat, jadi
syahadat artinya persaksian dan tain itu artinya ada dua, jadi artinya ada
dua persaksian yaitu persaksian bahwa tiada tuhan selain allah, dan persaksian bahwa nabi Muhammad adalah
utusaanya Alllah.
Selia
: O, jadi gitu ya
|
Dari pemaparan
percakapan antara Fida dan adiknya, maka kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan dalam hal sikap keagamaan anak usia awal sekolah. Dalam
perkembangan agama pada masa usia sekolah terdapat karakteristik sbb:
Ò Lebih realistik
Pada masa ini, Ide Ke-Tuhanan (pengetahuan keagamaan) anak sudah
mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan (realitas), yang
timbul melalui lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari
orang-orang dewasa lainnya.[4]
Hal ini dapat dilihat dari percakapan di atas bahwa pemahaman keagamaan si
adik itu benar (real) berdasarkan pengetahuan yang diajarkan guru di sekolah, TPA, orangtua
dan kakaknya.
Ò Dipengaruhi lembaga agama atau orang tua
Hal ini dapat terlihat dari pengaruh bimbingan orang tua dan guru
sehingga Seli dapat memahami konsep-konsep agama di atas.
Ò Ide didasarkan pada logika
Ò Tertarik untuk mempelajari
Hal ini dapat terlihat bahwa si adik dapat memahami konsep-konsep
agama tersebut karena ia tertarik
untuk mempelajarinya dari guru. Selain itu ia juga mampu menanyakan
pengertian Syahadatain dan hubungannya dengan syahadat yang dua sebagai
bentuk pemikiran logika yang mulai berkembang.
Ò Mengikuti kegiatan agama
Hal ini dapat dipahami, dari kegaiatan mengaji di TPA berpengaruh
pada pemahaman dia mengenai doa kedua orang tua.
|
3.
Masa Remaja
sari adalah
teman sekamarku, usianya 19 tahun, suatu
malam aku pun membuka obrolan kecil seputar masalah dia yang akhir-akhir ini
sering lupa melalaikan membaca Qur’an.
Fida : Sari kamu ko belakangan ini suka
jarang baca Qur’an kalau sehabis Shalat, ada apa?
Sari :
iya, da, habisnya akhir-akhir ini aku agak males, pulang kuliah sore, rasanya
udah capek banget, belum lagi suka banyak tugas.
Fida : kan baca Qur’an itu bisa g terlalu
lama. Baca beberapa ayat juga kamu bisa, yang penting dalam sehari usahakan
jangan sama sekali g baca Sar.
Fida :
iya juga si Fid, tapi sepertinya semenjak aku punya pacar ni aku sering
diajak jalan sama dia, jadi kadang-kadang pulangnya udah capek. Atau nanti misalnya sudah mau niat baca
Qur’an habis shalat, dia sms kalau g nelpon aku, jadinyaan kalau g nanti
ujung-ujungnya smsan atau teleponan
Fida :
sari, berarti tandanya kamu belum bisa bagi waktu antara waktu untuk
bersyukur dan dekat dengan Allah, dan waktu untuk urusan dunia mu. Aku kangen
sama bacaan Qur’an mu lho Sar.
Sari
: emang benar kata kamu Fid,
akhir-akhir ini aku emang sering mentingin masalah dunia, waktuku tu kayanya
habis buat urusan-urusan dunia yang g ada habisnya. Aku tu kayanya ke bawa
sama nafsu buat ikut-ikutan pacaran segala. Bisnya Da, dulu aku tu g pernah
pacaran, terus temen-temen kostan aku dulu banyak banget yang punya pacar,
sampai aku dikenalin sama cowo’ aku yang sekarang, kayanya aku agak berubah,
tapi aku dah terlanjur cinta. Bis menurut aku dia orang nya baik banget, dia
juga suka bantuin aku kalau aku tugasnya numpuk. Ya deh mulai saat ini aku
mau berusaha bagi waktu ku dengan lebih baik, tenang besok tipa habis shalat
Shubuh sama maghrib aku baca Qur’an lagi Fid.
Fida :
nah, kalau kaya gitu aku setuju, kalau menurut aku si kamu pacaran boleh aja,
tapi harus tau mana batasan-batasannya, aku tau kamu sudah paham banget soal
itu. Jadi cinta sama makhluk tidak boleh lebih dari cinta pada Penciptanya
kan Sar?
Sari :
ya, aku ngerti ko fida, insya allah akan aku coba memperbaiki diri.
Dari pemaparan
percakapan antara Fida dan ayahnya, maka kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan dalam hal sikap keagamaan remaja awal. Dalam perkembangan agama
pada masa remaja terdapat karakteristik sbb:
Kelanjutan dari masa sebelumnya,
Ide agama sejalan dengan kecerdasan
Lahiriyah -
batiniyah
Interaksi dengan lingkungan
Hal ini dapat dipahami dari contoh percakapan diatas, bahwa Sari
melakukan perubahan hidup beragamanya(tidak lagi membaca Al-Qur’an sehabis
shalat) diakibatkan pengaruh interaksi dengan lingkungan teman sebaya, pacar,
pengaruh kegiatan kuliah yang dianggapnya terlalu padat, dll). Hingga
kemudian ia ingin kembali menata kehidupan keagamaannya setelah mendapat
masukan dari lingkungan teman sekamarnya.
Dipengaruhi sifat remaja
Hal ini dapat dipahami bahwa sifat remaja yang psikologisnya
cenderung labil oleh pengaruh sekitar, seperti lingkungan pergaulan, yang
menyebabkan Sari yang tadinya rajin membaca al-Qur’an seusai shalat menjadi
melalaikannya.
Fokus pada kebutuhan jiwa
Hal ini dapat dipahami, bahwa Sari merasa ia harus memperbaiki ibadah
dan amaliah dunianya untuk kebutuhan cinta Ilahi dan Cinta makhluk lainnya.
|
Dalam masalah lain, saya pernah mengalami masa
konflik dan keraguan prihal ajaran agama, hal ini terjadi ketika saya menginjak
usia 17 tahun, yakni pada masa-masa awal saya masuk ke bangku kuliah. Hinga
timbullah perbincangan kecil antara saya dan Ayah saya, diantara percakapannya
sebagai berikut:
Ayah
: (seusai makan
malam, saya pun menonton tv di ruang tengah, lalu ayahku menghampiri dan
turut duduk di kursi lain yang masih berdekatan dengan ku) Fida gimana
kuliahnya ada kesulitan ga?
Fida
: o kuliah, kuliah ku lancar-lancar
aja ko, Ayah, Ayah Cuma aku bingung deh kan waktu aku di kampus aku ikutan
seminar ya, terus dalam seminar itu kan pesertanya diberi motivasi-motivasi
untuk jadi mahasiswa yang smart, gaul tapi tetap beriman, tapi di salah satu
acara dalam seminar iru ditampilin Video yang isinya mahasiswa-mahasiswa dibeberapai
UIN/ PTAIN di Indonesia terutama di UIN Yogya yang pahamnya sudah menyimpang
dari Islam, di sana bahkan ada kumpulan mahasiswa yang mengatakan kami bebas
dari agama, kami cinta semua agama, bahkan ada pula kumpulan orang-orang yang
menghina-hina Islam dengan nama-nama hewan. Di video itu terlihat ada
mahasiswi-mahasiswi UIN Yogya yang g pake kerudung saling rangkul-merangkul
satu sama lain dengan mahasiswa sambil mengatakan kami anti agama. Tempatnya
sih kayanya masih di dalam kampus Yah. Aku bener-bener takut ngelihatnya, dan
gak abis pikir aja ya, ko bisa ada mahasiswa yang berpikir sekuler seperti
itu yang padahal jelas-jelas menuntut
ilmu di kampus yang berlebel Islam. Lalu dimana ya Ilmu-ilmu keislaman yang
mereka pelajari selama ini, apa sudah hilang dibawa pengaruh kesesatan
mereka. Terus Narasumber seminar itu ngejelasin kalau begitulah keadaan
beberapa orang yang tersesat dengan rasionalitas mereka, tapi begitulah
kenyataannya yang terjadi beberapa mahasiswa dalam kampus Islam yang
divideokan. Lanjut beliau mengatakan bahwa mereka yang tersesat umumnya
mencoba menyesuaikan antara ajaran agama yang ia anut dengan agama-agama
lain, lalu mereka hubungkan dengan pemikiran rasio mereka yang terbatas, tapi
mereka tetap tidak menemukan titik temu, yang akibatnya mereka ingin bebas
dari ajaran-ajaran agama manapun atau menyatakan bahwa semua agama adalah
benar, atau ada yang mengatakan bahwa Tuhan yang pasti itu tidak ada. Kalau menurut Ayah gimana?
Ayah
: menurut Ayah benar kata Narasumber Seminar
itu, mungkin mereka tahu apa yang diajarkan agama islam seperti yang mereka
pelajari di bangku kuliah atau di jenjang pendidikan sebelumnya, tapi ajaran
agama yang mereka terima ternyata tidaklah merasuk dalam hati mereka,
sehingga di dalam hati mereka masih ada rasa ragu yang menyebabkan mereka
mencoba menghubungkan ajran agamanya dengan agama yang lain, tapi di saat
keraguan itu muncul, maka setanlah yang medekat dan membisikkan kefasikan
kepada mereka, maka jadilah mereka seperti itu. Ayah Cuma saranin agar jangan
pernah meninggalkan Shalat dan membaca serta memahami dan mengamalkan isi
perintah Al-Qur’an, insya Allah Ayah yakin Allah akan menjaga kamu dari
hal-hal yang seperti itu. Selain itu, kamu harus pandai-pandai dalam
berteman, jangan sampai temanmu nanti menjadi sumber keraguanmu dalam
beragama. Ayah yakin kamu sudah paham, selain itu kalau kamu punya masalah,
jangan ragu-ragu untuk diskusikan dengan keluargamu ini. Kamu ngertikan
maksud Ayah?
Fida :
Iya Yah,
|
Dari pemaparan
percakapan antara Fida dan ayahnya, maka kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan dalam hal sikap keagamaan remaja awal. Dalam perkembangan agama
pada masa remaja terdapat karakteristik sbb:
Kelanjutan dari masa sebelumnya
Ide agama sejalan dengan kecerdasan,
Lahiriyah -
batiniyah
Interaksi dengan lingkungan, sehinggaq Fida dapat mengetahui
keadaan realitas agama disekitar UIN Yogya Melalui video dalam seminar
Dipengaruhi sifat remaja, yakni terlihat dari pertanyaan fida yang
masih kritis dari keadaan orang-orang beragama disekitarnya
Fokus pada kebutuhan jiwa
|
4.
Masa Dewasa
Dalam sebuah
pengajian ibu-ibu di daerah rumahku, seorang penceramah (Ustadzah) menerangkan
kepada jamaahnya bahwa salah satu syarat sahnya shalat ialah suci dari hadas dan
najis baik badan, pakaian, maupun tempat. Sehingga proses wudhu merupakan
bagian yang sangatlah menentukan pencapaian sucinya badan dari hadast maupun
najis. Oleh karenanya, di dalam berwudu kita haruslah sesuai dengan syarat dan
rukun nya. Kemudian beliau melanjutkan, bahwa banyak sekali diantara manusia
yang shalatnya hanya mendapatkan lelah saja, karena salah satunya mereka tidak
mengerti ilmu wudhu yang benar. Lanjut beliau menerangkan bahwa bagaimana kita
ingin doa-doa kita setelah Shalat dikabulkan jikalau kita saja menjalankan
shalat yang tidak sah akibat wudhu kita
yang masih belum sempurna. Setelah menjelaskan panjang lebar, ustadzah tersebut
kemudian menawarkan sebuah buku yang ia karang, khusus menerangkan masalah
syarat dan tata cara wudhu dan shalat yang benar di dalam Islam, yang
diharapkan dapat menjadi tuntunan para jamaa’ah yang hadir dalam beribadah.
Kemudian aku (18 thn) dan tetanggaku (43 thn) yang saat itu mengikuti pengajian
tersebut mendengarkan dengan seksama penjelasan sang Ustadzah, kemudian ketika
perjalanan pulang, kami pun membuka pembicaraan sbb:
Bu Masiah: Da, kamu punya buku tata cara
wudhu dan shalat kaya buku tadi g? ibu mau pinjam, soalnya tadi waktu
ustadzah ngejual buku, ibu lagi g bawa uang jadi ibu g bisa beli bukunya.
Fida : punya ko bu, tapi bukan karangan ustadzah
yang tadi, kalau punya fida juga ada doa-doa dan tata cara shalat yang
berpatokan juga pada madzhab imam syafi’I, nanti deh fida bawaain ke rumah
ibu.
Bu Masiah: iya, nanti ibu pinjem buku kamu aja,
nanti biar anak ibu yang fotocopyin. Habisnya ibu dulu kan g ngaji di
pesantren jadi ibu kurang ngerti syarat-syarat sama tata cara wudhu dan
shalat yang dijelasin ustadzah tadi, ibu takut shalat ibu terus-terusan g
sempurna Da.
Fida : Fida belajar buku itu juga dari pondok,
tapi pakai bahasa Arab, ada si yang penjelasannya pakai bahasa Indonesia,
nanti yang penjelasannya pakai bahasa Indonesia aja y bu yang vida anterin,
nanti vida kasihkan ke mpok Dian, (anak Bu Masiah) biar bisa dicopyin.
|
Dari pemaparan
percakapan antara Fida dan ayahnya, maka kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan dalam hal sikap keagamaan dewasa. Dalam perkembangan agama pada
masa dewasa terdapat karakteristik sbb:
·
Menerima
kebenaran agama berdasarkan pemikiran yang matang.
Hal ini dapat terlihat ketika ibu masiah mulai memikirkan perkataan
Ustadzah mengenai masalah wudhu dalam shalat
·
Cenderung
bersifat realis, sehingga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan dalam
sikap dan perilaku
·
Hal ini
terlihat ketika bu masiah setiap minggunya mengikuti pengajian ibu-ibu
disekitarnya, sebagai bentuk ketaatan beragama
·
Bersikap
positif terhadap ajaran dan norma-norma agama
Hal ini dapat terlihat ketika ibu masiah mau memikirkan kembali
apakah selama ini apa yang dikatakan Ustadzah mengenai banyaknya orang yang
berwudhu tanpa ilmu, sehingga ia ingin meminjam buku kepada ku.
·
Bersikap lebih
terbuka terhadap wawasan yang lebih luas, yakni mau menerima masukan dari
orang lain secara terbuka dengan pertimbangan
·
Bersikap lebih
kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan beragama didasarkan
atasa pertimbangan pikiran dan pertimbangan hati nurani
Selain itu
beliau juga menampilkan sifat beragama sbb:
ú Bertanggung jawab
ú Matang,
ú Integrasi emosi
ú Kepuasan hidup
ú Konservatif
|
5. Masa Usia Lanjut
Aku memiliki
seorang nenek, yang usianya 69 tahun yang tinggal di daerah Kediri, Jawa Timur,
ketika aku pulang kampong tahun lalu aku beberapa kali mengobrol dengan nenekku
tersebut. Diantaranya ialah pada suatu pagi kira-kira jam 4 pagi, tepatnya
sebelum adzan subuh, aku terbangun dari tidurku, kemudian aku pergi berwudhu
untuk melaksanakan shalat malam. Kemudian tak lama setelah aku bangun, aku
melihat nenekku pun turut terbangun, dan kemudian berwudhu juga melaksanakan
shalat malam di ruang tengah. Aku pun kembali meneruskan shalatku, lalu ku
teruskan dengan membaca surat Al-Muzammil, kemudian setelah aku selesai membaca
Qur’an, aku pun pergi menuju ruang tengah, ternyata nenekku pun juga sedang
membaca al-Qur’an, tak lama kemudian sepupuku Nisa yang usianya 8 tahun bangun.
Nenekku pun mengajaknya untuk berwudhu dan bersiap-siap shalat Subuh. Tak lama
kemudia Azan Subuh Berkumandang. Aku, nenek dan Nisa pun Shalat Subuh. Setelah
shalat, nenek ku pun berkata:
Nenek
: Nisa Ayo Siapkan Al-Qur’an nya, tolong dengarkan bacaan Al-Qur’an
nenek seperti biasa,
Nisa :
(nisa pun menyiapkan Al-Qur’an dan meletakkannya diatas meja ba Al-Quran
tepat dihadapan nenek,) nek ayo kita mulai baca surat An-Naba,,
Nenek : audzubillahiminasyaithanirrajim,
bismillahirrahmanirrahim, tabarakalladzi
biyadihilmulku wa huwa ala kulli syai’ing kodir, Alladdzi………….”
Nisa : khalaqol mauta…
Nenek : khalaqol
Mauta wal haya…… (nenek membacanya hingga selesai surah dengan disimak oleh
Nisa)
Fida : (Aku yang baru pertama kali melihat suasana
ini jadi merasa heran, dan bertannya-tanya, dan setelah Nisa dan nenek
membaca Al-Qur’an, aku pun bertanya kepada nenek) Nek, Nisa ternyata hafal
surat An-Naba, hebat sekali ya nek, masih kecil ia sudah hafal surat yang
lumayan panjang.
Nenek
: Fida, Nisa ini memang sejak 5 Tahun sudah diajarkan menghafal Surat,
Nisa sekarang sudah hafal surat Yasin, dan surat-surat dalam juz 28-30.
Makanya jika Nisa menginap dirumah nenek, biasanya nenek meminta dia untuk
menyimak bacaan Al-Qur’an nenek, karena mata nenek sudah kurang jelas. Kamu
sendiri udah hafal berapa juz Fida?
Fida :
wah nenek, fida malah kalah dari Nisa, Fida dulu sih di pondok 3 tahun baru
ngafalin juz 30 sama surat-surat pilihan nek, tapi karena jarang fida
ulang-ulang jadinya sebagaian udah agak lupa.. Nisa bener-bener hebat ya
Nisa : gak Juga lo Mbak, Nisa Cuma Diajarin sama
Abi Nisa,
Nenek : Lah Wong
Abi dan Uminya Nisa ini Tahfidz Qur’an, Da, terus tinggalnya juga disekitar Pondok,
jadi Nisanya cepatt hafalannya kaya gini. (kemudian kami bercerita-cerita
hingga selesai).
|
Dari pemaparan
percakapan antara nenek, Fida dan Nisa, maka kita dapat mengambil beberapa
kesimpulan dalam hal cirri-ciri sikap keagamaan pada masa usia lanjut. Dalam
perkembangan agama pada masa usia lanjut terdapat cirri-ciri sbb:
v Kehidupan
keagamaan pada usia lanjut sudah mencapai tingkat kemantapan.
Hal ini
terlihat dari makin seringnya nenekku melakukan shalat malam dan membaca
al-Qur’an juga mengajarkan nya pada cucu2nya.
v Meningkatnya
kecenderungan untuk menerima pendapat keagamaan.
Hal ini dapat
terlihat ketika nenek berdiskusi masalah hafalan Qur’an dengan ku
v Mulai
muncul pengakuan terhadap realistis tentang kehidupan akhirat secara lebih
sungguh-sungguh.
Hal ini
tersirat dari tingkat beribadah nenek yang meningkat, sehingga cenderung
mementingkan amal bekal di akhirat.
v Sikap
keagamaan cenderung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama
manusia, serta sifat-sifat luhur.
v Timbul
rasa takut kepada kematian yang meningkat sejalan dengan pertambahan usia
lanjutnya.
v Perasaan
takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap
keagamaan dan kepercayaan terhadap adanya kehidupan abadi (akhirat).[5]dll
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar