|
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Inderawati
(1999: 9) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif
bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun
pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi
menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap
cara-cara mengolah informasi menurut Downey (1976) dan Joyce (1992: 107)
menyatakan:
The core of good
thingking is the ability to solve problem. The essence of problem solving is
the ability t learn in puzzling
situation. Thus, in the school of these particular dreams, learning how to
learn pervades what is taught, how it is tought, and the kind of place in which
it is tought.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa inti dari
berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari
pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi proses berpikir.
Dengan demikian hal ini dapat diimplementasikan bahwa kepada siswa hendaknya
diajarkan bagaimana belajar yang meliputi apa yang diajarkan, bagaiamana hal
itu diajarkan, jenis kondisi belajar, dan memperoleh pandangan baru. Salah satu
yang termasuk model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri yang
akan dijelaskan dalam makalah ini.
Wina
Sanjaya (2010:196) menerangkan bahwa strategi pembelajaran inkuiri tersebut
berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, manusia mempunyai
dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang
keadaan alam disekelilingnya merupakan
kodrat manusia sejak lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan
untuk mengenal segala sesuatu melalui indera pengecap, pendengaran,
pengelihatan, dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia
secara terus-menerus berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya.
Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (mainingfull) manakala
didasi oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah strategi inkuiri
dikembangkan.
Lebih lanjut Wina Sanjaya (2010; 195)
menyatakan bahwa Strategi pembelajaran
inkuiri ini menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi
pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini
adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran; sedangkan guru berperan
sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk belajar.
Strategi
pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut
aliran ini belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir
dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara
optimal. Belajar lebih dari sekedar proses menghafal dan menumpuk ilmu
pengetahuan, tetapi bagaimana ilmu pengetahuan yang diperolehnya bermakna untuk
siswa melalui keterampilan berpikir.
Gulo
(2002) menyatakan strategi inkuiri berarti sutu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah 1) keterlibatan
siswa secara maksiamal dalam proses kegiatan belajar; 2) keterarahan kegiatan secara
logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan 3) mengembangkan sikap
percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.
Pembelajaran
inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah
dengan waktu yang relatif singkat. Hasil penelitian Schlenker, dalam Joyce dan
Weil (1992: 198), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan
pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil
dalam memperoleh dan menganalisis informasi. Dewasa ini, tidak dapat dipungkiri
bahwa kesejahteraan masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kretif dari masyarakat, untuk itu perlulah
sikap dan perilaku kreatif dipupuk sejak dini pada peserta didik yang kelak
mampu menghasilkan pengetahuan baru, yang salah satu caranya ialah dengan startegi
pembelajaran inkuiri ini.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Apakah Strategi
pembelajaran inkuiri?
2.
Siapakah yang
mengembangkan teori strategi pembelajaran inkuiri?
3.
Apakah
ciri-ciri dari stategi pembelajaran inkuiri?
4.
Apakah yang
menjadi tujuan dan sasaran utama strategi
pembelajaran inkuiri?
5.
Bagaimanakah dengan
prinsip yang digunakan dalam strategi
pembelajaran inkuiri?
6.
Apa sajakah langkah-langkah
dalam pembelajaran inkuiri?
7.
Apa sajakah
Keunggulan dan kelemahan yang muncul dari penggunaan strategi pembelajaran
inkuiri?
A.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1.
Pengertian Strategi
Pembelajaran Inkuiri
2.
Tokoh Pengembang
Teori Strategi Pembelajaran Inkuiri
3.
Ciri-ciri dari
Stategi Pembelajaran Inkuiri
4.
Tujuan dan
Sasaran Utama Strategi Pembelajaran
Inkuiri
5.
Prinsip yang
Digunakan dalam Strategi Pembelajaran
Inkuiri
6.
Langkah-Langkah
dalam Pembelajaran Inkuiri
7.
Keunggulan dan
Kelemahan yang Muncul dari Penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri
B.
Metode
Penelitian
Penelitian
ini adalah jenis penelitian literer, yakni penelitian yang menjadikan literatur
(buku-buku) sebagai bahan rujukannya. Adapun metode yang dipakai adalah :
1.
Metode Induktif
Metode
ini menggunakan cara-cara berpikir dari hal-hal yang sifatnya khusus menuju
hal-hal yang bersifat umum.
2.
Metode deduktif
Metode
ini menggunakan cara-cara berpikir dari hal-hal yang sifatnya umum menuju ke
hal-hal yang khusus.
3.
Metode Korelasi
Metode ini menggunakan cara-cara
berpikir dengan mencari korelasi (hubungan) antara sesuatu hal dengan hal yang
lain.
BAB
II
Strategi
Pembelajaran Inkuiri
A. Pengertian
Strategi Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri adalah model pembelajaran yang dikembangkan oleh seorang tokoh
yang bernama Schuman. Schuman meyakini bahwa anak-anak merupakan individu yang
penuh dengan rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Oleh karena itu, prosedur
ilmiah dapat diajarkan secara langsung oleh mereka. Model ini bertujuan untuk
melatih kemampuan siswa dan meneliti, menjelaskan fenomena, dan memecahkan
masalah secara ilmiah. Dan dengan model ini juga Schuman ingin meyakinkan pada
siswa bahwa ilmu bersifat tentativ dan dinamis, karena itu ilmu berkembang terus
menerus.[1]
Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau
pemeriksaan, penyelidikan. Sund,
seperti yang dikutip oleh Suryo subroto (1993: 193), menyatakan bahwa dicovery
merupakan bagian dari inquiri , atau inkuiri merupakan perluasan
proses discovery yang digunakan lebih mendalam.[2]
Gulo (2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan
belajar yang melibatkan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh rasa percaya diri. [3]
Menurut Wina Sanjaya, Strategi
Pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis, untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.[4]
Menurut Isjoni, inkuiri merupakan suatau
strategi atau cara yang digunakan guru untuk mengajar di depan kelas. Adapun
pelaksanaannya dengan: 1) guru membagi
tugas meneliti suatu masalah ke kelas, 2) siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok, dan masing-masing kelompok mendapat tugas tertentu yang harus
dikerjakan, 3) kemudian mereka mempelajari, meneliti atau membahas tugasnya di
dalam kelompok, 4) setelah hasil kerja mereka dalam kelompok didiskusikan,
kemudian dibuat laporan yang tersusun dengan baik, 5) hasil laporan kerja
kelompok kemudian dilaporkan ke sidang pleno, dan terjadilah diskusi secara
luas.[5]
Metode inkuiri adalah cara penyampaian
bahan pengajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar
mengembangakan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan yang disusunnya
sendiri untuk menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan terhadap permasalahan
yang kepadanya melalui proses pelacakan data dan
informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis.[6]
B. Ciri-ciri
strategi Pembelajaran Inkuiri
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama
strategi pembelajaran inkuiri. Wina Sanjaya membaginya menjadi tiga ciri utama,
yakni:
1.
Srategi inkuiri menekankan pada
aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya siswa
ditempatkan sebagai subjek belajar.
2. Seluruh
aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban
sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
rasa percaya diri (self belief).
3. Tujuan
dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental.[7]
C. Sasaran
Utama Strategi Pembelajaran Inkuiri
Seperti yang dijelaskan dari ciri proses
pembelajaran inkuiri di atas, Wina Sanjaya menyatakan bahwa tujuan utama
pembelajaran menggunakan strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu
mereka.[8]
D. Prinsip-Prinsip
penggunaan strategi Pembelajaran Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan
strategi yang menekankan kepada pengembangan intelektual anak. Perkembangan
mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu maturation,
physical experience, social experience, dan equilibration.
Maturation
atau kematangan adalah proses perubahan fisiologis dan anatomis, yaitu proses
pertumbuhan fisik, yang meliputi pertumbuhan tubuh, otak, dan sistem saraf. Physical
experience adalah tindakan-tindakan fisik yang dilakukan individu terhadap
benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya. Social experience adalah
aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain. Equilibration adalah
proses penyesuaian antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengetahuan baru
yang ditemukannya.
Atas dasar faktor-faktor di atas, maka
dalam Strategi pembelajran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus
diperhatikan oleh setiap guru. Adapun prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
1.
Berorientasi
pada pengembangan intelektual
Tujuan
utama dari strategi inkuiri adalah pengembangan kemampuan berpikir. Dengan
demikian strategi pembelajaran ini selain berorientasi kepada hasil belajar juga berorientasi kepada proses
belajar. Sehingga kriteria keberhasilan dari suatu proses pembelajaran inkuiri
ditentukan oleh sejauh mana siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu.
2.
Prinsip
interaksi
Pembelajaran sebagai
proses interaksi berarti menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi
sebagai pengatur lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.
3.
Prinsip
bertanya
Peran guru yang harus
dilakukan dalam menggunakan strategi pembelajrana inkuiri adalah sebagai
penanya. Oleh karenanya berbagai jenis dan teknik bertanya perlu dikuasai oleh
stiap guru, apakah itu hanya sekedar untuk meminta perhatian siswa, bertanya
untuk melacak, bertanya untuk mengembangkan kemampuan, atau bertanya untuk
menguji.
4.
Prinsip
belajar untuk berpikir
Belajar bukan hanya
mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah suatu proses berpikir (learning
how to think), yakni proses mengembangkan potensi seluruh otak, baik otak
kiri maupun otak kanan, baik otak reptil, otak limbik, maupun otak neokortek.
Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal.
5.
Prinsip
keterbukaan
Belajar adalah suatu
proses mencoba berbagai kemungkinan. Oleh sebab itu, anak perlu diberikan
kebebasan untuk mencoba sesuai dengan perkembangan kemampuan logika dan
nalarnya.[9]
E. Langkah-langkah
strategi Pembelajaran Inkuiri
Secara umum proses pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajara inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Orientasi
2. Merumuskan
masalah
3. Mengajukan
hipotesis
4. Mengumpulkan
data
5. Menguji
hipotesis
6. Merumuskan
kesimpulan[10]
Lebih
lanjut langkah-langkah di atas akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Orientasi
Langkah orientasi adalah langkah
untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini
guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi ini, yakni:
·
Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil
belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
·
Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang
harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan
langkah-langkah inkuiri sertatujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan masalah samapai dengan kesimpulan.
·
Menjelaskan pentingnya topik dan
kegiatan belajar, guna memberikan motivasi pada siswa.
2. Merumuskan
masalah
Merumuskan masalah
merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung tea-teki.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah, di antaranya:
·
Masalah hendaknya dirumuskan sendiri
oleh siswa.
·
Masalah yang dikaji adalah masalah yang
mengandung teka-teki yang jawabannya pasti. Artinya guru perlu mendorong agar
siswa dapat merumuskan masalah yang
menurut guru sudah ada, tinggal siswa mencari dan mendapatkan jawabannya secara
pasti.
·
Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep
yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.
3. Merumuskan
hipotesis
Hipotesis adalah
jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Setiap anak pada dasarnya telah
memiliki potensi atau kemampuan berpikir
sejak ia lahir. Potensi berpikir tersebut dimulai dari kemampuan setiap
individu untuk menebak atau
mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Salah satu cara yang
dapat dilakukan guru untuk mengembangkan
kemampuan menebak (berhipotesis) pada setiap anak adalah dengan
mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan
Data
Mengumpulkan data
adalah aktivitas menjaring informasi
yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang dilakukan. Dalam strategi
pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat
penting dalam pengembangan intelektual. Proses mengumpulkan data bukan hanya
memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan
ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas
dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Trianto
dalam bukunya menjelaskan bahwa data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik
atau grafik.[11]
5. Menguji
Hipotesis
Menguji hipotesis
adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Faktor penting dalam
menguji hipotesis adalah pemikiran ‘benar’ atau ‘salah’. Setelah memperoleh kesimpulan
dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila
ternyata hipotesis iyu slaha atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai
dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya (Trianto; 2007).
6. Merumuskan
kesimpulan
Merumuskan kesimpulan
adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian
hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu
menunjukkan pada siswa data mana yang akurat.
F. Keunggulan
dan kelemahan strategi pembelajaran inkuiri
I.
Keunggulan
Strategi
pebelajaran inkuiri adalah strategi pembelajaran yang banyak dianjurkan karena strategi ini
banyak memiliki keunggulan, diantaranya :
1.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran melalui strategi ini lebih
bermakna.
2.
Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang
kepada siswa untuk belajar yang sesuai
dengan gaya belajar mereka.
3.
Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi
yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang
menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya
pengalaman.
4.
Dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki
kemampuan diatas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar
bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.[12]
Adapun keuntungan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri menurut
slameto, diantaranya sebagai berikut:
1.
Siswa menjadi lebih aktif
2.
Dapat meningkatkan kemampuan intelektual siswa
3.
Meningkatkan kadar penghayatan kadar penghayatan
cara berfikir dan cara hidup yang tepat dalam berbagai situasi nyata[13]
Adapun keuntungan penggunaan strategi pembelajaran
inkuiri menurut Isjoni, diantaranya sebagai berikut:
1.
Dapat
membentuk dan mengembangkan “self consept” pada diri siswa, sehingga
siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
2.
Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru
3.
Mendorong siswa berfikiran dan bekerja atas
inisiatif sendiri, bersifat objektif jujur, dan terbuka
4.
Mendorong
siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri
5.
Memberi kepuasan bersifat intristik
6.
Proses belajar
menjadi lebih merangsang
7.
Memberi
kebebasan siswa untuk berpikir sendiri
8.
Guru dapat
menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional
9.
Dapat
memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasismilasi dan
mengakomodasi informasi[14]
II. Kelemahan
Disamping keunggulan, Strategi pembelajaran inkuiri menurut Wina Sanjaya, juga mempunyai kelemahan, diantaranya :
1.
Jika strategi pembelajaran inkuiri digunakan sebagai
strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan
siswa,
2.
Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran
karena terbentur kebiasaan siswa dalam belajar.
3.
Kadang dala mengiplementasikannya, memerlukan waktu
yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah
ditentukan.
4.
Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka strategi pembelajaran inkuiri
akan sulit diimplementasikan setiap guru.[15]
1.
Tidak dapat diterapkan efektif pada semua tingkatan
kelas
2.
Tidak semua guru mampu menerapkannya
3.
|
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Inkuiri adalah model pembelajaran yang dikembangkan
oleh seorang tokoh yang bernama Schuman. Schuman meyakini bahwa anak-anak
merupakan individu yang penuh dengan rasa ingin tahu akan segala sesuatu. Gulo
(2002) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar
yang melibatkan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan
penuh rasa percaya diri.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama
strategi pembelajaran inkuiri. Wina Sanjaya membaginya menjadi tiga ciri utama,
yakni: Srategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, dan tujuan
dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental
Wina Sanjaya menyatakan bahwa tujuan
utama pembelajaran menggunakan strategi inkuiri adalah menolong siswa untuk
dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin
tahu mereka.
Dalam strategi
pembelajran inkuiri terdapat terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan
oleh setiap guru. Adapun prinsip-prinsip tersebut meliputi: prinsip berorientasi pada pengembangan intelektual,
prinsip interaksi, prinsip bertanya, prinsip belajar untuk berpikir, prinsip
keterbukaan.
Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran inkuiri dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut
yakni: orientasi, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, merumuskan kesimpulan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamzah B. Uno, 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Proses
Belajar Mengajar yang Efektif dan Dinamis. Jakarata: Bumi aksara
Trianto,
2007. Model-model Pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivis. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.
Wina,
Sanjaya, 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana.
Isjoni, dkk, 2007. Pembelajaran Visioner: Perpaduan
Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slameto,
1991. Proses Belajar Mengajar Dalam sistem Kredit Semester SKS. Jakarta: Bumi
Aksara,
[1]Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran
Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Efektif dan Dinamis (Jakarata:
Bumi aksara, 2008) halaman 14-15
[2]Trianto, Model-model
Pembelajaran inovatif berorientasi konstruktivis, (Jakarta: Prestasi
Pustaka Publisher, 2007) hlm. 135.
[3] Ibid,
hlm. 135
[4]Wina,
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2010) hlm. 196.
[5]Isjoni,dkk, Pembelajaran
Visioner: Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007)
hlm. 141
[6]Slameto, Proses
Belajar Mengajar Dalam sistem Kredit Semester SKS, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991) hlm.117
[7] Wina, Sanjaya,
Op.Cit. hlm. 196-197.
[8]Ibid, hlm. 197.
[9] Wina Sanjaya,
Op.Cit. hlm. 198-201.
[10] Wina Sanjaya,
Op.Cit. hlm. 201
[11]
Trianto, Op.Cit, Hlm. 138.
[13] Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem
Kredit Semester (Jakarta : bumi aksara, 1991) halaman 117
[14] Isjoni, Pembelajaran Visioner Panduan
Indonesia-Malaysia ( Yogyakarta : Pustaka pelajar. 2007) halaman 141
[16] Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester
(Jakarta : bumi aksara, 1991) halaman 117
Tidak ada komentar:
Posting Komentar