Rangkuman Buku MediA Pembelajaran
Pengarang : Niken Arini, S.Pd
dan Dany Haryanto
Judul buku : Pembelajaran Multimedia Di Sekolah Pedoman
Pembelajaran
Inspiratif,
Konstruktivis dan Prospektif
Penerbit : Prestasi
Pustaka Publisher
Tahun Terbit : 2010
Judul Bab : Implementasi Pakem Berbasis Multimedia
Interaktif untuk
Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar
Tebal Bab : 75-111 (36 HAL)
Rangkuman Buku Sebagai Berikut:
A. Paradigma Baru dalam Pendidikan
dan Proses Pembelajaran “Learning Is Fun”
Kita
semua setuju bahwa pembelajaran yang menyenangkan merupakan dambaan dari setiap
peserta didik. Karena proses belajar yang menyenangkan bisa meningkatkan
motivasi belajar yang tinggi bagi siswa guna menghasilkan produk belajar yang
berkualitas. Untuk mencapai keberhasilan proses belajar factor motivasi merupakan kunci utama. Seorang
guru harus mengetahui secara pasti mengapa seorang siswa memiliki berbagai
macam motif dalam belajar.[1]
Ada 4 katagori yang perlu diketahui oleh
seorang guru yang baik terkait motivasi “mengapa siswa belajar”, yaitu:[2]
1)
Motivasi instrinsik (siswa
belajar karena tertarik dengan tugas-tugas yang diberikan)
2)
Motivasi instrumental (siswa
belajar karena akan menerima konsekuensi: reward atau punishment)
3)
Motivasi social (siswa belajar
karena ide dan gagasannya ingin dihargai), dan
4)
Motivasi prestasi (siswa belajar
karena ingin menunjukkan kepada orang lain bahwa dia mampu melakukan tugas yang
diberikan oleh gurunya
Dalam paradigma baru pendidikan, tujuan
pembelajaran bukan hanya untuk merubah perilaku siswa, tetapi membentuk
karakter dan sikap mental professional yang berorientasi pada global mindset.
Fokus pembelajarannya adalah pada mempelajari cara belajar (learning how to learn) dan bukan hanya
semata pada mempelajari substansi mata pelajaran. Sesuai dengan tema maka
pendekatan, strategi dan metoda pembelajarannya adalah mengacu pada konsep
konstruktivisme yang mendorong dan menghargai usaha belajar siswa dengan proses
enquiri & discovery learning. Sehingga siswa sebagai stakeholder terlibat
langsung dengan masalah, dan tertantang
untuk belajar menyelesaikan berbagai masalah yang relevan dengan kehidupan
mereka.[3]
Mengapa PAKEM? Pakem merupakan
singkatan dari pembelajaran aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran
konntekstual yang melibatkan paling sedikit empat prinsip utama dalam
pembelajarannya, yakni :
1.
Proses Interaksi (interaksin
aktif antara siswa, guru, rekan, multimedia, referensi, lingkungan dan
sebagainya)
2.
Proses komunikasi (upaya siswa
untuk mengkomunikasikan pengalaman belajar mereka dengan guru, dan rekan siswa
lain)
3.
Proses Refleksi (siswa
memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang dipelajari)
4.
Proses Eksplorasi (siswa
mengalami langsung dengan melibatkan semua indera).[4]
Pelaksanaan Pakem haruslah
memperhatikan bakat, minat dan modalitas belajar siswa, bukan semata potensi
akademikya. Dalam pembelajaran Quantum (Quantum
Learning) ada tiga macam modalitas siswa, yaitu modalitas visual (kekuatan
belajar siswa terletak pada indera ‘mata’), auditoral (kekuatan belajar pada
indera ‘pendengaran’) dan kinestetik (kekuatan belajar terletak pada
‘perabaan’). Jadi dengan memahami kecenderungan potensi modalitas siswa
tersebut, maka seorang guru harus mampu merancang media, metode/atau meteri pembelajaran
kontekstual yang relevan dengan kecenderungan potensi atau modalitas belajar
siswa.[5]
John B.
Biggs and Ross Telfer, dalam bukunya “The Process of Learning”, 1987, edisi
kedua, menyebutkan 12 aspek dari sebuah pembelajaran kreatif, yang harus dipahami
guru yang baik dalam proses pembelajaran:
1)
Memahami potensi
siswa yang tersembunyi dan mendorongnya untuk berkembang
2)
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar meningkatkan rasa tanggung jawab dan
membantunya jika mereka membutuhkan
3)
Menghargai potensi
siswa yang lemah/lamban dan memperlihatkan entuisme terhadadap gagasan mereka
4)
Mendorong siswa
untuk terus maju dalam bidang yang diminati
5)
Mengakui
pekerjaan siswa dalam suatu bidang guna
memberikan semangat pada pekerjaan lain
6)
Menggunakan
fantasi dalam pembelajaran untuk menghubungkannya
dengan realitas
7)
Memuji keindahan perbedaan potensi, karakter,
bakat dan minat siswa
8)
Mendorong
dan Menghargai keterlibatan individu siswa secara
penuh dalam pembelajaran mandiri
9)
Menyatakan
kepada siswa bahwa guru adalah mitra
mereka, juga sebagai motivator dan fasilitator
10)Menciptakan suasana belajar yang kondusif
dan bebas dari tekanan
11)Mendorong terjadinya proses belajar
interakktif yang bermakna
Proses pembelajaran PAKEM akan
berlangsung seperti yang diharapkan jika peran guru dalam berinteraksi dengan
siswanya selalu memberikan motivasi, dan memfasilitasinya tanpa mendominasi,
memberikan kesempatan untuk berpartisipasi aktif, membantu dan mengarahkan
siswanya untuk mengembangkan bakat dan minat mereka melalui proses pembelajaran
yang terencana. Yang perlu dicatat dan diingat di sini ialah prinsip
pembelajaran berikut:[7]
“Jangan
meminta siswa Anda hanya untuk mendengarkan, karena mereka akan lupa. Jangan
membuat siswa Anda memperhatikan saja, karena mereka hanya bisa mengingat.
Tetapi yakinkan siswa Anda untuk melakukannya, pasti mereka akan mengerti” (John
Dewey). [8]
Dalam pelaksanaan konsep PAKEM,
Penilaian dimaksudkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa, baik itu
keberhasilan dalam proses maupun keberhasilan dalam lulusan (output).
Keberhasilan proses dimaksudkan bahwa siswa berpartisipasi aktif, kreatif dan
senang selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Sedangkan keberhasiln lulusan (output) adalah siswa mampu menguasai
sejumlah kompetensi dan standar kompetensi dari setiap Mata Pembelajaran, yang
diterapkan dalam sebuah kurikulum. Penilaian harus mencakup paling sedikit tiga
aspek:[9]
a.
Pengetahuan
b.
Sikap, dan
c.
Keterampilan
B. Media
Media adalah bahan ajar. “Media dan Bahan Ajar” selalu menjadi
penyebab ketidak berhasilan sebuah proses pembelajaran di sekolah. Sebuah
harapan yang selalu menjadi wacana, diantara para pendidik/guru dalam
melaksanakan tugasnya adalah “tidak tersedianya media pembelajaran dan bahan
ajar” yang cukup memadai. Dan kita sepakat bahwa hal itu meruapakan salah satu
penyebab ketidakberhasilan proses pembelajaran siswa di sekolah.[10]
Dalam pembelajaran model PAKEM, seorang
guru mau tidak mau harus berperan aktif, proaktif dan kreatif untuk mencari dan
merancang media/bahan ajar alternative yang mudah, murah dan sederhana. Tetapi
tetap memiliki relevansi dengan tema
mata pelajaran yang sedang dipelajari siswa. Penggunaan perangkant multimedia
seperti ICT sunggug sangat ideal, tetapi tidak semua sekolah mampu
mengaksesnya. Selain itu guru juga dapat
memilih dan merancang media pembelajaran alternative dengan menggunakan
berbagai sumber lainnya, seperti bahan baku yang murah dan mudah di dapat,
seperti bahan baku kertas/plastic, tumbuh-tummbuhan, kayu, dan sebagainya guna
merangsang dan memotivasi proses pembelajaran yang kretif dan menyenangkan. [11]
Model pembelajaran aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan, atau yang kita sebut dengan PAKEM itu tidak selalu
mahal
“Unsur
kreatifitas itu bukan terletak pada produk/media yang sudah jadi, tetapi lebih
pada pola pikir dan strategi yang digunakan secara tepat oleh seorang guru itu
sendiri dalam merancang dan mengajarkan materi pelajarannya bagi para
muridnya.”[12]
Dalam merancang sebuah media
pembelajaran, aspek yang paling penting untuk diperhatikan oleh seorang guru
adalah karakteristik dan modalitas gaya belajar individu peserta didik, seperti
yang disebutkan dalam pendekatan “Quantum Learning’ dan Learning Style
Inventory’. Media yang dirancang harus memiliki daya tarik tersendiri guna
merangsang proses pembelajaran yang menyenangkan. Sementara itu media pembelajaran yang relative cukup representative digunakan adalah media
elektronik (Computer-Based Learning). Selanjutnya skenario penyajian ‘bahan
ajar’ harus dengan system modular dengan mengacu pada Pendekatan Bloom Taksonomi. Ini dimaksudkkan agar terjadi proses pembelajaran
yang terstruktur, dinamis, fleksibel, tanpa harus terikat dengan ruang kelas,
waktu dan/atau guru.[13]
C. IT (Informasi Teknologi) Sebagai
Media Pembelajaran Multimedia
Batasan
geografis bukan menjadi masalah lagi dalam praktik pembelajaran berbasis
multimedia. Saling bertukar informasi (Sharing
Information) juga sangat dibutuhkan dalam bidang penelitian agar penelitian
tidak berulang (reinvent the wheel).[14]
Bayangkan
apabila seorang siswa di Sulawesi dapat berdiskusi masalah teknologi computer
dengan seorang pakar di Universitas terkemuka di pualau Jawa, bahkan dengan
pakar komputer di luar negeri sekalipun. Siswa dimanapun di Indonesia dapat
mengakses pakar atau guru terbaik di Indonesia dan bahkan di lauar negeri.[15]
Virtual
University merupakan sebuah aplikasi baru bagi internet. Virtual University
memiliki karakteristik yang Scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang
diakses oleh orang banyak.[16]
Hal ini berbeda dengan pendidikan di kelas yang biasanya hanya dapat diisi
40-50 orang. Virtual University dapat diakses oleh siapa saja, dari mana saja.
Namun, sekarang ini layanan Virtual University belum efektif dikarenakan
tenologi yang masih minim.[17]
Dibalik
semua pemaparan di atas, idealnya, suatu pendidikan jarak jauh berbasis web
antara lain harus memiliki unsure-unsur sebagai berikut:
1.
Pusat
kegaiatan siswa (community
web based distance learning), yakni harus mampu memnjadikan sarana ini
sebagai tempat kegiatan siswa (belajar, mencari informasi, dll).
2.
Interaksi
dalam grup; sebagai tempat siswa berinteraksi
satu sama lain dalam mendiskusikan materi-materi yang diberikan guru.
3.
System
administrasi siswa ; (dimana siswa dapat melihat informasi mengenai status dan
prestasi siswa
4.
Pendalaman
materi dan ujian ; yakni sebagai pendalaman
materi ketika hendak ujian.
5.
Perpustakaan
ideal; terdapat berbagai informasi
kepustakaan yang tak terbatas dapat diakses daripadanya.
D. Membangun CD Multimedia
Pembelajaran
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :[19]
1.
Langkah
penyusunan materi mata pelajaran yang diambil dari silabus yang
digunakan oleh SD, SMP, SMA atau sederajat. Silabus yang dibangun bertitik
tolak pada standar isi, dan materi-materi tersebut disusun dan diurutkan
berdasarkan kompetensi dasarnya.
2.
Setelah struktur materi di
selesaikan, dilakukan perancangan
struktur CD Multimedia Pembelajaran. Struktur CD Multimedia meliputi intro,
Menu Utama, Menu Materi, Menu Soal, Menu Kuis, Halaman Isi Materi, Halaman
Soal, Halaman informasi dan halaman penutup.
3.
Setelah itu, dilakukan pengumpulan data-data yang berhubungan
dengan materi ajar, kemudian
dikelompokkan berdasarkan urutan materi. Dalam proses ini juga dibangun
data multimedia bahan ajar, meliputi video, animasi, gambar audio. Data
multimedia ini kemudian akan disisipkan ke dalam CD Multimedia Pembelajaran.
4.
Langkah selanjutnya, membangun tampilan CD Multimedia
Pembelajaran. Dalam perancangan
tampilan CD dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai aplikasi Desain
Multimedia seperti Adobe Reader, Corel
Draw, Macromedia Flash, dan Macromedia Director (jika mungkin).
5.
Agar tampilan CD Multimedia
menarik, kita harus melakukan googling (mencari di google)
contoh-contoh animasi dan Multimedia Interaktif. Tujuannya agar ide desain yang
kreatif dan menarik dapat muncul setelah melihat dan mempelajari hasil karya
orang lain. Jika sudah muncul ide, maka segera desain multimedia anda semenarik
mungkin.
6.
Setelah semua desain selesai,
dilanjutkan dengan proses pengisian
materi ke dalam struktur desain.
7.
Setelah pengisian materi
selesai, maka dilakukan evaluasi
terhadap file Multimedia tersebut.
8.
Setelah evaluasi selesai,
dilakukan proses Burning ke dalam CD, finally CD Multimedia siap untuk di Compre-kan.[20]
E. Penggolongan Multimedia
Pembelajaran
Media
pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang paling sederhana dan murah
samapai yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru, dan ada pula
yang buatan pabrik. Ada yang langsung dapat dimanfaatkan dari lingkungan, dan
ada pula yang sengaja dirancang dari
bahan alam.[21]
Beberapa
Sudut Pandang Tokoh
Rudi Bretz (1971) pakar Multimedia asal Amerika menggolongkan
media berdasarkan tiga unsure pokok
(suara, visual, dan gerak):
1.
Media Audio
2.
Media Cetak
3.
Media Visual Diam
4.
Media Visual Gerak
5.
Media Audio Semi Gerak
6.
Media Visual Semi Gerak
7.
Media Audio Visual Diam
8.
Media Audio Visual Gerak
Anderson pakar Multimedia Swedia (1976) menggolongkan
menjadi 10 media:
1.
Audio
2.
Cetak
3.
Audio-Cetak
4.
Proyeksi Visual Diam
5.
Proyeksi Audio Visual Diam
6.
Visual Gerak
7.
Audio Visual Gerak
8.
Obyek Fisik
9.
Manusia dan Lingkungan
10. Komputer[22]
Schramm dari
Jerman (1985(, menggolongkan media berdasarkan kompleks suara, yaitu media
kompleks (film, tv, video/CD) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu juga menggolongkan
media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak/radio, televisi), media kelompok
(liputannya seluas ruangan/kaset audio, video, OHP, slide, dan lain-lain),
media individual (untuk perorangan/ buku
teks, telepon, CAI)[23]
Henrich, dkk
dari Jerman menggolongkan:[24]
1.
Media yang tidak diproyeksikan
2.
Media yang diproyeksikan
3.
Media audio
4.
Media video
5.
Media berbasis computer
6.
Multimedia kit.
Sedangkan dalam buku yang saya rangkum,
mengklasifikasikannya menjadi media visual, audio, dan audio-visual. Adapun
penjelasannya sebagai berikut:
1. Media Visual
Media
yang diproyeksikan
1)
Media
realia adalah benda nyata.
2)
Model
adalah benda tiruan dalam wujud tiga
dimensi yang merupakan representasi atau
pengganti dari benda yang sesungguhnya.
Jenis-jenis
media grafis adalah:
1)
Gambar/foto
2)
Sketsa: gambar sederhana atau
draft kasar yang melukiskan bagian pokok
tanpa detail.
3)
Diagram/skema: gambar sederhana
yang menggunakan garis dan symbol untuk menggarmbarkan struktur dari obyek
tertentu secara garis besar.
4)
Bagan/chart
5)
Grafik: gambar sederhana yang
menggunakan garis, titik, symbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan
data kuantitatif.[26]
Media proyeksi
1)
Transparansi OHP
Perangkat media transparansi
meliputi perangkat lunak (OHT) dan perangkat keras (ohp). Teknik pembuatan
media transparansi:
-
Mengambil dari bahan cetak
dengan teknik tertentu
-
Membuat sendiri secara manual
2)
Film Bingkai/slide
Adalah film transparansi yang
umumnya berukuran 35 mm dan diberi bingkai 2x2 inci.[27]
2. Media Audio
1)
Radio
2)
Kaset-audio
3. Media Audo-Visual
1)
Media video (biasanya dalam
bentuk VCD)
2)
Media computer[28]
F. Full Day School dan Multimedia,
efektif dan menyenangkan dia
Salah
satu langkah yang harus ditempuh oleh seorang guru agar setiap pembelajarannya
aktif, kreatif , efektif dan
menyenangkan (PAKEM) adalah optimalisasi media pembelajaran. Hal ini penting, karena guru bukanlah
satu-satunya sumber belajar bagi siswa.[29]
PAKEM
merupakan harga mati dalam pembelajaran apalagi untuk “fullday school” (sekolah sehari penuh).Dengan PAKEM, siswa akan
senantiasa enjoy dalam belajar, sekalipun jam pelajaran yang mereka lalui
sangat padat.[30]
Peran
media dalam pembelajaran itu sangatlah besar, hal tersebut dapat
digambarkan dari manfaatnya sebagai
berikut:
1.
Menghindari terjadinya
verbalisme, hanya ceramah saja
2.
Membangkitkan minat/motivasi
siswa
3.
Menarik perhatian siswa agar
lebih fokus terhadap materi pelajaran
4.
Mengatasi keterbatasan ruang dan
waktu
5.
Mengaktifkan peserta didik dalam
pembelajaran
6.
Memberikan rangsangan untuk
belajar[31]
Jika kita selama ini menggunakan
multimedia(ditulis dengan spasi), yang artinya dalam menggunakan media
pembelajaran antara gambar, teks, dan suara masih terpisah-pisah. Akan tetapi
dengan multimedia, kita dapat menampilkannya secara simultan antara teks,
suara, maupun gambar.[32]
Guru sebagai fasilitator pembelajaran
sudah seharusnya melahap media, artinya tidak gagap lagi terhadap segenap
perangkat komputer ataupun LCD di dalam pembelajaran.[33]
G. Panduan Pengembangan Multimedia
Pembelajaran
Multimedia adalah media yang
menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video, dan animasi secara
terintegrasi. Multimedia dibagi menjadi dua kategori, yaitu multimedia linear dan multimedia interaktif. [34]
Multimedia
linear adalah suatu multimedia yang tidak
dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang tidak dilengkapi dengan alat
pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini
berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan Film.[35]
Multimedia
interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi
dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna
dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.[36]
Sedangkan pembelajaran diartikan
sebagai proses penciptaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses
belajar. Dengan demikian aspek yang paling penting dalam aktivitas belajar
adalah lingkungan. Sehingga multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai
aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain
untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan dan sikap) serta dapat
merangsang pilkiran, perasaan, perhatian, dan kemauan yang belajar sehingga
secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.[37]
Hal yang menarik dari bahasan ini
diantaranya ialah juga menampilkan beberapa pertanyaan berkenaan dengan materi,
yang kemudia akan dibahas jawabannya, dengan cara mengajak kita untuk paham
maksud dan arah tujuan jawaban tersebut. Seperti pertanyaan berikut:
v Benarkah
pemanfaatan teknologi multimedia akan membuat pembelajaran menjadi lebih
menarik?
v Bagaimana
seharusnya menyiapkan perangkat pembelajaran multimedia sehingga menjadi
tayangan yang menarik, dan efektif dalam pemanfaatannya untuk mengembangkan
kemampuan siswa?[38]
Lalu dibuku tersebut menjelaskan teori-teori sebagai
berikut:
Dr.
Vernom A. Magnesen (1983) menyatakan kita belajar, “10% dari apa yang dibaca; 20 % dari apa yang di
dengar, 30% dari apa yang dilihat, 50% dari apa yang dilihat dan didengar, 70%
dari apa yang dikatakan, 90% dari apa yang dilakukan.”
Konsep tersebut menegaskan bahwa
pembelajaran dengan mempergunakan teknologi audio-visual akan menjamin dalam
meningkatkan kemampuan belajar sebesar 50%, daripada tanpa menggunakan media.
Maka pencapaian belajar secara efektif akan dicapai apabila:
1.
Guru mengenal keunggulan dari
setiap media dan teknologi yang dipergunakan.
2.
Menentukan pilihan materi yang
akan ditayangkan, apakah sesuai dengan penggunakan media audio, visual, atau
audio visual.
3.
Menyiapkan scenario tayangan
yang menyangkut model tayangan yang akan disajikan sehingga menjadi menarik,
nantinya akan mampu mengembangkan
berbagai aspek kemampuan (potensi) dalam diri siswa.
4.
Menyiapkan lembar tugas atau
quiz sebagai bahan evaluasi.[39]
Beberapa keuntungan dan penerapan
belajar kooperatif dalam pembelajaran multimedia antara lain:
1)
Adanya ketergantungan dan
tanggunga jawab dari setiap anggota kelompok
2)
Adanya interaksi yang promotif
di mana usaha anggota seorang individu akan mendukung usaha anggota kelompok
lainnya.
3)
Kesempatan latihan untuk
bekerjasama
4)
Pengembangan dan pemeliharan
kelompok.[40]
Adapun penggunaan multimedia harus
benar-benar dipilih sesuai kebutuhan. Ada beberapa materi pembelajaran
(terutama yang kompleks) yang memerlukan multimedia, tetapi ada juga materi
pembelajaran yang cukup disampaikan secara lisan saja, tanpa perlu bantuan
perangkat multimedia karena cukup sederhanya materi tersebut.[41]
Upaya membuat anak betah belajar di
sekolah dengan memanfaatkan teknologi multimedia, merupakan kebutuhan, sehingga sekolah tidak lagi menjadi ruangan
yang menakutkan dengan berbagai tugas dan ancaman yang justru menghambat
potensi dalam diri siswa.[42]
H. Pembelajaran Multimedia Untuk
Pembelajaran Sains Bermuatan Nilai
Pembelajaran
sains di sekolah selama ini lebih bersifat transfer ilmu. Padahal pelajaran
sains disekolah diantaranya bertujuan:
1.
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, keteraturan alam ciptaan-Nya.
2.
Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi anatara sains, lingkungan, teknologi dan mayarakat
3.
Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan.[43]
I. Multimedia, Sains Bermuatan
Nilai
Masyarakat
Indonesia pada umumnya kurang memahami berbagai pengetahuan mengenai sains dan
lingkungan serta keteraturan, keseimbangan dan kebesaran alam semesta yang
mengindikasikan keAkbaran penciptanya. Hal ini dapat ditunjukkan oleh fenomena yang
ada pada masyarakat seperti:
1)
Dalam menggali sumber daya alam
belum dilakukan secara bijaksana sehingga mengakibatkan kerusakan.
2)
Dalam melaksanakan pembangunan,
lebih mempertimbangkan nilai ekonomis dan keindahan daripada tata ruang ramah
lingkungan.[44]
Syamsulberau, (2007)
menyatakan”:
Bahwa dunia
pendidikan kita telah memberikan porsi besar untuk pengetahuan, tetapi
melupakan pengembangan sikap atau nilai dan perilakau dalam pembelajarannya.
Dunia pendidikan sangat metremehkan
mata-mata pelajaran yang berkaitan dengan pembentukan karakter bangsa.”[45]
Sebagai akibatnya manusia generasi
muda menjadi sombong,, angkuh, kurang toleran, kurang saling menghargai antar
sesame, yang dindikasi oleh banyaknya tawuran pelajar, nilai-nilai moral dan
keimanan yang rendah, serta sikap yang buruk terhadap alam.[46]
Pengetahuan mengenai sains,
lingkungan, keindahan dan keteraturan pencipta-Nya penting diketahui masyarakat
Indonesia sejak dini supaya manusia Indonesia dapat berperan memelihara,
menjaga, melestarikan lingkungan alam dan menaruh kasih yang terbesar kepada
penciptanya.
Di dalam
pembelajaran sains di sekolah, diharapkan siswa:
1.
Memperoleh
keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2.
Mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi anatara sains, lingkungan, teknologi
dan masyarakat.
3.
Meningkatkan
kesadaran untuk berperan serta memelihara,
menjaga, melestarikan lingkungan alam (Depdiknas, 2003)[47]
Dalam Rencana Strategis Departemen
Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) tahun 2005-2009, ditentukan bahwa pendidikan yang bermutu tidak
hanya bercirikan kemampuan lulusan dalam penguasaan iptek, tetapi juga dalam
pemahaman, pengamalan nilai-nilai kemanusiaan dan ketakwaan, etika dan
kepribadian, estetika, serta meningkatkan kualitas kerja sama yang dapat
mengantarkan Indonesia menuju bangsa yang modern dan madani.[48]
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu
dilaksanakan proses pembelajaran yang dirasakan bermakna bagi mereka. Kepada
siswa perlu dipertunjukkan dan diperlihatkan bukti-bukti kebesaran, keindahan,
keteraturan alam ciptaan-Nya, sehingga tumbuh sikap positif dan kesadaran untuk
berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.[49]
Buukti-bukti tersebut dapat disajikan
kepada siswa melalui pemutaran video yang memuat kebesaran, keindahan,
keteraturan, alam ciptaan-Nya. Program video sebagai media pembelajaran
memiliki beberapa kelebihan, antara lain dapat
dilihat dan didengar secara berulang, member stimulus secara simultan terhadap
indera (melihat dan mendengar), serta
mebantu kejelasan informasi dan memori (Miller, 1993 dalam Siantz & Pugh, 1998).[50]
Dalam sebuah penelitian adalah siswa
Program Studi Pendidikan Fisika Reguler dalam mata kuliah Ilmu Pengetahuan Bumi
dan Antariksa (IPBA) Pada 2008 lalu, dari 39 anak yang terdiri dari 14 anak
laki-laki dan 25 perempuan sbb:
Dalam tiga kali pertemuan siswa
ditayangkan VCD bermuatan nilai: ‘Penciptaan Alam Semesta”, “Keajaiban di
Planet”, dan “Peritiwa Tsunami”.
-
VCD Penciptaan Alam
Semesta menayangkan teori alam semesta mengembang dan Big bang.
-
VCD Keajaiban
Planet menyanhkan karakteristik planet-planet pada tata surya, kesempurnaan dan
keindahan bumi sebagai planet berpenghuni.
Kedua pembelajan VCD tersebut
mengaitkan penjelasan yang disampaikan dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan para
pembaca diajak untuk mempelajari dan hidup dengan ayat-ayat tersebut.
-
VCD Peristiwa
Tsunami menayangkan penyebab timbulnya tsunami, kehebatan tsunami, korban-korban
tsunami Aceh.
Selama
penyangan siswa diminta menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan
isi/materi VCD, dan setiap usai 1 penyangan maka akan dilakukan diskusi untuk
menyamakan persepsi.[51]
Berdasarkan
data kuisioner, diperoleh hasil :
a.
Berupa tumbuhnya
peningkatan keyakinan pada siswa mengenai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dan
kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan
lingkungan alam. Siswa menyadari bahwa manusia itu sangat kecil dibandingkan
dengan Sang Pencipta, sehingga manusia
tidak pantas merasa sombong dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Pada
mereka tumbuh kesadaran untuk semakin taat menjalankan ibadah kepada Tuhan.
b.
Selain itu siswa
meyakini bahwa Tuhan menciptakan alam semesta sangat teratur. Oleh karena itu
merasa wajib menjaga keseimbangan alam. Kesadaran ini bias tumbuh dari
penayangan VCD tsunami yang menggambarkan rusaknya hutan bakau sehingga tidak
berfungsi untuk menahan gelombang Tsunami.
c. VCD
yang ditayangkan juga memberikan relevansi iman dengan teori alam semesta
mengembang telah menambah dan meningkatkan iman siswa. Isi video juga
memperkokoh keyakinan akan terintegrasinya pemahaman agama dan pemahaman
manusia (ilmuan) tentang asal muasal alam semesta, yakni melalui pertemuan
pemahaman ayat-ayat Kitab suci dan sains astronomi.[52]
Menciptakan
Presentasi Multimedia yang Menarik
Seperti layaknya sebuah cerita,
presetasiultimedia pun perrlu diawali dengan intro yang menarik dan sesuai
dengan tema materi yang disampaikan. Penggunaan music dan efek suara juga
sangat membantu membangun suasana presentasi.
Selanjutnya, penahapan yang tepat dan
urutan presentasi perlu diperhatikan. Visual, music, dan efek suara yang
relevan dengan materi presentasi akan menjaga penonton untuk terus tertarik
memperhatikan,. bila materi penuh dengan
teks, atur jeda dengan menyisipkan ilustrasi, foto, video atau yany lain.
g mengarahkan penonton akan pesan yang
ingin kita sampaikan. Bila perlu, lengkapi dengan video atau animasi penutup
yang mevisualkan berbagai kemungkinan implementasi materi yang sampaikan.
J. Tip dan Trik Membuat Multimedia
Pembelajaran
Tip 1: Optimalkan Komponen Pemicu (Triger)!
Komponen pemicu dalam multimedia
meliputi judul, tujuan pembelajaran, dan apresiasi yang menarik dan matang.[53]
Trik 1: Sulap Judul Menjadi Lebih Menarik dan
Menantang!
Judul merupakan titik awal
sebagai penarik perhatian pengguna. Namun sering sekali kita temui judul yang
dirumuskan dengan kata yang kaku. Coba bandingkan contoh rumus judul berikut:
1.
Daripada kita mrnggunakan judul
“TATA SURYA” akan lebih menarik jika kita ubah menjadi “SEPERTI APAKAH KEADAAN
DI LUAR ANGKAS?”
2.
Daripada kita menggunakan
“BIAYA, PENERIMAAN DAN RUGI/LABA”, tentu akan lebih menarik jika kita sulap
mebjadi “CARA MUDAH MENGHITUNG RUGI LABA”.[54]
Trik 2 : Modifikasi Tujuan
Pembelajaran!
Beberapa
kelemahan yang sering dari peserta lomba pembuatan multimedia pembelajaran
adalah:
a.
Tidak adanya tujuan pembelajaran
b.
Walaupun ada tidak dinyatakan
dengan redaksi yang jelas, realistis, daan dapat diukur serta mearik/menantang
bagi siswa. Mengapa? Karena pengembang biasanya sangat terpaku oleh kompetensi
dasar juga intikator dalam kurikulum.[55]
Untuk itu pengguna perlu diberitahu manfaat yang akan diperoleh dari
multimedian pembelajran.
The
Porter dkk, mengistilahkannya dengan AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku?). dengan
rumusan tujuan yang jelas, siswa mengetahui manfaat dan arah yang jelas saat
menggunakan media tersebut. [56]Perlu
diingat bahwa media pembelajaran juga berkaitan dengan kerangka waktu. Dengan
tujuan yang jelas, maka pencapaian tujuan dapat disesuaikan dengan kerangka
waktu yang ada dan relevan dengan kebutuhan pengguna. Demikian pula dengan
manfaat dari media pembelajaran harus memberikan peluang bagi pengguna untuk
‘merasakan’ keguanaan lain selain sebagai media pembelajaran pokok.[57]
Oleh karena itu, kalimat-kalimat ajakan
dan sapaan psikologis yang dapat memberikat ikatan emosional bagi pengguna
menjadi perlu, sehingga memunculkan interaktifitas yang tinggi dari multimedia
tersebut.
Trik 3 : Berikan Apresiasi
yang Kontekstual!
De
Porter dkk, dalam buku “Quantum Teaching”mengfungsikan apresiasi untuk membawa dunia
mereka ke dunia kita. Yaitu dengan mengaitkan apa yang telah diketahui atau dialami pengguna
dengan apa yang dipelajari dalam multimedia pembelajaran. Kontekstualitas dalam
apresiasi menjadi penting, karena kita mencoba ‘menarik’ mereka ke dunia yang
kita ciptakan dalam media, melalui hal-hal yang dianggap paling ‘akrab’ dengan
pengguna, sehingga pengguna meras diajak berkomunikasi dengan media kita. Jika
perlu, gunakan bahasa yang ‘menantang’ dan sedikit memprovokasi’ dalam arti
positif.[58]
Mari kita perhatikan contoh
appersepsi sebagai berikut :
“Selamat
datang dalam software pembelajaran Fisika. Dalam software pembelajaran ini,
kamu akan mempelajari tentang impuls-impuls momentum.”[59]
Tentu akan lebih baik jika dibuat
lebih kontekstual dengan materi yang akan dibahas dalam multimedia tersebut.
Perhatikan contoh berikut ini :
“Anda
tentu pernah bermain bola basket. Bagaimana bola basket dapat memantul dengan
sempurna? Begitu halnya dengan bola volley atau bola sepak. Bagaimana hal
tersebut bias terjadi? Topic ini akan membahas tuntas pertanyaan tersebut, dst…..”\[60]
(Catatan:
Appersepsi seperti ini bisa dalam bentuk teks atau divisualisasikan dalam
bentuk narasi (audio), animasi plus narasi, dan bahkan video).
Demikianlah Rangkuman Buku yang dapat saya susun, semoga
dapat memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran sekaligus menambah wawasan
penyusun guna dijadikan pegangan dalam pembelajaran di masa mendatang. Penyusun
menyadari dalam penyusunan rangkuman ini masih banyak kekurangan, Oleh karenanya saya sangat mengharapkan
masukan dan saran dari Dosen Mata Kuliah
khususnya Ibu S. Khadijah, M.Pd bersangkutan, guna menjadi perbaikan di
masa mendatang.
[1] Arini,
Niken, dkk, Pembelajaran Multimedia Di Sekolah Pedoman
Pembelajaran Inspiratif, Konstruktivis
dan Prospektif,
(Jakarta: Prestasi Pusyaka Publisher, 2010) hlm. 75
[3] Hal. 76
[4] Hlm. 77
[5] Hlm. 77
[6] Hlm. 78
[7] Hlm. 79
[8] Hlm. 79
[9] Hlm. 80
[10] Hlm. 81
[11] Hlm. 81
[12] Hlm. 82
[13] Hlm. 82
[14] Hlm. 84
[15] Hlm. 84
[16] Hlm. 84
[17] Hlm. 85
[18] Hlm. 86
[19] Hlm. 87
[20] Hlm. 89
[21] Hlm. 89
[22] Hlm. 90
[23] Hlm. 90
[24] Hlm. 90
[25] Hlm. 91
[26] Hlm. 91
[27] Hlm. 92
[28] 91-93
[29] Hlm. 94
[30] Hlm. 94
[31] Hlm. 94
[32] Hlm. 94
[33] Hlm. 95
[34] Hlm. 95
[35] Hlm. 96
[36] Hlm. 95
[37] Hlm 95
[38] Hlm. 97
[39] Hlm. 98
[40] Hlm. 99
[41] Hlm. 99
[42] Hlm. 99
[43] Hal. 100
[44] Hal. 101
[45] Hlm. 102
[46] Hlm. 102
[47] Hlm. 102
[48] Hlm. 103
[49] Hlm. 103
[50] Hlm. 103
[51] Hlm. 104
[52] Hlm. 105
[53] Hlm. 108
[54] Hlm. 108
[55] Hlm. 109
[56] Hlm. 109
[57] Hlm. 110
[58] Hlm. 110
[59] Hlm. 110
[60] Hlm. 111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar