KATA PENGANTAR
Puji serta syukur marilah kita
panjatkan pada Allah SWT yang telah menciptakan manusia dan memuliakannya
diatas makhluk-makhluk yang lain.Juga tidak lupa pula shalawat dan salam atas
pemimpin umat islam yakni baginda besar Muhammad SAW, beserta para sahabat dan
pengikunya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang singkat ini dengan judul “Sejarah Masuknya
Islam di Indonesia.”. Makalah ini terdiri dari pokok-pokok bahasan materi yang
membahas tentang Permasalahan, Teori dan perspektif, Masuk dan Berkembangnya
Islam di Indonesia , Kerajaan-Kerajaan
Islam di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi, Saluran-Saluran
masuk dan berkembangnya Islam serta pengaruhnya di Indonesia. Materi ini
disajikan secara ringkas yang kami ambil dari beberapa sumber referensi terpilih.
Terima kasih kepada
selaku dosen pembimbing mata
kuliah Ilmu Pendidikna Islam yang telah membimbing kami untuk dapat
menyelesaikan makalah ini. Selain itu kami juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada teman-teman, yang telah bersedia membaca dan mempelajarinya. Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas mata kuliah yang
bersangkutan. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya,
dan bagi kita semua selaku calon generasi pendidik masa depan bangsa.
Jakarta, 29 September 2010
Penyusun
Semester III C
Kelompok Pertama
Sejarah Masuknya Islam di Indonesia
A. Permasalahan
Masuk dan Berkembangnya Islam di
Indonesia
Penyebaran agama islam adalah
suatu proses yang penting dalam sejarah Indonesia, walaupun demikian proses islamisasi ini adalah sejarah yang
belum jelas. Sejarah islam di Indonesia memiliki banyak permasalahan yang
rumit. Di antaranya adalah ketersediaan data yang sangat terbatas tentang
kedatangan islam sebagaimana yang disampaikan
Snouck Hurgronje dalam orasi ilmiahnya di Leiden dalam tahun 1907 M
(Drewes, 1968:434:Berg,1955:112).[1]
Permasalahan yang lain adalah masalah
asal-usul Islam di Indonesia, kapan, mengapa dan bagaimana penduduk indonesia
mulai memeluk agama islam merupakan perkara yang belum dijelaskan dengan
sempurna. Selain itu beberapa ahli memiliki perm asalahan yang berbeda-beda
mengenai apa yang dimaksud dengan islam (Azra, 2002:17;Ricklefs,1992:3).
B. Teori
dan perspektif masuknya Agama Islam di Indonesia
1.1 Teori-Teori Asal Usul
Islam di Indonesia.
Islam merupakan agama dengan
pemeluk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha para juru
dakwah agama Islam dalam melakukan islamisasi di Indonesia. Islamisasi adalah
istilah umum yang biasa dipergunakan untuk menggambarkan proses persebaran
Islam di Indonesia pada periode awal (abad 7-13 M), terutama menyangkut waktu
kedatangan, tempat asal serta para pembawanya, yang terjadi tidak secara
sistematis dan terencana. Pembahasan mengenai masuknya Islam ke Indonesia
sangat menarik terkait dengan banyaknya perbedaan pendapat di kalangan
sejarawan. Masing-masing pendapat menggunakan berbagai sumber, baik dari
arkeologi maupun beberapa tulisan dari berbagai sumber.[2]
Mengenai tempat asal
kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat
beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga
teori besar, yakni teori Gujarat, teori Mekkah dan Teori Persia.[3]
Adapun penjelasannya sebagai berikut:
1. Teori Gujarat.
Teori ini dinamakan dengan
teori Gujarat didasarkan pada pandangan teori tersebut yang menyatakan asal
negara yang membawa agama islam ke Nusantara adalah dari Gujarat-India melalui
peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M. Adapun tokoh-tokohnya
diantaranya sebagai berikut : Pijnappel, Snouck Hurgronje, J.P Mosquette,
Winstedt, R.A Kern, Schreikeh, dan beberapa tokoh lainnya.
2. Teori Mekkah.
Teori ini dinamakan dengan
teori Mekkah didasarkan pada pandangan teori tersebut bahwa Islam dipercaya
tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab
muslim sekitar abad ke-7 M. Adapun tokoh-tokohnya diantaranya sebagai berikut
:Naquib al-Attas, Azzumardi Azra, Keyzer, Hamka, dan beberapa tokoh lainnya.
3. Teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal
Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar
abad ke-13 M. Adapun tokohnya diantaranya ialah P.A Hoesein Djajadiningrat.
1.2
Perspektif Masuknya Islam ke Indonesia
Mengenai masuknya Islam di
indonesia terdapat banyak perspektif. Perbedaan-perbedaan pendapat tersebut
diantaranya sebagai berikut[4]:
1. Pijnappel pertama kali mengajukan teori
bahwa asal islam di Indonesia adalah Gujarat dan Malabar. Menurutnya orang
orang Arab bermazhab Syfei yang menetap di india itulah yang kemudian menetap
di Indonesia.
2. Snouck Hurgroje menekankan bahwa India
selatan adalah asal Islam di Indonesia.
3. setelah itu, tampil J.P Moquette yang juga
menyetujui Gujarat sebagai asal Islam di Indonesia.
4. teori Winstedt, teori ini sangat mendukung pendapat J.P Moquette, dan berpendapat bahwa
Gujarat sebagai asal Islam di Indonesia.
5. teori R.A Kern, teorinya sependapat dengan
Moquette, yang juga menyetujui bahwa pedagang muslim Gujarat berperan dalam penyebaran
Islam di Indonesia.
6. T.B Arnold, ia menegaskan bahwa asal Islam
di Indonesia dari Coromandel dan Malabar.
7. Crawford, menegaskan bahwa Islam
diperkenalkan langsung oleh Arab ke Indonesia
8. Naquib Al-Athas, menegaskan bahwa penyebar
Islam di Indonesia ialah Arab dan Persia.
9. Neiman dan de Holander, berpandangan bahwa
islam berasal dari Arab dan Hadramaut.
10. Azra, Hamka, dan sejumlah ahli Indonesia
bersepakat bahwa Islam di Indonesia berasal dari Arab.
Pandangan tokoh-tokoh tersebut
tentunya disertai dengan bukti serta alasannya masing-masing. Dengan demikian
dari pendapat-pendapat tokoh tersebut maka teori masukya Islam ke Indonesia
secara garis besar dapat dibagi menjadi
tiga, yakni teori Gujarat-India, Teori Arab-Mekkah, dan Teori Persia.
B. Kerajaan-Kerajaan
Islam Yang Berkembang di Indonesia
I. Kerajaan-Kerajaan Islam Sebelum
Penjajahan Belanda
1.1 Kerajaan Islam di Sumatera
a. Kerajaan Samudera Pasai
Kerajaan Islam pertama di
Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur
Laut Aceh. Kemunculannya sebagai Kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau
pertengahan abad ke-13 M, sebagai hasil islamisasi daerah-daerah pantai yang
pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7. Bukti berdirinya
kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur
terbuat dari granit asal Samudera Pasai[5].
Husain Djajadiningrat, sebagaimana dikutip Taufik Abdullah, memperkirakan waktu
berdirinya adalah 1270 atau 1275 M.[6]
Malik al-Saleh, ialah raja
pertama yang juga merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu diketahui
melalui tradisi Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat
Melayu, dan juga hasil penelitian sarjana-sarjana Barat, khususnya para
sarjana Belanda, seperti Snouck Hurgronye, J.P Moquette, dan lain-lain.
Dalam Hikayat
Raja-raja Pasai disebutkan gelar Malik al-Shaleh sebelum menjadi raja
adalah Merah Sile atau Merah Selu.
Adapun Para Sultan
Samudera Pasai diantaranya sebagai berikut :[7]
1. Sultan al-Maliku Saleh (1275-1297 M)
2. Sultan muhammad Malik Az-Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir (1326-1371 M),
4. Sultan Zainal Abidin Malik Az-Zahir (1371-1405
M), serta beberapa sultan lainnya.
Dalam kehidupan
perekonomiannya, kerajaan maritim ini, tidak memiliki basis agraris. Basis
perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran. Ditinjau dari segi geografis
dan sosial ekonomis Samudera Pasai ini memang merupakan suatu daerah penting
yang menghubungkan antara pusat-pusat
perdagangan yang terdapat di kepulauan Indonesia, India, Cina dan Arab. Pada masa
kerajaan ini sudah terdapat mata uang emas yang bertuliskan nama-nama sultan
yang berkuasa. Adanya mata uang dirham tersebut membuktikan bahwa kerajaan ini
pada saat itu merupakan kerajaan yang makmur.
Taufik Abdullah sebagaimana dikutip Badri
Yatim, menerangkan dalam bukunya, Kerajaan Samudera Pasai berlangsung sampai
tahun 1524 M.
b. Kerajaan Aceh Darussalam
Kerajaan Aceh terletak diaerah
yang sekarang dikenal dengan nama Kabupaten Aceh Besar. Disini pula letak ibu
kotanya. Kurang begitu diketahui kapan kerajaan ini sebenarnya berdiri. Anas
Machmud berpendapat Kerajaan Aceh berdiri pada abad ke-15 M, di atas
puing-puing kerajaan Lamuri, oleh Muzaffar Syah (1465-1497). Dialah yang
membangun kota Aceh Darussalam. Menurutnya, pada masa pemerintahannya, Aceh
Darussalam mulai mengalami kemajuan dalam bidang perdagangan, karena
saudagar-saudagar muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka, memindahkan
kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M). Sebagai
akibat dari penaklukan Malaka oleh Portugis itu, jalan dagang yang sebelumnya
dari Laut Jawa ke Utara melalui selat Karimata terus ke Malaka, pindah melalui
selat Sunda dan menyusuri pantai Barat Sumatera terus ke Aceh. Dengan demikian
Aceh menjadi ramai dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai negeri. H,J. De
Graaf berpendapat bahwa raja Aceh yang pertama ialah Ali Mughayat Syah.
Sultan-sultan yang pernah memerintah Aceh
diantaranya sebagai berikut:[8]
1. Sultan JohanSyah
2. Sultan Riayat Syah
3. Sultan Mahmud Syah
4. Sultan Firman Syah, dan beberapa Sultan
lainnya.
Peletak dasar kebesaran Aceh
adalah Sultan Alauddin Riayat Syah yang bergelar Al-Qahar. Puncak kekuasaan kerajaan Aceh terletak pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637). Pada masanya Aceh menguasai seluruh pelabuhan pesisir
Timur dan Barat Sumatera.
Tidak seperti Iskandar Muda yang memerintah dengan
tangan besi, penggantinya, Iskandar Tsani bersikap lebih liberal, lembut dan
adil. Pada masaanya Aceh terus berkembang untuk masa beberapa tahun.
Pengetahuan agama maju dengan pesat. Akan tetapi kematiannya diikuti oleh
masa-masa bencana, setelah sultan-sultan berikunya berkuasa sekitar abad ke-18
kerajaan ini mulai runtuh dan terpecah belah.
I.2 Kerajaan Islam di Jawa
a. Kerajaan Demak
Kesultanan Demak adalah
kerajaan Islam pertama di Jawa yang berdiri awal abad ke-16. kemunculannya
dapat disebut babak baru dan penting dalam proses islamisasi di tanah Jawa,
setelah sebelumnya lebih terkonsentrasi di pusat-pusat perdagangan di pantai
utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, dan Giri.
Sebelum muncul sebagai
kerajaan bercorak Islam, Demak merupakan daerah kekuasaan Majapahit. Sebelumya,
Demak bernama Bintoro; olehMajapahit kemudian diberikan kepada Raden Patah.
Daerah ini lambat laun menjadi pusat perkembangan Islam yang diselenggarakan
oleh para wali.[9]
Dibawah pimpinan Sunan Ampel Denta, para wali yang dikenal sebagi Wali Songo
sepakat mengangkat Raden Patah sebagai raja pertama kerajaan Demak dengann
gelar Senopati Jimbun Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Masa
pemerintahannya berlangsung sekitar
akhir abad ke-15 hingga awal abad ke-16. Raden Patah adalah seorang anak Raja
Majapahit dari seorang ibu Muslim keturunan Campa.
Pengganti Raden Patah sebagai
raja Demak ialah anaknya sendiri yakni Pangeran Sabrang Lor, yang dikenal
dengan Adipati Unus. Masa pemerintahannya cukup singkat, sebab tentaranya
mengalami kekalahan besar terhadap Portugis. Kemudian Pati Unus digantikan oleh
Trenggono yang memerintah selama 22 tahun (1524-1546), yang dilantik oleh Sunan
Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Pada masa
Sultan Demak yang ketiga inilah Islam dikembangkan keseluruh tanah Jawa,
bahkan sampai ke Kalimantan Selatan. Daerah-daerah di Jawa, baik di daerah
pantai maupun pedalaman, dibawah hegemoni politik Demak. Kota-kota pelabuhan
penting , yang menjadi pusat perdagangan di bawah dominasi Sunda Kelapa, dapat
ditaklukan paa tahun 1527 M. Penaklukan tersebut dilakukan oleh pasukan
gabungan Demak dan Cirebon di bawah komando Fadhilah Khan atau Fatahelah.
Pada tahun 1546 M dalam
penyerbuan ke Panarukan, Sultan Trenggono terbunuh dan digantikan oleh adiknya,
Prawoto. Pemberontakan mengakibatkan Prawoto terbunuh dan kerajaan berakhir
dengan pemindahan pusat kerajaan ke Pajang oleh Jaka Tingkir.
b. Kerajaan Pajang
Setelah memindahkan ke Pajang, mulailah kerajaan
Pajang berdiri dengan Jaka Tingkir sebagaif sultannya. Ia bergelar Adiwijaya.
Kesultanan ini berada di Kertasura sekarang dan penaklukan ke daerah-daerah
sekitar. Ia meluruskan pengaryhnya ke
Banyumas dan Madiun.
Sultan Pajang wafat pada 1587 dan fdigantikan oleh
putranya Pangeran Benawa. Usia kesultanan ini tidak panjang karena kemudian
kekuasaannya diambil alih oleh kerajaan Mataram.
Pada tahun 1618 Kerajaan Pajang memberontak
terhadap Mataram yang ketika itu berada di bawah pimpinan Sultan Agung. Pajang
dihancurkan, rajanya melarikan diri ke Giri dan Surabaya. Riwayat keajaan
pajang berakhir tahun 1618.
c. Kerajaan Mataram
Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan
Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamanahan yang berasal dari
daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pemberontakan Aria Panangsang
tersebut. Sebagai hadiah atasnya, Sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram
kepada Ki Pamanahan yang menurunkan raja-raja Mataram Islam kemudian.
Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamenahan menempati
istana barunya di Mataram. Kemudian ia digantikan oleh puteranya, Senopati,
tahun 1584 dan dikukuhkan oleh Sultan Pajang. Kemudian Senopatilah yang
dianggap sebagai Sultan Mataram pertama.
Senopati meninggal dunia pada tahun 1601 M, dan
digantikan oleh puteranya Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M.
Kemudian ia juga wafat dan digantikan oleh puteranya, Sultan Agung. Pada tahun
1619, seluruh Jawa Timur sudah berada di bawah kekuasaanya. Di masa sultan
Ageng inilah kontak-kontak bersenjata dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1630
M, Sultan Agung menetapkan Amangkurat
I sebagai Putera Mahkota. Sultan
Agung wafat tahun 1646 M dan dimakamkan di Imogiri, hingga ia digantikan oleh putera
Mahkota.
Pada masa pemerintahan Amangkurat I terjadilah
banyak konflik serta pemberontakan-pemberontakan yang terjadi hingga akhirnya
kerajaan ini runtuh.
d. Kesultanan Cirebon
Kesultanan Cirebon adalah Kerajaan Islam pertama
di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Gunung Jati. Pada mulanya
Cirebon merupakan daerah kekuasaan pakuan Pajajaran. Akan tetapi, Syarif
Hidayat yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati, berhasil meningkatkan status
Cirebon sebagai daerah kerajaan.
Sunan Gunung Jati lahir tahun 1448 M, dan wafat
pada tahun 1568 M dalam usia 120 tahun. Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati
mengembangkan Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat, seperti Majlengk,
Kuningan, Kawalih,Sunda Kelapa, dan Banten. Dasar pengembangan Islam dan
perdagangan kaum muslimin di Banten diletakkan oleh Sunan Gunung Jati tahun1524
atau 1525. ketika ia kembali ke Cirebon Banten diserahkan kepada anaknya
Hasanuddin. Keturunan sultan inilah yang kemudian menurunkan raja-raja Banten.
e. Kerajaan Banten
Kesultanan Banten berawal ketika Kesultanan Demak
memperluas pengaruhnya ke daerah barat. Pada tahun 1524/1525, Sunan Gunung Jati
bersama pasukan Demak merebut pelabuhan Banten dari kerajaan Sunda, dan
mendirikan Kesultanan Banten yang berafiliasi ke Demak. Menurut sumber
Portugis, sebelumnya Banten merupakan salah satu pelabuhan Kerajaan Sunda
selain pelabuhan Pontang, Cigede, Tamgara (Tangerang), Sunda Kalapa dan Cimanuk.
Anak dari Sunan Gunung Jati (Hasanudin) menikah dengan seorang putri dari
Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak. Menurut pelurusan Sejarah,
Pangeran Sabakingkin atau Sultan Maulana Hasanuddin nikah dengan Putri
Kintamani mempunyai Anak yang pertama bernama Yusuf Akbar (Maulana Yusuf),
pelurusan sejarah bahwa Anak Kedua Ratu Siti Rodiah kawin dengan Sultan Mahmud
Badaruddin II Kesultanan Palembang Darussalam sedang anak ketiga Muhammad
Nazaruddin (Sultan Maulana Muhammad Nazaruddin bergelar Alamsyah) Terjadi
perebutan kekuasaan setelah Maulana Yusuf wafat (1570). Pangeran Jepara merasa
berkuasa atas Kerajaan Banten daripada anak Maulana Yusuf yang bernama Maulana Muhammad
karena Maulana Muhammad masih terlalu muda. Akhirnya Kerajaan Jepara menyerang
Kerajaan Banten. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Banten karena dibantu
oleh para ulama (inilah Sejarah Bikinan Belanda).
Menurut Pelurusan Sejarah bahwa Sultan Muhammad
bukan anak dari Maulana Yusuf tetapi anak ketiga dari Sultan Hasanuddin, dengan
nama lengkap Sultan Muhammad Nazaruddin "Alamsyah" dikawal oleh empat
Pengawal Kesultanan masing-masing bernama Ananta Kusuma, Daeng, Nata Kusuma dan
Jalaluddin pada saat itu Sultan Muhammad Nazaruddin yang bergelar Alamsyah
berusia 19 tahun,melakukan perjalanan ke Palembang pada masa Inggeris masuk ke
Palembang, bukan untuk memerangi palembang tetapi menyambangi keluarga
(Saudaranya yang bernama Ratu Siti Rodiah yang nikah dengan Sultan Mahmud
Badaruddin II).
Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaannya pada
masa pemerintahan Abu Fatah Abdulfatah atau lebih dikenal dengan nama Sultan
Ageng Tirtayasa. Saat itu Pelabuhan Banten telah menjadi pelabuhan
internasional sehingga perekonomian Banten maju pesat. Wilayah kekuasaannya
meliputi sisa kerajaan Sunda yang tidak direbut kesultanan Mataram dan serta
wilayah yang sekarang menjadi provinsi Lampung. Piagam Bojong menunjukkan bahwa
tahun 1500 hingga 1800 Masehi Lampung dikuasai oleh kesultanan Banten.
Pada zaman pemerintahan Sultan Haji, tepatnya pada
12 Maret 1682, wilayah Lampung diserahkan kepada VOC. seperti tertera dalam
surat Sultan Haji kepada Mayor Issac de Saint Martin, Admiral kapal VOC di
Batavia yang sedang berlabuh di Banten. Surat itu kemudian dikuatkan dengan
surat perjanjian tanggal 22 Agustus 1682 yang membuat VOC memperoleh hak
monopoli perdagangan lada di Lampung. Kesultanan Banten dihapuskan tahun 1813
oleh pemerintah kolonial Inggris. Pada tahun itu, Sultan Muhamad Syafiuddin
dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas
Stamford
Raffles. Tragedi ini menjadi klimaks dari penghancuran Surasowan oleh Gubernur-
Jenderal
Belanda, Herman William Daendels tahun 1808.[10]
1.3 Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan, Maluku
dan Sulawesi
1.
Kalimantan
a.
Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan
Kerajaan
Banjar merupakan kelanjutan dari Kerajaan Daha yang bercorak Hindu.
Peristiwanya dimulai ketika ada pertentangan dalam keluarga istan, Antara
Pangeran Samudera sebagai pewaris sah Kerajaan Daha, dengan pamannya Pangeran
Tumenggung. Seperti dikisahkan dalam Hikayat Banjar, ketika Raja Sukarama
merasa sudah hampir tiba ajalnya, ia berwasiat agar yang menggantikannya nanti
ialah cucunya, Raden Samudera. Keempat puteranya tidak setuju dengan wasiat
tersebut, terutama Pangeran Tumanggung. Setelah Sukarama wafat, jabatan raja
dipegang oleh anak tertua, yakni Pangeran Mangkubumi. Saat itu Pangeran
Samudera baru berusia 7 tahun. Tak beberapa lama menjabat, Mangkubumi terbunuh
oleh pegawai istana yang dihasut Tumanggung.. maka Pangeran Tumanggung tampil
sebagai raja Daha.
Pangeran
Samuderapun berkelana dan kemudian diasuh oleh Patih Masih, serta berhasil
menghimpun kekuatan hingga berhasil menguasai Muara Baha. Atas saran Patih,
maka Pangeran Samudera meminta bantuan pada raja Demak, dan Sultan Demak
berjanji membantunya dengan syarat ia akan masuk Islam. Sultan Demak kemudian
mengirim seribu tentara dengan seorang penghulu bernama Khtib Dayan untuk
mengislamkan orang Banjar. Dalam peperangan itu Pangeran Samudera memperoleh
kemenangan, dan masuk Islam dengan diberi nama Sultan Suyanullah atau
Suriansyah, serta dinobatkan sebagai raja Banjar pertama (1526 M).
Sultan Suryanullah
diganti oleh putera tertuanya yang diberi gelar Sultan Rahmatullah, yang
kemudian digantikan Sultan Hidayatullah (putera Rahmatullah) dan Marhum
Panembahan atau Sultan Mustainnullah. Pada masa Marhum Panembahan inilah, Ibu
kota kerajaan berpindah-pindah. Hal ini disebabkan pihak Belanda yang
menyebabkan huru-hara dikerajaan ini.
b.
Kerajaan Kutai di Kalimantan Barat
Penyebaran
Islam di Kutai terjadi ketika masa Pemerintahan Raja Mahkota. Ajaran Islam itu
dbawa oleh dua tokoh, yakni Dato Ri Bandang dari Makassar dan Tuan Tunggang
Parangan. Dari sinilah Raja Mahkota Masuk Islam dan Mulai menyebarkan Islam
dengan Pedang. Proses Islamisasi ini diperkirakan berlangsung tahun 1575.
Penyebaran
Islam selanjutnya dieruskan oleh anaknya, yaitu Aji di Langgar serta para
pengganti-penggantinya yang lain.
2.
Maluku
Islam
mencapai maluku sebagai pusat rempah-rempah pada pertengahan terakhir abad
ke-15. Raja kerajaan Ternate yang
bernama Vongi Tidore mulai masuk Islam tahun1460. namun H.J de Graaf
berpendapat bahwa raja pertama yang Islam ialah Zaiynal Abidin(1486-1500 M). DI
masa itu, gelombang perdagangan muslim semakin meningkat, dan hal itu
menyebabkan raj menyerah kepada tekanan dan memutuskan untuk belajar agama
Islam di madrasah Giri
3. Sulawesi
(Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Sopeng dan Luwa)
Kerajaan
Gowa-Tallo merupakan kerajaan kembar yang sering disebut kerajaan makassar. Kerajaan
ini terletak di Semenanjung Barat Daya pulau Sulawesi, yang merupakan daerah
transito yang strategis.
Sejak
Kerajaan ini tampil sebagai pusat pedagangan laut, kerajaan ini menjalin
hubungan baik dengan keajaan Ternate yang telah menerima Islam dari Giri.
Dibwah pemerintahan Sultan Babullah, ternate mengadakan perjanjian dengan
Gowa-Tallo untuk menganut agama Islam, namun gagal.
Kerajaan
ini masuk Islam baru ketika Datu Ri Bandang datang ke Kerajaan ini. Raja
pertama yang masuk Islam ialah Sultan Alauddin (1591-1636).[11]
Setelah itu barulah kerajaan Gowa Tallo menyampaikan ”pesan islam” kepada
kerajaan-kerajaan lain seperti: Wajo, Soppeng, dan Bone.
C. Berbagai
Saluran Masuknya Islam di Indonesia
Proses penyiaran agama Islam
di Indonesia dilakukan dengann berbagai cara selain perdagangan, seperti
melalui perkawinan, politik, pendidikan, kesenian dan tasawuf sehingga
mendukung meluasnya ajaran Islam.[12]
Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Perdagangan
Para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India
telah ambil bagian dalam perdagangan di indonesia sejak abad ke-7 M. Hal ini
menimbulkan jalinan hubungan dagang antatara masyarakat Indonesia dan para
pedagang Islam. Disamping berdagang mereka mengajarkan agama dan budaya Islam.
Proses Islamisasi melalui perdagangan sangat menguntungkan dan lebih efektif.
Terlebih yang terlibat dalam perdagangan bunyebaran Islam yang mereka lakukan
disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran dan buaya masyarakat pada masa itu.
bawah, melainkan juga golongan atas seperti kaum
bangsawan atau para raja.
2. Perkawinan
Para pedagang Islam melakukan kegiatan perdagangan
dalam waktu yang lama, banyak diantara mereka yang hidup menetap dan mempererat
hubungan dengan pendududk pribumi atau kaum bangsawan. Jalinan hubungan yang
baik ini kadang diteruskan dengan adanya perkawinan antara kaum pribumi dengan
pedagang Islam. Melalui perkawinan inilah lahir seorang muslim sebagai cikal
bakal terbentuknya masyarakat muslim dengan kebudayaan islam, hingga pada suatu
saat terbentuknya sebuah kerajaan Islam. Misalnya perkawinan antara Raden
Rakhmat atau Sunan Ampel dengan Nyai Manila, perkawinan antara Sunan Gunung
Jati dengan putri Kawunganten.
3. Politik
Pengaruh kekuasaan seorang raja berperan besar
dalam proses islamisasi. Ketika seorang raja memeluk agama islam, maka
rakyatnya juga akan mengikuti jejak rajanya. Rakyat memiliki kepatuhan yang
tinggi dan seorang raja selalu menjadi panutan bahkan tauladan bagi rakyatnya.
Setelah tersosialisasinya agama islam, maka kepentingan politik dilaksanakan
melalui perluasan wilayah kerajaan yang diikuti dengan penyebaran agama.
4. Pendidikan
Para ulama, kyai, dan santri-santri memiliki
peranan penting dalam penyebaran agama dan budaya Islam. Mereka melakukan siar
melalui pendidikan yaitu engan mendirikan pondok-pondok pesantren. Dari para santri
inilah agama islam mulai tersebar dan berkembang pada masyarakat.
5. Kesenian
Saluran kesenian dapat dilakukan dengan mengadakan
pertunjukkan seni gamelan seperti yang dilakukan di Yogyakarta, Solo, Cirebon,
dan lain-lain.
6. Tasawuf
Para ahli tasawuf hidup dengan kesederhanaan,
mereka selalu menghayati kehidupan masyarakat dan hidup bersama-sama ditengah
masyarakat. Para ahli tasawuf biasanya memiliki keahlian yang dapat membantu
masyarakat, seperti ahli dalam menyaembuhkan pennyakit dan lain-lain.
Penyebaran islam mereka lakukan disesuaikan dengan kondisi, alam pikiran, dan
budaya masyarakat pada saat itu, sehingga islam dengan mudah diterima oleh
masyarakat..
Melalui berbagai saluran tersebut maka dapat
diketahui bahwa islam dapat diterima dan berkembang pesat di Nusantara sejak
sekitar abad ke-13. Hal ini dikarenakan beberapa karakteristik dakwah islam yang
dipergunakan oleh para tokoh-tokohnya.
D. Bentuk-Bentuk Pengaruh Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia
Adapun bentuk-bentuk pengaruh agama dan kebudayaan
Islam diantaranya sebagai berikut:
1. Berdirinya masjid-masjid peninggalan
kerajaan-kerajaan Islam, seperti Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Banten.
2. Tumbuh dan berkembangnya seni Kaligrafi,
seperti pada penemuan makam-makam raja-raja dengan nisan yang bertuliskan
kaligrafi, bangunan masjid yang dihiasi kaligrafi, sebagai hiasan dinding rumah,
dan lain sebagainya.
3. Berdirinya keraton-keraton Islam di pulau
Jawa, seperti Keraton Yogyakarta, dan lain sebagainya.
4. Tumbuh dan berkembangnya aliran Sufisme di
Indonesia, seperi aliran Syaikh Abdul Qhadir Jaelani di cirebon, dan lainnya.
5. Munculnya kaum Ulama yang mendapat tempet
tinggi di masyarakat, seperti munculnya
para wali yang sembilan (wali songo).
6. Terjadinya
perkembangan perekonomian dan pemerintahan akibat persamaan derajat yang
dikembangkan oleh tradisi Islam. Serta berbagai macam pengaruh kebudayaan Islam lainnya.
7. Berdiri dan berkembangnya
pesantren-pesantren yang terdiri dari para kyai dan santri.
Daftar pustaka
Drs.H. Sapriya,
M.Ed, dkk. 2006. Konsep dasar IPS Edisi Kesatu. Bandung : Upi Press.
Suphrta, I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan
Indonesia. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada.
Yatim,
Badri, Dr, MA. 2006. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Saepudin, Didin, Dr. 2007. Sejarah Peradaban
Islam. Jakarta: UIN Press.
Maryam, Siti. 2002. Sejarah Peradaban Islam.
Yogyakarta: ISBN.
Suryanegara,
A. Mansyur.1995. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di Indonesia.
Bandung: Mizan.
http://www.ummah.net/islam/nusantara/sejarah.html
H.J Graaf dan Th. G. Th. Pigeud. 1985. Kerajaan-Kerajaan Islam
di Jawa. Jakarta: Grafiti Pers.
Taufik Abdullah (ed,). 1992. Sejarah Umat Islam Indonesia. Jakarta: MUI.
[1] I Made
Supartha, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan
Indonesia, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada), hlm.65.
[2]
http://apasihmaumu.blogspot.com/2009/10/teori-masuknya-islam-ke-indonesia.html
[3] A. Mansyur Suryanegara.1995. Menemukan Sejarah Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia, (Bandung: Mizan), hlm.73.
[4] Suphrta, I Made, dkk. 2009. Sejarah Kebudayaan Indonesia. (Jakarta : PT.
Rajagrafindo Persada), hlm. 68-70.
[5] Yatim, Badri, Dr, MA. 2006.
Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), hlm. 205
[9] Didin Saripudin, Dr., Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta: UIN
Press), hlm,207.
[12] Drs.H. Sapriya, M.Ed, dkk. 2006. Konsep dasar IPS
Edisi Kesatu. (Bandung: Upi Press), hlm. 180-181.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar