Sabtu, 15 Oktober 2011

TOKOH-TOKOH YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIOLOGI


BAB I
PENDAHULUAN

            Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kehidupan manusia. Salah satunya adalah mempelajari tentang sosialisasi dan pembentukan kepribadian. Selain daripada itu, Sosiologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki cakupan luas dan memiliki banyak cabang. Hal ini disebabkan sosiologi memiliki tokoh-tokoh yang membuat studi sosiologi semakin berkembang mengikuti perkembangan zaman serta situasi yang dihadapi. Adapun para tokoh tersebut menyumbangkan teori-teorinya mengenai studi sosiologi sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang mereka alami dizamannya.
            Oleh karena itulah kami selaku pemakalah berusaha menjabarkan beberapa tokoh perintis sosiologi yang terkenal. Adapun tokoh-tokoh tersebut ialah Auguste Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim, Karl Marx, Marx Webber, dan Ibnu Khaldun.




















BAB II
PEMBAHASAN

TOKOH-TOKOH YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
1. Ibnu Khaldun (1332-1406)
Ibnu Khaldun lahir di Tunisia, Afrika Utara, 27 Mei 1332 (Faghirazadeh, 1982). Ia kahir dari keluarga terpelajar, dimasukkan ke sekolah Al-Quran, kemudian mempelajari matematika dan sejarah. Semasa hidupnya ia membantu berbagai Sultan di Tunisia, Maroko, Spanyol dan Al-Jazair sebagai duta besar, bendaharawan dan anggota dewan penasehat sultan.[1]
Adapun pendapat Khaldun tentang watak-watak masayarakat manusia dijadikannya sebagai landasan konsepsinya bahwa kebudayaan dalam berbagai bangsa berkembang melalui empat mazhab yaitu fase primitif atau nomaden, fase urbanisasi, fase kemewahan, dan fase kemunduran yang mengantarkan kehancuran. Kemudian keempat perkembangan ini oleh Khaldun sering disebut dengan fase pembangun, pemberi gambar gembira, penurut, dan penghancur.[2]
2. Auguste Comte (1789-1857)
Auguste Comte lahir di Mountpelier Perancis, 19 Januari 1798. Ia merupakan bapak sosiologi, orang pertama yang menggunakan istilah sosiologi (socius dan logos). Pengaruhnya besar sekali terhadap para teoritis sosiologi selanjutnya (terutama Hebert Spencer dan Emile Durkheim). Dia mempunyai anggapan bahwa sosiologi terdiri dari dua bagian pokok, yaitu social statistic (statika sosial atau struktur sosial yang ada) dan social dynamic (dinamika sosial atau perubahan sosial).[3] Sebagai sosial statistik, sosiologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga kemasyarakatan. Sebagai social dinamik, meneropong bagaimana lembaga-lembaga itu berkembang dan mengalami perkembangan sepanjang masa.[4]
Landasan pendekatan Comte ialah teori evolusinya atau hukum tiga tingkatan. Ia menyatakan ada tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui dunia di sepanjang sejarahnya. Pertama, tahap teologis menekankan pada keyakinan bahwa kekuatan adikodrati, tokoh agama, dan keteladanan kemanusiaan menjadi dasar segala sesuatu. Kedua, tahap metafisik ditandai oleh keyakinan bahwa kekuatan abstraklah yang menerangkan segala sesuatu, bukannya dewa-dewa personal. Ketiga, tahap positivistik yang ditandai oleh keyakinan terhadap ilmu sains. Manusia mulai cenderung menghentikan penelitian terhadap (Tuhan atau alam) dan dunia sosial guna mengetahui hukum-hukum yang mengaturnya. [5]
Dalam teorinya tentang dunia, Comte menyatakan bahwa kekacauan intelektual menyebabkan kekacauan sosial. Menurut pandangannya, kehidupan di dunia ini sudah cukup kacau, dan yang dibutuhkan dunia adalah perubahan intelektual. Ada beberapa aspek lain yang juga berperan penting dalam pengembangan teori sosiologi. Ia menyatakan bahwa kita harus memperhatikan struktur sosial dan perubahan sosial. Ia menekankan besarnya peran konsesnsus dalam masyarakat. Dan ia juga menekankan perlunya memahami teori abstrak dan melakukan riset sosiologi. Comte yakin sosiologi akhirnya akan menjadi kekuatan ilmiah dominan di dunia karena kemampuan istimewanya dalam menafsirkan hukum sosial dan melakukan reformasi yang bertujuan menyelesaikan masalah dalam sistem.
Menurut Comte, masyarakat harus diteliti atas dasar fakta-fakta objektif dan dia juga menekankan pentingnya penelitian-penelitian perbandingan antara berbagai masyarakat yang berlainan. Hasil karya Comte yang terutama adalah : [6]
  1. The Scientific Labors Necerssary for Reorganization of Society (1822);
  2. The Positive Philosophy (6 jilid 1830-1840);
  3. Subjective Synthesis (1820-1903).

3. Karl Marx (1818-1883)
            Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818. Ia adalah seorang ahli filsafat sejarah Jerman. Marx hidup selama abad ke-19, yaitu saat kapitalisme merajai wilayah Eropa dan Amerika.[7]
Marx yakin bahwa setiap manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam. Produktivitas mereka bersifat alamiah, yang memungkinkan mereka mewujudkan dorongan kreatif mendasar yang mereka miliki. Dengan kata lain manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Mereka perlu bekerja bersama untuk menghasilkan segala sesuatu yang mereka perlukan untuk hidup. Melalui perjalanan sejarah, proses alamiah ini dihancurkan, dan mencapai titik puncaknya dalam kapitalisme. Kapitalisme pada dasarnya adalah sebuah struktur yang membuat batas pemisah antara seorang individu dan proses produksi, produk yang diproses dan orang lain, dan akhirnya juga memisahkan diri individu itu sendiri.[8]
Dalam terminologi sarjana beraliran Marxist, tanaman produksi, pabrik baja, dan yang serupanya disebut sebagai alat-alat produksi, dan mereka yang menjadi pemiliknya disebut dengan kaum borjuis. Para pekerja yang menjual tenaganya untuk kaum borjuis itu disebut kaumproletar. Marx percaya bahwa setiap masyarakat kapitalis pada akhirnya akan terpecah oleh konflik antara kaum borjuis dan proletar.[9]
Menurut Marx, kapitalisme di dalamnya memiliki penyebab-penyebab kerusakannya. Kaum borjuis memberi upah yang sangat rendah sehingga kaum proletar hampir tidak mungkin bertahan hidup. Marx memberi prediksi bahwa kehidupan para pekerja yang sengsara itu akan memberi penyadaran bahwa satu-satunya cara untuk keluar dari kesengsaraan itu adalah dengan bersatu dan melakukan revolusi. Marx juga percaya bahwa sifat dasar pekerja industri juga memberi kontribusi bagi kejatuhan kapitalisme. Marx yakin bahwa tragedi kapitalisme terjadi dengan cara bahwa suatu sistem mentransformasikan kerja dari sesuatu yang bermakna menjadi sesuatu yang tidak bermakna.   [10]
4. Herbert Spencer (1820-1903)
Spencer lahir di Derby, Inggris 27 April 1820. Ia menganut pandangan evolusi yang berkeyakinan bahwa kehidupan masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang semakin baik dan karena itulah kehidupan masyarakat harus dibiarkan berkembang sendiri. Berbeda dengan Comte, Spencer memusatkan perhatian pada individu, sedangkan Comte menekankan pada unit yang lebih besar seperti keluarga.[11] Dalam bukunya The Principles of Sociology ( 3 jilid, 1877), Spencer menguraikan materi sosiologi secara rinci dan sistematis. Dia mengatakan bahwa objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan industri. Dia juga menekankan bahwa sosiologi harus menyoroti hubungan timbal balik antara unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-norma atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dan lembaga keagamaan.
Salah satu teori evolusinya berkaitan dengan peningkatan ukuran masyarakat. Masyarakat tumbuh melalui perkembangbiakan individu dan penyatuan kelompok-kelompok. Peningkatan ukurannya, masyarakat berubah melalui penggabungan, yakni makin lama makin menyatukan kelompok-kelompok yang berdampingan. Dalam tulisannya mengenai etika dan politik, Spencer mengemukakan gagasan evolusiya yang lain. Di satu sisi ia memandang masyarakat berkembang menuju keadaan moral yang ideal atau sempurna. Di sisi lain ia menyatakan bahwa masyarakat yang paling mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannyalah yang akan bertahan hidup, sedangkan masyarakat yang tak mampu menyesuaikan diri terpaksa menemui ajalnya. Hasil proses ini adalah peningkatan kemampuan menyesuaikan diri masyarakat secara keseluruhan.[12]
Hasil karya yang terkenal lainnya: [13]
  1. Social Statistic (1850);
  2. Principles of Psychology (1955);
  3. Principles of Biologis (2 jilid, 1864 dan 1961)
  4. Principles of Ethics (1893)

5. Emile Durkheim (1858-1917)
Emile Durkheim lahir di Epinal, Perancis 15 April. Dia adalah seorang sosiolog teoritis dan praktisi pendidikan. Durkheim fokus kepada kesatuan masyarakat.[14] Menurutnya, sosiologi meneliti lembaga-lembaga dalam masyarakat dan proses-proses sosial. Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanis, dan solidaritas organis. Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat semakin berkembang sehingga solidaritas mekanis berubah menjadi solidaritas organis.
Dalam The Rule of Sosiological Method (1895/1982) Durkheim menekankan bahwa tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang ia sebut sebagai fakta-fakta sosial. Ia membayangkan fakta sosial sebagai kekuatan dan struktur yang bersifat eksternal dan memaksa individu. Ia  juga membedakan antara dua tipe fakta sosial: material dan nonmaterial. Ia menyimpulkan bahwa masyarakat primitif dipersatukan terutama oleh fakta sosial nonmaterial. Sedangkan masyarakat modern, kekuatan kesadaran kolektif telah menurun, pembagian kerja yang ruwet, yang mengikat orang yang satu dengan orang lainnya dalam hubungan saling tergantung. Dan dalam karyanya yang terakhir, The Elementary Forms of Religious Life (1912/1965) Durkheim yakin bahwa sumber agama adalah masyarakat itu sendiri. Dalam agama primitif benda-benda seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang didewakan. Akhirnya Durkheim menyimpulkan bahwa masyarakat dan agama adalah satu dan sama. [15]
Dalam masalah sosiologi, ia mengklasifikasikan pembagian sosiologi atas tujuh kelompok, yaitu: [16]
1.      Sosiologi umum yang mencakup kepribadian individu dan kelompok manusia.
2.      Sosiologi agama
3.      Sosiologi hukum dan moral yang mencakup organisasi politik, organisasi social, perkawinan dan keluarga.
4.      Sosiologi tentang kejahatan
5.      Sosiologi ekonomi yang mencakup ukuran-ukuran penelitian dan kelompok kerja
6.      Demografi yang mencakup masyarakat pedesaan dan perkotaan
7.      Sosiologi estetika
Hasil karyanya yang terkemuka: [17]
1.      The Social Division of Labor (1893)
2.      The Rules of Sociological Method (1895)
3.      The Elementary Forms of Religious (1912)
6. Max Webber (1864-1920)
Max Webber, seorang Jerman yang lahir di Erfurt 21 April 1864. Weber belajar beragam subjek, mencakup hukum, ekonomi, sejarah, agama, dan filsafat. Dia juga sempat menduduki jabatan-jabatan akademik penting di sejumlah universitas di Jerman, dan dia juga merupakan tokoh terkenal dikalangan politisi pada masanya. Karya Weber pada dasarnya adalah teori tentang proses rasionalisasi.[18]
Weber percaya bahwa saat tradisi hilang dan digantikan dengan rasionalitas, Eropa mengalami industrialisasi dan mengadopsi ekonomi kapitalistik. Misalnya, dalam sebuah masyarakat tradisional seorang petani yang sakit mungkin akan meminta pertolongan tetangga, namun dalam masyarakat industri seorang pekerja yang sakit tak memilki siapapun kecuali agen birokrasi pemerintah. [19]
Ia berusaha memberikan pengertian mengenai perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi social. Weber melihat bahwa birokrasi sebagai contoh klasik rasionalisasi. Mengenai proses birokratisasi ia membedakan antara tiga jenis sistem otoritas yakni tradisional, karismatik, dan rasional legal. Max juga terkenal dengan teori ideal typus, yaitu merupakan suatu konstruksi dalam pikiran seorang peneliti yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis gejala-gejala dalam masyarakat. Karya yang ditulisnya antara lain: [20]
1.      The History of Trading Companies During the Moddle Ages (disertasi,1889)
2.      Economy and Society (1920)
3.      Collected Essays on Sociology of Region (3 jilid, 1921)

BAB III
KESIMPULAN

Dalam perkembangan sejarah sosiologi, banyak tokoh yang menyumbangkan pikirannya mengenai studi sosiologi, yakni diantaranya ada Auguste Comte, Karl Marx, Emile Durkheim, Herbert Spencer, Marx Webber, dan masih banyak lagi.
Auguste Comte berpendapat ada tiga tingkatan intelektual yang harus dilalui dunia di sepanjang sejarahnya yakni tahap teologis, tahap metafistik, tahap pisitivistik. Karl Marx berpendapat bahwa setiap manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam. Dengan kata lain manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial. Dan Emile Durkheim berpandangan bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas. Ia membedakan antara dua tipe utama solidaritas: solidaritas mekanis, solidaritas organis. Sedangkan Herbbert Spencer mengatakan bahwa objek sosiologi yang pokok adalah keluarga, politik, agama, pengendalian sosial dan industri. Dia juga menekankan bahwa sosiologi harus menyoroti hubungan timbal balik antara unsur-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-norma atas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dan lembaga keagamaan. Dan begitu juga dengan Marx Webber ia memandang sosiologi dengan rasionalitas. Weber percaya bahwa saat tradisi hilang dan digantikan dengan rasionalitas, Eropa mengalami industrialisasi dan mengadopsi ekonomi kapitalistik.
Walaupun mereka berbeda pendapat antara satu sama lain, namun pendangan mereka mengenai sosiologi membuat studi sosiologi semakin berkembang.




[1] George Ritzer dan  Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern,  hlm 8
[2] Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosiologi, hlm 101
[3] George Ritzer dan Duoglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, hlm 17
[4] http//:www.aton29.wordpress.com
[5] George Ritzer dan Duoglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, hlm 17-18
[6] http//:www.aton29.wordpress.com
[7] Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, hlm 4
[8] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, hlm 31-34
[9] Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, hlm 4
[10] Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, hlm  4-5
[11] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, hlm 49-50
[12] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, hlm 50-51
[13] http//:www.aton29.wordpress.com
[14] Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, hlm 5
[15] George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, hlm 21-22
[16] http//:www.aton29.wordpress.com
[17] http//:www.aton29.wordpress.com
[18] Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, hlm 7
[19]Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, hlm 7
[20] http//:www.aton29.wordpress.com

Tidak ada komentar: