Sabtu, 15 Oktober 2011

Pembelajaran Multimedia Di sekolah Pedoman Inspiratif, Konstruktivis dan Perspektif



    




    

    
    




Rangkuman Buku MediA Pembelajaran
Pengarang  : Niken Arini, S.Pd dan Dany Haryanto
Judul buku  : Pembelajaran Multimedia Di Sekolah Pedoman Pembelajaran
  Inspiratif, Konstruktivis dan Prospektif
Penerbit        : Prestasi Pustaka Publisher
Tahun Terbit            : 2010
Judul Bab    : Implementasi Pakem Berbasis Multimedia Interaktif untuk
  Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar
Tebal             Bab    : 75-111 (36 HAL)
Rangkuman Buku Sebagai Berikut:
A.   Paradigma Baru dalam Pendidikan dan Proses Pembelajaran “Learning Is Fun”
Kita semua setuju bahwa pembelajaran yang menyenangkan merupakan dambaan dari setiap peserta didik. Karena proses belajar yang menyenangkan bisa meningkatkan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa guna menghasilkan produk belajar yang berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan proses belajar factor motivasi merupakan kunci utama. Seorang guru harus mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai macam motif dalam belajar.[1]
 Ada 4 katagori yang perlu diketahui oleh seorang guru yang baik terkait motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu:[2]
1)     Motivasi instrinsik (siswa belajar karena tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan)
2)     Motivasi instrumental (siswa belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau punishment)
3)     Motivasi social (siswa belajar karena ide dan gagasannya ingin dihargai), dan
4)     Motivasi prestasi (siswa belajar karena ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu melakukan tugas yang diberikan oleh gurunya
Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk karakter dan sikap mental professional yang berorientasi pada global mindset. Fokus pembelajarannya adalah pada mempelajari cara belajar (learning how to learn) dan bukan hanya semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Sesuai dengan tema maka pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu pada konsep konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses enquiri & discovery learning. Sehingga siswa sebagai stakeholder terlibat langsung  dengan masalah, dan tertantang untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan mereka.[3]
Mengapa PAKEM? Pakem merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran konntekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam pembelajarannya, yakni :
1.      Proses Interaksi (interaksin aktif antara siswa, guru, rekan, multimedia, referensi, lingkungan dan sebagainya)
2.      Proses komunikasi (upaya siswa untuk mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru, dan rekan siswa lain)
3.      Proses Refleksi (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang dipelajari)
4.      Proses Eksplorasi (siswa mengalami langsung dengan melibatkan semua indera).[4]
Pelaksanaan Pakem haruslah memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, bukan semata potensi akademikya. Dalam pembelajaran Quantum (Quantum Learning) ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual (kekuatan belajar siswa terletak pada indera ‘mata’), auditoral (kekuatan belajar pada indera ‘pendengaran’) dan kinestetik (kekuatan belajar terletak pada ‘perabaan’). Jadi dengan memahami kecenderungan potensi modalitas siswa tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media, metode/atau meteri pembelajaran kontekstual yang relevan dengan kecenderungan potensi atau modalitas belajar siswa.[5]
John B. Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning”, 1987, edisi kedua, menyebutkan 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami guru yang baik dalam proses pembelajaran:
1)     Memahami potensi siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang
2)     Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dan membantunya jika mereka membutuhkan
3)     Menghargai potensi siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadadap gagasan mereka
4)     Mendorong siswa untuk terus maju dalam bidang yang diminati
5)     Mengakui pekerjaan siswa dalam suatu bidang guna memberikan semangat pada pekerjaan lain
6)     Menggunakan fantasi  dalam pembelajaran untuk menghubungkannya dengan realitas
7)     Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter, bakat dan minat siswa
8)     Mendorong dan Menghargai keterlibatan individu siswa secara penuh dalam pembelajaran mandiri
9)     Menyatakan kepada siswa bahwa guru adalah mitra mereka, juga sebagai motivator dan fasilitator
10)Menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bebas dari tekanan
11)Mendorong terjadinya proses belajar interakktif yang bermakna
12)Memberikan tes/ujiaan yang bias mendorong terjadinya umpan balik[6]
Proses pembelajaran PAKEM akan berlangsung seperti yang diharapkan jika peran guru dalam berinteraksi dengan siswanya selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi, memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran yang terencana. Yang perlu dicatat dan diingat di sini ialah prinsip pembelajaran berikut:[7]
“Jangan meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya bisa mengingat. Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti mereka akan mengerti” (John Dewey). [8]
Dalam pelaksanaan konsep PAKEM, Penilaian dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu keberhasilan dalam proses maupun keberhasilan dalam lulusan (output). Keberhasilan proses dimaksudkan bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan senang selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan keberhasiln lulusan  (output) adalah siswa mampu menguasai sejumlah kompetensi dan standar kompetensi dari setiap Mata Pembelajaran, yang diterapkan dalam sebuah kurikulum. Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga aspek:[9]
a.     Pengetahuan
b.     Sikap, dan
c.     Keterampilan
B.    Media
Media adalah bahan ajar. “Media dan Bahan Ajar” selalu menjadi penyebab ketidak berhasilan sebuah proses pembelajaran di sekolah. Sebuah harapan yang selalu menjadi wacana, diantara para pendidik/guru dalam melaksanakan tugasnya adalah “tidak tersedianya media pembelajaran dan bahan ajar” yang cukup memadai. Dan kita sepakat bahwa hal itu meruapakan salah satu penyebab ketidakberhasilan proses pembelajaran siswa di sekolah.[10]
Dalam pembelajaran model PAKEM, seorang guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan merancang media/bahan ajar alternative yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi tetap memiliki relevansi  dengan tema mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkant multimedia seperti ICT sunggug sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu mengaksesnya.  Selain itu guru juga dapat memilih dan merancang media pembelajaran alternative dengan menggunakan berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat, seperti bahan baku kertas/plastic, tumbuh-tummbuhan, kayu, dan sebagainya guna merangsang dan memotivasi proses pembelajaran yang kretif dan menyenangkan. [11]
Model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, atau yang kita sebut dengan PAKEM itu tidak selalu mahal
“Unsur kreatifitas itu bukan terletak pada produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih pada pola pikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya bagi para muridnya.”[12]
Dalam merancang sebuah media pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang guru adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta didik, seperti yang disebutkan dalam pendekatan “Quantum Learning’ dan Learning Style Inventory’. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan. Sementara  itu media pembelajaran yang relative  cukup representative digunakan adalah media elektronik (Computer-Based Learning). Selanjutnya skenario penyajian ‘bahan ajar’ harus dengan system modular dengan mengacu pada Pendekatan Bloom Taksonomi. Ini dimaksudkkan agar terjadi proses pembelajaran yang terstruktur, dinamis, fleksibel, tanpa harus terikat dengan ruang kelas, waktu dan/atau guru.[13]
C.  IT (Informasi Teknologi) Sebagai Media Pembelajaran Multimedia
Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi dalam praktik pembelajaran berbasis multimedia. Saling bertukar informasi (Sharing Information) juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel).[14]
Bayangkan apabila seorang siswa di Sulawesi dapat berdiskusi masalah teknologi computer dengan seorang pakar di Universitas terkemuka di pualau Jawa, bahkan dengan pakar komputer di luar negeri sekalipun. Siswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau guru terbaik di Indonesia dan bahkan di lauar negeri.[15]
Virtual University merupakan sebuah aplikasi baru bagi internet. Virtual University memiliki karakteristik yang Scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak.[16] Hal ini berbeda dengan pendidikan di kelas yang biasanya hanya dapat diisi 40-50 orang. Virtual University dapat diakses oleh siapa saja, dari mana saja. Namun, sekarang ini layanan Virtual University belum efektif dikarenakan tenologi yang masih minim.[17]
Dibalik semua pemaparan di atas, idealnya, suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsure-unsur sebagai berikut:
1.      Pusat kegaiatan siswa (community web based distance learning), yakni harus mampu memnjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan siswa (belajar, mencari informasi, dll).
2.      Interaksi dalam grup; sebagai tempat siswa berinteraksi satu sama lain dalam mendiskusikan materi-materi yang diberikan guru.
3.      System administrasi siswa ; (dimana siswa  dapat melihat informasi mengenai status dan prestasi siswa
4.      Pendalaman materi dan ujian ; yakni sebagai pendalaman materi ketika hendak ujian.
5.      Perpustakaan ideal; terdapat berbagai informasi kepustakaan yang tak terbatas dapat diakses daripadanya.
6.      Materi online di luar materi kuliah, [18]
D.   Membangun CD Multimedia Pembelajaran
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :[19]
1.      Langkah penyusunan materi mata pelajaran yang diambil dari silabus yang digunakan oleh SD, SMP, SMA atau sederajat. Silabus yang dibangun bertitik tolak pada standar isi, dan materi-materi tersebut disusun dan diurutkan berdasarkan kompetensi dasarnya.
2.      Setelah struktur materi di selesaikan, dilakukan perancangan struktur CD Multimedia Pembelajaran. Struktur CD Multimedia meliputi intro, Menu Utama, Menu Materi, Menu Soal, Menu Kuis, Halaman Isi Materi, Halaman Soal, Halaman informasi dan halaman penutup.
3.      Setelah itu, dilakukan pengumpulan data-data yang berhubungan dengan materi ajar, kemudian dikelompokkan berdasarkan urutan materi. Dalam proses ini juga dibangun data multimedia bahan ajar, meliputi video, animasi, gambar audio. Data multimedia ini kemudian akan disisipkan ke dalam CD Multimedia Pembelajaran.
4.      Langkah selanjutnya, membangun tampilan CD Multimedia Pembelajaran.  Dalam perancangan tampilan CD dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai aplikasi Desain Multimedia seperti Adobe Reader, Corel Draw, Macromedia Flash, dan Macromedia Director (jika mungkin).
5.      Agar tampilan CD Multimedia menarik, kita harus melakukan googling (mencari di google) contoh-contoh animasi dan Multimedia Interaktif. Tujuannya agar ide desain yang kreatif dan menarik dapat muncul setelah melihat dan mempelajari hasil karya orang lain. Jika sudah muncul ide, maka segera desain multimedia anda semenarik mungkin.
6.      Setelah semua desain selesai, dilanjutkan dengan proses pengisian materi ke dalam struktur desain.
7.      Setelah pengisian materi selesai, maka dilakukan evaluasi terhadap file Multimedia tersebut.
8.      Setelah evaluasi selesai, dilakukan proses Burning ke dalam CD, finally  CD Multimedia siap untuk di Compre-kan.[20]
E.    Penggolongan Multimedia Pembelajaran
Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang paling sederhana dan murah samapai yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru, dan ada pula yang buatan pabrik. Ada yang langsung dapat dimanfaatkan dari lingkungan, dan ada  pula yang sengaja dirancang dari bahan alam.[21]
Beberapa Sudut Pandang Tokoh
Rudi Bretz (1971) pakar Multimedia asal Amerika menggolongkan media berdasarkan tiga unsure pokok (suara, visual, dan gerak):
1.      Media Audio
2.      Media Cetak
3.      Media Visual Diam
4.      Media Visual Gerak
5.      Media Audio Semi Gerak
6.      Media Visual Semi Gerak
7.      Media Audio Visual Diam
8.      Media Audio Visual Gerak
Anderson pakar Multimedia Swedia (1976) menggolongkan menjadi 10 media:
1.      Audio
2.      Cetak
3.      Audio-Cetak
4.      Proyeksi Visual Diam
5.      Proyeksi Audio Visual Diam
6.      Visual Gerak
7.      Audio Visual Gerak
8.      Obyek Fisik
9.      Manusia dan Lingkungan
10. Komputer[22]
Schramm dari Jerman (1985(, menggolongkan media berdasarkan kompleks suara, yaitu media kompleks (film, tv, video/CD) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu juga menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak/radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan/kaset audio, video, OHP, slide, dan lain-lain), media individual (untuk perorangan/ buku teks, telepon, CAI)[23]
Henrich, dkk dari Jerman menggolongkan:[24]
1.      Media yang tidak diproyeksikan
2.      Media yang diproyeksikan
3.      Media audio
4.      Media video
5.      Media berbasis computer
6.      Multimedia kit.
Sedangkan dalam buku yang saya rangkum, mengklasifikasikannya menjadi media visual, audio, dan audio-visual. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1.    Media Visual
Media yang diproyeksikan
1)     Media realia adalah benda nyata.
2)     Model adalah benda tiruan dalam wujud tiga dimensi  yang merupakan representasi atau pengganti dari benda yang sesungguhnya.
3)     Media grafis tergolong media visual yang menyalurkan pesan melalui simbol-simbol visual.[25]
Jenis-jenis media grafis adalah:
1)     Gambar/foto
2)     Sketsa: gambar sederhana atau draft kasar yang  melukiskan bagian pokok tanpa detail.
3)     Diagram/skema: gambar sederhana yang menggunakan garis dan symbol untuk menggarmbarkan struktur dari obyek tertentu secara garis besar.
4)     Bagan/chart
5)     Grafik: gambar sederhana yang menggunakan garis, titik, symbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data kuantitatif.[26]
Media proyeksi
1)     Transparansi OHP
Perangkat media transparansi meliputi perangkat lunak (OHT) dan perangkat keras (ohp). Teknik pembuatan media transparansi:
-          Mengambil dari bahan cetak dengan teknik tertentu
-          Membuat sendiri secara manual
2)     Film Bingkai/slide
Adalah film transparansi yang umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2x2 inci.[27]
2.    Media Audio
1)     Radio
2)     Kaset-audio
3.    Media Audo-Visual
1)     Media video (biasanya dalam bentuk VCD)
2)     Media computer[28]
F.    Full Day School dan Multimedia, efektif dan menyenangkan dia
Salah satu langkah yang harus ditempuh oleh seorang guru agar setiap pembelajarannya aktif, kreatif , efektif dan menyenangkan (PAKEM) adalah optimalisasi media pembelajaran.  Hal ini penting, karena guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa.[29]
PAKEM merupakan harga mati dalam pembelajaran apalagi untuk “fullday school” (sekolah sehari penuh).Dengan PAKEM, siswa akan senantiasa enjoy dalam belajar, sekalipun jam pelajaran yang mereka lalui sangat padat.[30]
Peran media dalam pembelajaran itu sangatlah besar, hal tersebut dapat digambarkan  dari manfaatnya sebagai berikut:
1.      Menghindari terjadinya verbalisme, hanya ceramah saja
2.      Membangkitkan minat/motivasi siswa
3.      Menarik perhatian siswa agar lebih fokus terhadap materi pelajaran
4.      Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu
5.      Mengaktifkan peserta didik dalam pembelajaran
6.      Memberikan rangsangan untuk belajar[31]
Jika kita selama ini menggunakan multimedia(ditulis dengan spasi), yang artinya dalam menggunakan media pembelajaran antara gambar, teks, dan suara masih terpisah-pisah. Akan tetapi dengan multimedia, kita dapat menampilkannya secara simultan antara teks, suara, maupun gambar.[32]
Guru sebagai fasilitator pembelajaran sudah seharusnya melahap media, artinya tidak gagap lagi terhadap segenap perangkat komputer ataupun LCD di dalam pembelajaran.[33]
G.  Panduan Pengembangan Multimedia Pembelajaran
Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video, dan animasi secara terintegrasi. Multimedia dibagi menjadi dua kategori, yaitu multimedia linear dan multimedia interaktif. [34]
Multimedia linear adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan Film.[35]
Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.[36]
Sedangkan pembelajaran diartikan sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Dengan demikian aspek yang paling penting dalam aktivitas belajar adalah lingkungan. Sehingga multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat merangsang pilkiran, perasaan, perhatian, dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.[37]
Hal yang menarik dari bahasan ini diantaranya ialah juga menampilkan beberapa pertanyaan berkenaan dengan materi, yang kemudia akan dibahas jawabannya, dengan cara mengajak kita untuk paham maksud dan arah tujuan jawaban tersebut. Seperti pertanyaan berikut:
v  Benarkah pemanfaatan teknologi multimedia akan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik?
v  Bagaimana seharusnya menyiapkan perangkat pembelajaran multimedia sehingga menjadi tayangan yang menarik, dan efektif dalam pemanfaatannya untuk mengembangkan kemampuan siswa?[38]
Lalu dibuku tersebut menjelaskan teori-teori sebagai berikut:
Dr. Vernom A. Magnesen (1983) menyatakan kita belajar, “10%  dari apa yang dibaca; 20 % dari apa yang di dengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70% dari apa yang dikatakan, 90% dari apa yang dilakukan.”
Konsep tersebut menegaskan bahwa pembelajaran dengan mempergunakan teknologi audio-visual akan menjamin dalam meningkatkan kemampuan belajar sebesar 50%, daripada tanpa menggunakan media. Maka pencapaian belajar secara efektif akan dicapai apabila:
1.      Guru mengenal keunggulan dari setiap media dan teknologi yang dipergunakan.
2.      Menentukan pilihan materi yang akan ditayangkan, apakah sesuai dengan penggunakan media audio, visual, atau audio visual.
3.      Menyiapkan scenario tayangan yang menyangkut model tayangan yang akan disajikan sehingga menjadi menarik, nantinya akan  mampu mengembangkan berbagai aspek kemampuan (potensi) dalam diri siswa.
4.      Menyiapkan lembar tugas atau quiz sebagai bahan evaluasi.[39]
Beberapa keuntungan dan penerapan belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia antara lain:
1)     Adanya ketergantungan dan tanggunga jawab dari setiap anggota kelompok
2)     Adanya interaksi yang promotif di mana usaha anggota seorang individu akan mendukung usaha anggota kelompok lainnya.
3)     Kesempatan latihan untuk bekerjasama
4)     Pengembangan dan pemeliharan kelompok.[40]
Adapun penggunaan multimedia harus benar-benar dipilih sesuai kebutuhan. Ada beberapa materi pembelajaran (terutama yang kompleks) yang memerlukan multimedia, tetapi ada juga materi pembelajaran yang cukup disampaikan secara lisan saja, tanpa perlu bantuan perangkat multimedia karena cukup sederhanya materi tersebut.[41]
Upaya membuat anak betah belajar di sekolah dengan memanfaatkan teknologi multimedia, merupakan kebutuhan, sehingga sekolah tidak lagi menjadi ruangan yang menakutkan dengan berbagai tugas dan ancaman yang justru menghambat potensi dalam diri siswa.[42]
H.   Pembelajaran Multimedia Untuk Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai
Pembelajaran sains di sekolah selama ini lebih bersifat transfer ilmu. Padahal pelajaran sains disekolah diantaranya bertujuan:
1.      Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, keteraturan alam ciptaan-Nya.
2.      Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi anatara sains, lingkungan, teknologi dan mayarakat
3.      Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan.[43]

I.     Multimedia, Sains Bermuatan Nilai
Masyarakat Indonesia pada umumnya kurang memahami berbagai pengetahuan mengenai sains dan lingkungan serta keteraturan, keseimbangan dan kebesaran alam semesta yang mengindikasikan keAkbaran penciptanya.  Hal ini dapat ditunjukkan oleh fenomena yang ada pada masyarakat seperti:
1)     Dalam menggali sumber daya alam belum dilakukan secara bijaksana sehingga mengakibatkan kerusakan.
2)     Dalam melaksanakan pembangunan, lebih mempertimbangkan nilai ekonomis dan keindahan daripada tata ruang ramah lingkungan.[44]
Syamsulberau, (2007) menyatakan”:
Bahwa dunia pendidikan kita telah memberikan porsi besar untuk pengetahuan, tetapi melupakan pengembangan sikap atau nilai dan perilakau dalam pembelajarannya. Dunia pendidikan sangat metremehkan  mata-mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan karakter bangsa.”[45]
Sebagai akibatnya manusia generasi muda menjadi sombong,, angkuh, kurang toleran, kurang saling menghargai antar sesame, yang dindikasi oleh banyaknya tawuran pelajar, nilai-nilai moral dan keimanan yang rendah, serta sikap yang buruk terhadap alam.[46]
Pengetahuan mengenai sains, lingkungan, keindahan dan keteraturan pencipta-Nya penting diketahui masyarakat Indonesia sejak dini supaya manusia Indonesia dapat berperan memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam dan menaruh kasih yang terbesar kepada penciptanya.
Di dalam pembelajaran sains di sekolah, diharapkan siswa:
1.      Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2.      Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi anatara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
3.      Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam (Depdiknas, 2003)[47]
Dalam Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) tahun 2005-2009, ditentukan bahwa pendidikan yang bermutu tidak hanya bercirikan kemampuan lulusan dalam penguasaan iptek, tetapi juga dalam pemahaman, pengamalan nilai-nilai kemanusiaan dan ketakwaan, etika dan kepribadian, estetika, serta meningkatkan kualitas kerja sama yang dapat mengantarkan Indonesia menuju bangsa yang modern dan madani.[48]
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilaksanakan proses pembelajaran yang dirasakan bermakna bagi mereka. Kepada siswa perlu dipertunjukkan dan diperlihatkan bukti-bukti kebesaran, keindahan, keteraturan alam ciptaan-Nya, sehingga tumbuh sikap positif dan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.[49]
Buukti-bukti tersebut dapat disajikan kepada siswa melalui pemutaran video yang memuat kebesaran, keindahan, keteraturan, alam ciptaan-Nya. Program video sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan, antara lain dapat dilihat dan didengar secara berulang, member stimulus secara simultan terhadap indera (melihat dan mendengar), serta mebantu kejelasan informasi dan memori (Miller, 1993 dalam Siantz & Pugh, 1998).[50]
Dalam sebuah penelitian adalah siswa Program Studi Pendidikan Fisika Reguler dalam mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) Pada 2008 lalu, dari 39 anak yang terdiri dari 14 anak laki-laki dan 25 perempuan sbb:
Dalam tiga kali pertemuan siswa ditayangkan VCD bermuatan nilai: ‘Penciptaan Alam Semesta”, “Keajaiban di Planet”, dan “Peritiwa Tsunami”.
-          VCD Penciptaan Alam Semesta menayangkan teori alam semesta mengembang dan Big bang.
-          VCD Keajaiban Planet menyanhkan karakteristik planet-planet pada tata surya, kesempurnaan dan keindahan bumi sebagai planet berpenghuni.
Kedua pembelajan VCD tersebut mengaitkan penjelasan yang disampaikan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan para pembaca diajak untuk mempelajari dan hidup dengan ayat-ayat tersebut.
-          VCD Peristiwa Tsunami menayangkan penyebab timbulnya tsunami, kehebatan tsunami, korban-korban tsunami Aceh.
Selama penyangan siswa diminta menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi/materi VCD, dan setiap usai 1 penyangan maka akan dilakukan diskusi untuk menyamakan persepsi.[51]
Berdasarkan data kuisioner, diperoleh hasil :
a.     Berupa tumbuhnya peningkatan keyakinan pada siswa mengenai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Siswa menyadari bahwa manusia itu sangat kecil dibandingkan dengan  Sang Pencipta, sehingga manusia tidak pantas merasa sombong dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Pada mereka tumbuh kesadaran untuk semakin taat menjalankan ibadah kepada Tuhan.
b.     Selain itu siswa meyakini bahwa Tuhan menciptakan alam semesta sangat teratur. Oleh karena itu merasa wajib menjaga keseimbangan alam. Kesadaran ini bias tumbuh dari penayangan VCD tsunami yang menggambarkan rusaknya hutan bakau sehingga tidak berfungsi untuk menahan gelombang Tsunami.
c.   VCD yang ditayangkan juga memberikan relevansi iman dengan teori alam semesta mengembang telah menambah dan meningkatkan iman siswa. Isi video juga memperkokoh keyakinan akan terintegrasinya pemahaman agama dan pemahaman manusia (ilmuan) tentang asal muasal alam semesta, yakni melalui pertemuan pemahaman ayat-ayat Kitab suci dan sains astronomi.[52]
Menciptakan Presentasi Multimedia yang Menarik
Seperti layaknya sebuah cerita, presetasiultimedia pun perrlu diawali dengan intro yang menarik dan sesuai dengan tema materi yang disampaikan. Penggunaan music dan efek suara juga sangat membantu membangun suasana presentasi.
Selanjutnya, penahapan yang tepat dan urutan presentasi perlu diperhatikan. Visual, music, dan efek suara yang relevan dengan materi presentasi akan menjaga penonton untuk terus tertarik memperhatikan,. bila materi  penuh dengan teks, atur jeda dengan menyisipkan ilustrasi, foto, video atau yany lain.
g mengarahkan penonton akan pesan yang ingin kita sampaikan. Bila perlu, lengkapi dengan video atau animasi penutup yang mevisualkan berbagai kemungkinan implementasi materi yang sampaikan.
J.    Tip dan Trik Membuat Multimedia Pembelajaran
Tip 1: Optimalkan Komponen Pemicu (Triger)!
Komponen pemicu dalam multimedia meliputi judul, tujuan pembelajaran, dan apresiasi yang menarik dan matang.[53]


Trik 1: Sulap Judul Menjadi Lebih Menarik dan Menantang!
Judul merupakan titik awal sebagai penarik perhatian pengguna. Namun sering sekali kita temui judul yang dirumuskan dengan kata yang kaku. Coba bandingkan contoh rumus judul berikut:
1.      Daripada kita mrnggunakan judul “TATA SURYA” akan lebih menarik jika kita ubah menjadi “SEPERTI APAKAH KEADAAN DI LUAR ANGKAS?”
2.      Daripada kita menggunakan “BIAYA, PENERIMAAN DAN RUGI/LABA”, tentu akan lebih menarik jika kita sulap mebjadi “CARA MUDAH MENGHITUNG RUGI LABA”.[54]
Trik 2 : Modifikasi Tujuan Pembelajaran!
            Beberapa kelemahan yang sering dari peserta lomba pembuatan multimedia pembelajaran adalah:
a.     Tidak adanya tujuan pembelajaran
b.     Walaupun ada tidak dinyatakan dengan redaksi yang jelas, realistis, daan dapat diukur serta mearik/menantang bagi siswa. Mengapa? Karena pengembang biasanya sangat terpaku oleh kompetensi dasar juga intikator dalam kurikulum.[55]
      Untuk itu pengguna perlu diberitahu manfaat yang akan diperoleh dari multimedian pembelajran.
The Porter dkk, mengistilahkannya dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku?). dengan rumusan tujuan yang jelas, siswa mengetahui manfaat dan arah yang jelas saat menggunakan media tersebut. [56]Perlu diingat bahwa media pembelajaran juga berkaitan dengan kerangka waktu. Dengan tujuan yang jelas, maka pencapaian tujuan dapat disesuaikan dengan kerangka waktu yang ada dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Demikian pula dengan manfaat dari media pembelajaran harus memberikan peluang bagi pengguna untuk ‘merasakan’ keguanaan lain selain sebagai media pembelajaran pokok.[57]
Oleh karena itu, kalimat-kalimat ajakan dan sapaan psikologis yang dapat memberikat ikatan emosional bagi pengguna menjadi perlu, sehingga memunculkan interaktifitas yang tinggi dari multimedia tersebut.
Trik 3 : Berikan Apresiasi yang Kontekstual!
De Porter dkk, dalam buku “Quantum Teaching”mengfungsikan apresiasi untuk membawa dunia mereka ke dunia kita. Yaitu dengan mengaitkan apa  yang telah diketahui atau dialami pengguna dengan apa yang dipelajari dalam multimedia pembelajaran. Kontekstualitas dalam apresiasi menjadi penting, karena kita mencoba ‘menarik’ mereka ke dunia yang kita ciptakan dalam media, melalui hal-hal yang dianggap paling ‘akrab’ dengan pengguna, sehingga pengguna meras diajak berkomunikasi dengan media kita. Jika perlu, gunakan bahasa yang ‘menantang’ dan sedikit memprovokasi’ dalam arti positif.[58]
Mari kita perhatikan contoh appersepsi sebagai berikut :
“Selamat datang dalam software pembelajaran Fisika. Dalam software pembelajaran ini, kamu akan mempelajari tentang impuls-impuls momentum.[59]
Tentu akan lebih baik jika dibuat lebih kontekstual dengan materi yang akan dibahas dalam multimedia tersebut. Perhatikan contoh berikut ini :
“Anda tentu pernah bermain bola basket. Bagaimana bola basket dapat memantul dengan sempurna? Begitu halnya dengan bola volley atau bola sepak. Bagaimana hal tersebut bias terjadi? Topic ini akan membahas tuntas pertanyaan tersebut, dst…..”\[60]
(Catatan: Appersepsi seperti ini bisa dalam bentuk teks atau divisualisasikan dalam bentuk narasi (audio), animasi plus narasi, dan bahkan video).

Demikianlah Rangkuman Buku yang dapat saya susun, semoga dapat memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran sekaligus menambah wawasan penyusun guna dijadikan pegangan dalam pembelajaran di masa mendatang. Penyusun menyadari dalam penyusunan rangkuman ini masih banyak kekurangan,  Oleh karenanya saya sangat mengharapkan masukan dan saran dari Dosen Mata Kuliah  khususnya Ibu S. Khadijah, M.Pd bersangkutan, guna menjadi perbaikan di masa mendatang.










[1] Arini, Niken, dkk, Pembelajaran Multimedia Di Sekolah Pedoman Pembelajaran  Inspiratif, Konstruktivis dan Prospektif, (Jakarta: Prestasi Pusyaka Publisher, 2010) hlm. 75
[2] Hlm. 75

[3] Hal. 76
[4] Hlm. 77
[5] Hlm.  77
[6] Hlm. 78
[7] Hlm. 79
[8] Hlm. 79
[9] Hlm. 80
[10] Hlm. 81
[11] Hlm. 81
[12] Hlm. 82
[13] Hlm. 82
[14] Hlm. 84
[15] Hlm. 84
[16] Hlm. 84
[17] Hlm. 85
[18] Hlm. 86
[19] Hlm. 87
[20] Hlm. 89
[21] Hlm. 89
[22] Hlm. 90
[23] Hlm. 90
[24] Hlm. 90
[25] Hlm. 91
[26] Hlm. 91
[27] Hlm. 92
[28] 91-93
[29] Hlm. 94
[30] Hlm. 94
[31] Hlm. 94
[32] Hlm. 94
[33] Hlm. 95
[34] Hlm. 95
[35] Hlm. 96
[36] Hlm. 95
[37] Hlm 95
[38] Hlm. 97
[39] Hlm. 98
[40] Hlm. 99
[41] Hlm. 99
[42] Hlm. 99
[43] Hal. 100
[44] Hal. 101
[45] Hlm. 102
[46] Hlm. 102
[47] Hlm. 102
[48] Hlm. 103
[49] Hlm. 103
[50] Hlm. 103
[51] Hlm. 104
[52] Hlm. 105
[53] Hlm. 108
[54] Hlm. 108
[55] Hlm. 109
[56] Hlm. 109
[57] Hlm. 110
[58] Hlm. 110
[59] Hlm. 110
[60] Hlm. 111

Tidak ada komentar: