Sabtu, 15 Oktober 2011

Sejarah Masuknya Islam di Indonesia




KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita panjatkan pada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan memuliakannya diatas makhluk-makhluk yang lain.Juga tidak lupa pula shalawat dan salam atas pemimpin umat islam yakni baginda besar Muhammad SAW, beserta para sahabat dan pengikunya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah  berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah yang singkat ini dengan judul “Sejarah Masuknya Islam di Indonesia.”. Makalah ini terdiri dari pokok-pokok bahasan materi yang membahas tentang Permasalahan, Teori dan perspektif, Masuk dan Berkembangnya Islam  di Indonesia , Kerajaan-Kerajaan Islam di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi, Saluran-Saluran masuk dan berkembangnya Islam serta pengaruhnya di Indonesia. Materi ini disajikan secara ringkas yang kami ambil dari beberapa sumber referensi terpilih.
Terima kasih kepada
selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Pendidikna Islam yang telah membimbing kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman, yang telah bersedia membaca dan mempelajarinya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah yang bersangkutan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya, dan bagi kita semua selaku calon generasi pendidik masa depan bangsa.


Jakarta, 29 September  2010

Penyusun
Semester III C
Kelompok Pertama



Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

A. Permasalahan Masuk dan Berkembangnya Islam  di Indonesia
Penyebaran agama islam adalah suatu proses yang penting dalam sejarah Indonesia, walaupun demikian  proses islamisasi ini adalah sejarah yang belum jelas. Sejarah islam di Indonesia memiliki banyak permasalahan yang rumit. Di antaranya adalah ketersediaan data yang sangat terbatas tentang kedatangan islam sebagaimana yang disampaikan  Snouck Hurgronje dalam orasi ilmiahnya di Leiden dalam tahun 1907 M (Drewes, 1968:434:Berg,1955:112).[1]
            Permasalahan yang lain adalah masalah asal-usul Islam di Indonesia, kapan, mengapa dan bagaimana penduduk indonesia mulai memeluk agama islam merupakan perkara yang belum dijelaskan dengan sempurna. Selain itu beberapa ahli memiliki perm asalahan yang berbeda-beda mengenai apa yang dimaksud dengan islam (Azra, 2002:17;Ricklefs,1992:3).
B. Teori dan perspektif masuknya Agama Islam di Indonesia
1.1 Teori-Teori Asal Usul Islam di Indonesia.
Islam merupakan agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha para juru dakwah agama Islam dalam melakukan islamisasi di Indonesia. Islamisasi adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk menggambarkan proses persebaran Islam di Indonesia pada periode awal (abad 7-13 M), terutama menyangkut waktu kedatangan, tempat asal serta para pembawanya, yang terjadi tidak secara sistematis dan terencana. Pembahasan mengenai masuknya Islam ke Indonesia sangat menarik terkait dengan banyaknya perbedaan pendapat di kalangan sejarawan. Masing-masing pendapat menggunakan berbagai sumber, baik dari arkeologi maupun beberapa tulisan dari berbagai sumber.[2]
Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar, yakni teori Gujarat, teori Mekkah dan Teori Persia.[3] Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1.   Teori Gujarat.
Teori ini dinamakan dengan teori Gujarat didasarkan pada pandangan teori tersebut yang menyatakan asal negara yang membawa agama islam ke Nusantara adalah dari Gujarat-India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Adapun tokoh-tokohnya diantaranya sebagai berikut : Pijnappel, Snouck Hurgronje, J.P Mosquette, Winstedt, R.A Kern, Schreikeh, dan beberapa tokoh lainnya.
2.   Teori Mekkah.
Teori ini dinamakan dengan teori Mekkah didasarkan pada pandangan teori tersebut bahwa Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M. Adapun tokoh-tokohnya diantaranya sebagai berikut :Naquib al-Attas, Azzumardi Azra, Keyzer, Hamka, dan beberapa tokoh lainnya.
3. Teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M. Adapun tokohnya diantaranya ialah P.A Hoesein Djajadiningrat.

1.2  Perspektif Masuknya Islam ke Indonesia
Mengenai masuknya Islam di indonesia terdapat banyak perspektif. Perbedaan-perbedaan pendapat tersebut diantaranya sebagai berikut[4]:
1.      Pijnappel pertama kali mengajukan teori bahwa asal islam di Indonesia adalah Gujarat dan Malabar. Menurutnya orang orang Arab bermazhab Syfei yang menetap di india itulah yang kemudian menetap di Indonesia.
2.      Snouck Hurgroje menekankan bahwa India selatan adalah asal Islam di Indonesia.
3.      setelah itu, tampil J.P Moquette yang juga menyetujui Gujarat sebagai asal Islam di Indonesia.
4.      teori Winstedt, teori ini sangat mendukung  pendapat J.P Moquette, dan berpendapat bahwa Gujarat sebagai asal Islam di Indonesia.
5.      teori R.A Kern, teorinya sependapat dengan Moquette, yang juga menyetujui bahwa pedagang muslim Gujarat berperan dalam penyebaran Islam di Indonesia.
6.      T.B Arnold, ia menegaskan bahwa asal Islam di Indonesia dari Coromandel dan Malabar.
7.      Crawford, menegaskan bahwa Islam diperkenalkan langsung oleh Arab ke Indonesia
8.      Naquib Al-Athas, menegaskan bahwa penyebar Islam di Indonesia ialah Arab dan Persia.
9.      Neiman dan de Holander, berpandangan bahwa islam berasal dari Arab dan Hadramaut.
10.  Azra, Hamka, dan sejumlah ahli Indonesia bersepakat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Arab.
Pandangan tokoh-tokoh tersebut tentunya disertai dengan bukti serta alasannya masing-masing. Dengan demikian dari pendapat-pendapat tokoh tersebut maka teori masukya Islam ke Indonesia secara  garis besar dapat dibagi menjadi tiga, yakni teori Gujarat-India, Teori Arab-Mekkah, dan Teori Persia. 

B. Kerajaan-Kerajaan Islam Yang Berkembang di Indonesia
I.  Kerajaan-Kerajaan Islam  Sebelum Penjajahan Belanda
1.1  Kerajaan Islam di Sumatera
a. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. Kemunculannya sebagai Kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7. Bukti berdirinya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asal Samudera Pasai[5]. Husain Djajadiningrat, sebagaimana dikutip Taufik Abdullah, memperkirakan waktu berdirinya adalah 1270 atau 1275 M.[6]
Malik al-Saleh, ialah raja pertama yang juga merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Melayu, dan juga hasil penelitian sarjana-sarjana Barat, khususnya para sarjana Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P Moquette, dan lain-lain.
Dalam Hikayat Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik al-Shaleh sebelum menjadi raja adalah Merah Sile atau Merah Selu.
Adapun Para Sultan  Samudera Pasai diantaranya sebagai berikut :[7]
1. Sultan al-Maliku Saleh (1275-1297 M)
2. Sultan muhammad Malik Az-Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (1326-1371 M),
4. Sultan Zainal Abidin Malik Az-Zahir (1371-1405 M), serta beberapa sultan lainnya.
Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan maritim ini, tidak memiliki basis agraris. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran. Ditinjau dari segi geografis dan sosial ekonomis Samudera Pasai ini memang merupakan suatu daerah penting yang menghubungkan  antara pusat-pusat perdagangan yang terdapat di kepulauan Indonesia, India, Cina dan Arab. Pada masa kerajaan ini sudah terdapat mata uang emas yang bertuliskan nama-nama sultan yang berkuasa. Adanya mata uang dirham tersebut membuktikan bahwa kerajaan ini pada saat itu merupakan kerajaan yang makmur.
            Taufik Abdullah sebagaimana dikutip Badri Yatim, menerangkan dalam bukunya, Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M.

b. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak diaerah yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Disini pula letak ibu kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas Machmud berpendapat Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M, di atas puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497). Dialah yang membangun kota Aceh Darussalam. Menurutnya, pada masa pemerintahannya, Aceh Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena saudagar-saudagar muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka, memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M). Sebagai akibat dari penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang sebelumnya dari Laut Jawa ke Utara melalui selat Karimata terus ke Malaka, pindah melalui selat Sunda dan menyusuri pantai Barat Sumatera terus ke Aceh. Dengan demikian Aceh menjadi ramai dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri. H,J. De Graaf berpendapat bahwa raja Aceh yang pertama ialah Ali Mughayat Syah.
Sultan-sultan yang pernah memerintah Aceh diantaranya sebagai berikut:[8]
1.      Sultan JohanSyah
2.      Sultan Riayat Syah
3.      Sultan Mahmud Syah
4.      Sultan Firman Syah, dan beberapa Sultan lainnya.
Peletak dasar kebesaran Aceh adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar Al-Qahar.  Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637). Pada masanya  Aceh menguasai seluruh pelabuhan pesisir Timur dan Barat Sumatera.
Tidak seperti Iskandar Muda yang memerintah dengan tangan besi, penggantinya, Iskandar Tsani bersikap lebih liberal, lembut dan adil. Pada masaanya Aceh terus berkembang untuk masa beberapa tahun. Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan tetapi kematiannya diikuti oleh masa-masa bencana, setelah sultan-sultan berikunya berkuasa sekitar abad ke-18 kerajaan ini mulai runtuh dan terpecah belah.

 I.2 Kerajaan Islam di Jawa
a. Kerajaan Demak
Kesultanan Demak adalah kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri awal abad ke-16. kemunculannya dapat disebut babak baru dan penting dalam proses islamisasi di tanah Jawa, setelah sebelumnya lebih terkonsentrasi di pusat-pusat perdagangan di pantai utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, dan Giri.
Sebelum muncul sebagai kerajaan bercorak Islam, Demak merupakan daerah kekuasaan Majapahit. Sebelumya, Demak bernama Bintoro; olehMajapahit kemudian diberikan kepada Raden Patah. Daerah ini lambat laun menjadi pusat perkembangan Islam yang diselenggarakan oleh para wali.[9] Dibawah pimpinan Sunan Ampel Denta, para wali yang dikenal sebagi Wali Songo sepakat mengangkat Raden Patah sebagai raja pertama kerajaan Demak dengann gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Masa pemerintahannya  berlangsung sekitar akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Raden Patah adalah seorang anak Raja Majapahit dari seorang ibu Muslim keturunan Campa.
Pengganti Raden Patah sebagai raja Demak ialah anaknya sendiri yakni Pangeran Sabrang Lor, yang dikenal dengan Adipati Unus. Masa pemerintahannya cukup singkat, sebab tentaranya mengalami kekalahan besar terhadap Portugis. Kemudian Pati Unus digantikan oleh Trenggono yang memerintah selama 22 tahun (1524-1546), yang dilantik oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Pada  masa  Sultan Demak yang ketiga inilah Islam dikembangkan keseluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Daerah-daerah di Jawa, baik di daerah pantai maupun pedalaman, dibawah hegemoni politik Demak. Kota-kota pelabuhan penting , yang menjadi pusat perdagangan di bawah dominasi Sunda Kelapa, dapat ditaklukan paa tahun 1527 M. Penaklukan tersebut dilakukan oleh pasukan gabungan Demak dan Cirebon di bawah komando Fadhilah Khan atau Fatahelah.
Pada tahun 1546 M dalam penyerbuan ke Panarukan, Sultan Trenggono terbunuh dan digantikan oleh adiknya, Prawoto. Pemberontakan mengakibatkan Prawoto terbunuh dan kerajaan berakhir dengan pemindahan pusat kerajaan ke Pajang oleh Jaka Tingkir.

b. Kerajaan Pajang
Setelah memindahkan ke Pajang, mulailah kerajaan Pajang berdiri dengan Jaka Tingkir sebagaif sultannya. Ia bergelar Adiwijaya. Kesultanan ini berada di Kertasura sekarang dan penaklukan ke daerah-daerah sekitar. Ia meluruskan  pengaryhnya ke Banyumas dan Madiun.
Sultan Pajang wafat pada 1587 dan fdigantikan oleh putranya Pangeran Benawa. Usia kesultanan ini tidak panjang karena kemudian kekuasaannya diambil alih oleh kerajaan Mataram.
Pada tahun 1618 Kerajaan Pajang memberontak terhadap Mataram yang ketika itu berada di bawah pimpinan Sultan Agung. Pajang dihancurkan, rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya. Riwayat keajaan pajang berakhir tahun 1618.

c. Kerajaan Mataram
Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Panangsang tersebut. Sebagai hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.
Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamenahan menempati istana barunya di Mataram. Kemudian ia digantikan oleh puteranya, Senopati, tahun 1584 dan dikukuhkan oleh Sultan Pajang. Kemudian Senopatilah yang dianggap sebagai Sultan Mataram pertama.
Senopati meninggal dunia pada tahun 1601 M, dan digantikan oleh puteranya Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M. Kemudian ia juga wafat dan digantikan oleh puteranya, Sultan Agung. Pada tahun 1619, seluruh Jawa Timur sudah berada di bawah kekuasaanya. Di masa sultan Ageng inilah kontak-kontak bersenjata dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1630 M, Sultan Agung menetapkan Amangkurat  I  sebagai Putera Mahkota. Sultan Agung wafat tahun 1646 M dan dimakamkan di Imogiri, hingga ia digantikan oleh putera Mahkota.
Pada masa pemerintahan Amangkurat I terjadilah banyak konflik serta pemberontakan-pemberontakan yang terjadi hingga akhirnya kerajaan ini runtuh.

d. Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah Kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Gunung Jati. Pada mulanya Cirebon merupakan daerah kekuasaan pakuan Pajajaran. Akan tetapi, Syarif Hidayat yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati, berhasil meningkatkan status Cirebon sebagai daerah kerajaan.
Sunan Gunung Jati lahir tahun 1448 M, dan wafat pada tahun 1568 M dalam usia 120 tahun. Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majlengk, Kuningan, Kawalih,Sunda Kelapa, dan Banten. Dasar pengembangan Islam dan perdagangan kaum muslimin di Banten diletakkan oleh Sunan Gunung Jati tahun1524 atau 1525. ketika ia kembali ke Cirebon Banten diserahkan kepada anaknya Hasanuddin. Keturunan sultan inilah yang kemudian menurunkan raja-raja Banten.

e. Kerajaan Banten
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kalapa dan Cimanuk. Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri dari Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Menurut pelurusan Sejarah, Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin nikah dengan Putri Kintamani mempunyai Anak yang pertama bernama Yusuf Akbar (Maulana Yusuf), pelurusan sejarah bahwa Anak Kedua Ratu Siti Rodiah kawin dengan Sultan Mahmud Badaruddin II Kesultanan Palembang Darussalam sedang anak ketiga Muhammad Nazaruddin (Sultan Maulana Muhammad Nazaruddin bergelar Alamsyah) Terjadi perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570). Pangeran Jepara merasa berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad karena Maulana Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena dibantu oleh para ulama (inilah Sejarah Bikinan Belanda).
Menurut Pelurusan Sejarah bahwa Sultan Muhammad bukan anak dari Maulana Yusuf tetapi anak ketiga dari Sultan Hasanuddin, dengan nama lengkap Sultan Muhammad Nazaruddin "Alamsyah" dikawal oleh empat Pengawal Kesultanan masing-masing bernama Ananta Kusuma, Daeng, Nata Kusuma dan Jalaluddin pada saat itu Sultan Muhammad Nazaruddin yang bergelar Alamsyah berusia 19 tahun,melakukan perjalanan ke Palembang pada masa Inggeris masuk ke Palembang, bukan untuk memerangi palembang tetapi menyambangi keluarga (Saudaranya yang bernama Ratu Siti Rodiah yang nikah dengan Sultan Mahmud Badaruddin II).
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.
Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada 12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak monopoli perdagangan lada di Lampung. Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813 oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas
Stamford Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur-
Jenderal Belanda, Herman William Daendels tahun 1808.[10]

1.3 Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku dan Sulawesi
1. Kalimantan
a. Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang bercorak Hindu. Peristiwanya dimulai ketika ada pertentangan dalam keluarga istan, Antara Pangeran Samudera sebagai pewaris sah Kerajaan Daha, dengan pamannya Pangeran Tumenggung. Seperti dikisahkan dalam Hikayat Banjar, ketika Raja Sukarama merasa sudah hampir tiba ajalnya, ia berwasiat agar yang menggantikannya nanti ialah cucunya, Raden Samudera. Keempat puteranya tidak setuju dengan wasiat tersebut, terutama Pangeran Tumanggung. Setelah Sukarama wafat, jabatan raja dipegang oleh anak tertua, yakni Pangeran Mangkubumi. Saat itu Pangeran Samudera baru berusia 7 tahun. Tak beberapa lama menjabat, Mangkubumi terbunuh oleh pegawai istana yang dihasut Tumanggung.. maka Pangeran Tumanggung tampil sebagai raja Daha.
Pangeran Samuderapun berkelana dan kemudian diasuh oleh Patih Masih, serta berhasil menghimpun kekuatan hingga berhasil menguasai Muara Baha. Atas saran Patih, maka Pangeran Samudera meminta bantuan pada raja Demak, dan Sultan Demak berjanji membantunya dengan syarat ia akan masuk Islam. Sultan Demak kemudian mengirim seribu tentara dengan seorang penghulu bernama Khtib Dayan untuk mengislamkan orang Banjar. Dalam peperangan itu Pangeran Samudera memperoleh kemenangan, dan masuk Islam dengan diberi nama Sultan Suyanullah atau Suriansyah, serta dinobatkan sebagai raja Banjar pertama (1526 M).  
Sultan Suryanullah diganti oleh putera tertuanya yang diberi gelar Sultan Rahmatullah, yang kemudian digantikan Sultan Hidayatullah (putera Rahmatullah) dan Marhum Panembahan atau Sultan Mustainnullah. Pada masa Marhum Panembahan inilah, Ibu kota kerajaan berpindah-pindah. Hal ini disebabkan pihak Belanda yang menyebabkan huru-hara dikerajaan ini.
b. Kerajaan Kutai di Kalimantan Barat
Penyebaran Islam di Kutai terjadi ketika masa Pemerintahan Raja Mahkota. Ajaran Islam itu dbawa oleh dua tokoh, yakni Dato Ri Bandang dari Makassar dan Tuan Tunggang Parangan. Dari sinilah Raja Mahkota Masuk Islam dan Mulai menyebarkan Islam dengan Pedang. Proses Islamisasi ini diperkirakan berlangsung tahun 1575.
Penyebaran Islam selanjutnya dieruskan oleh anaknya, yaitu Aji di Langgar serta para pengganti-penggantinya yang lain.
2. Maluku
Islam mencapai maluku sebagai pusat rempah-rempah pada pertengahan terakhir abad ke-15. Raja  kerajaan Ternate yang bernama Vongi Tidore mulai masuk Islam tahun1460. namun H.J de Graaf berpendapat bahwa raja pertama yang Islam ialah Zaiynal Abidin(1486-1500 M). DI masa itu, gelombang perdagangan muslim semakin meningkat, dan hal itu menyebabkan raj menyerah kepada tekanan dan memutuskan untuk belajar agama Islam di madrasah Giri
3. Sulawesi (Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Sopeng dan Luwa)
Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang sering disebut kerajaan makassar. Kerajaan ini terletak di Semenanjung Barat Daya pulau Sulawesi, yang merupakan daerah transito yang strategis.

Sejak Kerajaan ini tampil sebagai pusat pedagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan keajaan Ternate yang telah menerima Islam dari Giri. Dibwah pemerintahan Sultan Babullah, ternate mengadakan perjanjian dengan Gowa-Tallo untuk menganut agama Islam, namun gagal.
Kerajaan ini masuk Islam baru ketika Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan ini. Raja pertama yang masuk Islam ialah Sultan Alauddin (1591-1636).[11] Setelah itu barulah kerajaan Gowa Tallo menyampaikan ”pesan islam” kepada kerajaan-kerajaan lain seperti: Wajo, Soppeng, dan Bone.

C. Berbagai Saluran Masuknya Islam di Indonesia
Proses penyiaran agama Islam di Indonesia dilakukan dengann berbagai cara selain perdagangan, seperti melalui perkawinan, politik, pendidikan, kesenian dan tasawuf sehingga mendukung meluasnya ajaran Islam.[12] Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Perdagangan
Para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India telah ambil bagian dalam perdagangan di indonesia sejak abad ke-7 M. Hal ini menimbulkan jalinan hubungan dagang antatara masyarakat Indonesia dan para pedagang Islam. Disamping berdagang mereka mengajarkan agama dan budaya Islam. Proses Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif. Terlebih yang terlibat dalam perdagangan bunyebaran Islam yang mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran dan buaya masyarakat pada  masa itu.
bawah, melainkan juga golongan atas seperti kaum bangsawan atau para raja.
2. Perkawinan
Para pedagang Islam melakukan kegiatan perdagangan dalam waktu yang lama, banyak diantara mereka yang hidup menetap dan mempererat hubungan dengan pendududk pribumi atau kaum bangsawan. Jalinan hubungan yang baik ini kadang diteruskan dengan adanya perkawinan antara kaum pribumi dengan pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah lahir seorang muslim sebagai cikal bakal terbentuknya masyarakat muslim dengan kebudayaan islam, hingga pada suatu saat terbentuknya sebuah kerajaan Islam. Misalnya perkawinan antara Raden Rakhmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, perkawinan antara Sunan Gunung Jati dengan putri Kawunganten.
3. Politik
Pengaruh kekuasaan seorang raja berperan besar dalam proses islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama islam, maka rakyatnya juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang tinggi dan seorang raja selalu menjadi panutan bahkan tauladan bagi rakyatnya. Setelah tersosialisasinya agama islam, maka kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama.
4. Pendidikan
Para ulama, kyai, dan santri-santri memiliki peranan penting dalam penyebaran agama dan budaya Islam. Mereka melakukan siar melalui pendidikan yaitu engan mendirikan pondok-pondok pesantren. Dari para santri inilah agama islam mulai tersebar dan berkembang pada masyarakat.
5. Kesenian
Saluran kesenian dapat dilakukan dengan mengadakan pertunjukkan seni gamelan seperti yang dilakukan di Yogyakarta, Solo, Cirebon, dan lain-lain.
6. Tasawuf
Para ahli tasawuf hidup dengan kesederhanaan, mereka selalu menghayati kehidupan masyarakat dan hidup bersama-sama ditengah masyarakat. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu masyarakat, seperti ahli dalam menyaembuhkan pennyakit dan lain-lain. Penyebaran islam mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran, dan budaya masyarakat pada saat itu, sehingga islam dengan mudah diterima oleh masyarakat..
Melalui berbagai saluran tersebut maka dapat diketahui bahwa islam dapat diterima dan berkembang pesat di Nusantara sejak sekitar abad ke-13. Hal ini dikarenakan beberapa karakteristik dakwah islam yang dipergunakan oleh para tokoh-tokohnya.

D. Bentuk-Bentuk Pengaruh Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Adapun bentuk-bentuk pengaruh agama dan kebudayaan Islam diantaranya sebagai berikut:
1.      Berdirinya masjid-masjid peninggalan kerajaan-kerajaan Islam, seperti Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Banten.
2.      Tumbuh dan berkembangnya seni Kaligrafi, seperti pada penemuan makam-makam raja-raja dengan nisan yang bertuliskan kaligrafi, bangunan masjid yang dihiasi kaligrafi, sebagai hiasan dinding rumah, dan lain sebagainya.
3.      Berdirinya keraton-keraton Islam di pulau Jawa, seperti Keraton Yogyakarta, dan lain sebagainya.
4.      Tumbuh dan berkembangnya aliran Sufisme di Indonesia, seperi aliran Syaikh Abdul Qhadir Jaelani di cirebon, dan lainnya.
5.      Munculnya kaum Ulama yang mendapat tempet tinggi di masyarakat,  seperti munculnya para wali yang sembilan (wali songo).
6.       Terjadinya perkembangan perekonomian dan pemerintahan akibat persamaan derajat yang dikembangkan oleh tradisi Islam. Serta berbagai macam pengaruh  kebudayaan Islam lainnya.
7.      Berdiri dan berkembangnya pesantren-pesantren yang terdiri dari para kyai dan santri.


Daftar pustaka
                   
Drs.H. Sapriya, M.Ed, dkk. 2006. Konsep dasar IPS Edisi Kesatu. Bandung : Upi Press.

Suphrta, I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. 

Yatim, Badri, Dr, MA. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Saepudin, Didin, Dr. 2007. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: UIN Press.

Maryam, Siti. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: ISBN.

Suryanegara, A. Mansyur.1995. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.


http://www.ummah.net/islam/nusantara/sejarah.html
H.J Graaf dan Th. G. Th. Pigeud. 1985. Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.
Taufik Abdullah (ed,). 1992. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: MUI.


[1] I Made Supartha, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada), hlm.65.  
[2] http://apasihmaumu.blogspot.com/2009/10/teori-masuknya-islam-ke-indonesia.html

[3] A. Mansyur Suryanegara.1995. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan), hlm.73.
[4] Suphrta, I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada), hlm. 68-70.

[5] Yatim, Badri, Dr, MA. 2006. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 205
[6] Saepudin, Didin, Dr. 2007. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: UIN Press), hlm. 204.
[7] Ibid., hlm.205.
[8] Ibid., hlm. 207
[9] Didin Saripudin, Dr., Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: UIN Press), hlm,207.
[10] http://www.ummah.net/islam/nusantara/sejarah.html
[11] Taufik Abdullah (Ed.), Sejarah,...., op.cit., hlm.223.
[12] Drs.H. Sapriya, M.Ed, dkk. 2006. Konsep dasar IPS Edisi Kesatu. (Bandung: Upi Press), hlm. 180-181.

Tidak ada komentar: