Minggu, 19 Oktober 2014

Yuk Motivasi Diri Sendiri Karena Allah (Ini kisahku, apa kisahmu?)



Cerita Fida
Hari ini tanggal 06 September 2014, di lobi tarbiyah lantai 3 depan lift dosen irvani memulai menapakkan kakinya kembali di kampus. Ia akan memulai perkuliahan. Selain itu, ia juga akan memulai berjuang untuk menyusun skripsinya. Perasaan awal yang ia rasakan ialah campur-campur. Atara senang, takut, semangat, dan penuh harap. Tapi dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa apapun rintangan dan kesulitan yang nanti akan dihadapinya ia akan tetap terus berusaha melangkah maju.  Tidak ada kata putus asa lagi dalam kamus fida. kata BT, Jenuh, suntuk, pusing, lelah, males, harus dibuang jauh-jauh dari benak fida. Now, fida harus berjuang. Kata mamah kelemahan fida adalah 'keras kepala'. Hehe... Kata mamahku, yang bernama nyonya Tsamrotunnafiah begini “Fida, kamu itu sebenarnya pinter.  Seperti anak-anak mamah yang lain. Asal dia mau berusaha dan sungguh-sungguh berusaha keras, walaupun berpayah-payah, kamu bisa dapat yang terbaik. Nah... Tapi kelemahan kamu itu adalah punya “BATU” alias sifat keras kepala dan gak mau menerima masukan dari orang lain”. Lanjut mamah Fida, “ Kalau BATU itu bisa kamu pecahkan dan kamu hancurkan dalam pikiranmu kamu bisa berhasil”. 
Ok friend, intinya apa yang mama fida bilang itu adalah kunci kehidupan ini adalah SIAP. Jadi seorang manusia harus 'SIAP' menghadapi apapun yang ada di depanya. Karena menurut beliau, Segala cobaan atau rintangan yang kamu dapati adalah sudah pada porsinya. Apa maksudnya? Maksudnya sesulit apapun rintangan yang diujikan Allah untuk kamu, itu sudah sesuai dengan porsi kesannggupan kamu bro. Fine, guys. Itu Emang bener Cie, Coba deh lihat Ayat Al-qur’an, yang artinya: “ Sesungguhnya Allah tidak memberikan cobaan kepada suatu kaum, melebihi batas kemampuanya.” Bener kan? Huf... kata orang bicara itu mudah, tapi aplikasinya ini lho. Apalagi kalau kita ngerasa gk sanggup lagi tuk menghadapi masalah atau cobaan itu. Kebanyakan orang bilang Cie,,, Huft BT Abiez rasanya, mau begini salah, mau begitu salah, jadi mau begini nanti takutnya ...., mau begitu nanti jadinya...., kayanya gw gak sanggup lagi. Lalu the Endnyaa... ya ngelakuin hal-hal yang gak jelas, atau berleha-leha dan berdiam diri tidak mau melakukan apa-apa, atau ada juga yang beralih ke tindakan negatif.  Nauudzubillah dech, jangan sampai itu pernah terpikir atau terjadi pada diri kita.
Guys, aku Fida. Aku muslimah. Tapi jujur aku gak tau aku tuh termasuk golongan muslimah yang mana? Alias yang tingkat imannya di tingkat berapa. Yang jelas dulu aku tuh sering baget mengalami BT yang berlebih. BT berlebih maksudnya kalau aku lagi BT baik saat gak bisa nyelesain masalah, atau takut menghadapi suatu tantangan, aku suka mogok beramal. Serasa dunia sempit, sesempit daun kelor. Rasanya nano-nano, jadi kerjaannya tiap hari Cuma makan, tidur, nonton tv, dengerin lagu dan nyanyi-nyayi gak jelas deh. Kalau orang kan BT atau jenuh paling lama mungkin Cuma seminggu. Nah kalau aku bisa berbulan-bulan. Hidup kaya kalong alias kelelawar. Kalau malam gak bisa tidur mikirin kehidupan dan masalah yang berputar-putar di otak. tapi kalau pagi seolah gak mau ngelihat matahari terbit alias gak sanggup menghadap; hari.  Jadi kerjaannya molor, makan, dan segala kegiatan gak jelas.
******
Hai Guys, kemarin tanggal 16 September 2014 aku baca sebuah kisah yang inspiratif banget. Kaya’nya ini cocok banget buat di share atau dijadiin memori inspiratif di otak kita. Begini kisah yang aku baca dari sebuah buku yang  karya Abdul Kholik, yang judulnya “Curhat Bersama Nabi”, Baca baik-baik yaa!
Kisah Inspiratif dari tokoh ahli hadits
Zaman dahulu sekitar 104 H, dikisahkan ada seorang prajurit yang ditugaskan oleh raja untuk mengawasi daerah perbatasan negeri Irak. Tugasnya adalah ngasih informasi ke kerajaan kalau ada bahaya mengancam kerajaan. Suatu saat, waktu lagi berpatroli, ia ngelihat ada pemandangan yang menarik perhatiannya:
Pemandangan itu adalah sebuah tenda yang kusam dan lusuh di tengah tanah lapang. Karena penasaran, prajurit itu mendekati tenda itu dan mengintip ke dalam. Ternyata tenda itu dihuni oleh seorang kakek yang sudah tua renta.
Sang kakek itu adalah orang yang buta, telinganya hampir tuli, serta kedua tangan dan kakinya buntung. Prajurit itu pun maju lebih dekat agar bisa mendengar apa yang lagi diucapkan oleh sang kakek. Ternyata kakek itu sedang berdoa kepada Allah Swt. dengan menengadahkan kepalanya ke atas. Dalam doanya, ia berucap, “Ya Allah, betapa banyak nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Engkau telah memberikan begitu banyak keistimewaan pada diriku, yang mana keistimewaan itu tidak dimiliki oleh hamba-Mu yang lain. Ya Allah, bantulah hamba agar bisa senantiasa bersyukur kepada-MU.”
Mendengar doa seperti itu, si prajurit duduk termangu sambil berkata dalam hati, apa sebenarnya kenikmatan yang dirasakan dan keistimewaan yang dimiliki oleh sang kakek itu sampai-sampai ia memohon kepada Allah agar bisa terus bersyukur. Karena rasa penasaran yang semakin menjadi-jadi, akhirnya prajurit itu mengucapkan salam dan dipersilahkan untuk masuk oleh sang kakek. Sampai di dalam, prajurit itu langsung bertanya, “Kakek, tadi saya dengar Anda melantunkan doa yang menurutku sangat aneh karena doa itu tidak sesuai dengan kondisi Anda.” “Memangnya ada yang salah dengan doaku?” Tanya sang kakek. “Apa kenikmatan yang Anda rasakan dan apa keistimewaan yang sudah Allah berikan kepadamu, padahal kondisimu begitu mengenaskan?” tanya prajurit itu.
Kakek itu menjawab, “Wahai pemuda, sesungguhnya Allah telah memberikan karunia yang begitu besar kepadaku. Seandainya Allah mengirimkan halilintar untuk membakar tubuhku atau Allah menenggelamkan diriku ke dalam lautan yang sangat dalam, atau Allah mengangkat gunung besar dan menjatuhkannya ke atas tubuhku hingga hancur berkeping-keping, niscaya semua itu tidak akan menambah selain rasa syukurku kepada AllahSwt. Karena Dia sudah memberikan nikmat yag tidak ternilai harganya kepadaku berupa lisan. Dengan lisan ini sya bisa membaca Al-Qur’an. Dengan lisan ini saya bisa berzikir kepada Allah. Dengan lisan ini saya bisa menasihati orang lain untuk beramar ma’ruf nahi munkar.”
Kakek itu melajutkan, “Wahai pemuda, syukurlah kamu datang. Sebenarnya saya punya seorang putra yang selama ini selalu membantu saya mengambilkan air wudu, menyuapi saya ketika lapar, mengambilkan air minum ketika saya haus, dan membantu semua urusanku. Namun, sudah tiga hari tiga malam anakku itu tidak kembali ke tenda ini. Maukah kamu membantu saya mencarikan anakku itu?”. (Ucapan kakek ini menandakan bahwa dia sudah tiga hari tiga malam tidak makan dan minum).
Karena merasa iba, prajurit itu pun pergi mencari anak sang kakek. Ia mengelilingi tenda, tetapi anak sang kakek itu tidak ditemukan. Akhirnya, prajurit itu pergi ke tempat yang lebih jauh dan naik ke sebuah bukit dengan harapan bisa melihat sosok manusia. Benar saja, di kejauhan ia melihat sebuah titik hitam yang kemungkinan adalah manusia. Ia pun mendekati titik itu, dan ternyata itu adalah seorang manusia yang sedang tertelungkup dengan kondisi tubuh yang sudah tercabik-cabik dimakan binatang buas. Prajurit itu langsung ngerasa yakin kalau mayat itu adalah putra sang kakek.
Prajurit itu kemudian kembali ke tenda sambil berpikir bagaimana caranya memberi tahu kondisi  anaknya itu kepada sang kakek. Sesampainya di tenda, sang kakek langsung menanyakan kabar putranya. Prajurit itu pun mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menceritakan kisah kesabaran dan kesyukuran nabi Ayub a.s. waktu diuji sama Allah dengan beragam ujian. Setelah panjang lebar bercerita, sang kakek pun kembali menanyakan kabar putranya. Karena terus didesak, akhirnya prajurit itu pun menyampaikan kabar yang sebenarnya bahwa putranya sudah meninggal dimakan binatang buas. Mendengar kabar itu, sang kakak pun menundukkan kepalanya dan mengucapkan kalimat istirja (inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un) dan tahlil (La ilah Illallah) kemudian mengembuskan napasnya yang terakhir. Akhirnya prajurit itu pun menguburkan mayat sag kakek dan putranya, kemudian langsung kembali ke pos penjagaan tempatnya bertugas.
Malam harinya, waktu prajurit itu tidur, ia bermimpi bertemu dengan kakek yang  tinggal di tenda. Dalam mimpinya itu, si prajurit melihat kondisi sang kakek sudah berubah 180 derajat. Semua panca indera kakek itu kembali utuh dan wajahnya berseri-seri. Kakek itu memakai dua helai kain sutra dan sedang berjalan-jalan di taman surga. Karena keheranan, prajurit itu bertanya, “Kakek, benarkah Anda yang saya temui dan saya kuburkan tadi siang?” Kakek itu menjawab, “Benar wahai anak muda, saya bisa berada di tempat ini (surga) karena saya berusaha untuk senantiasa bersyukur dan bersabar.”*
*ini adalah kisah seorang ulama hadis dari kalangan tabiin yang bernama Abdullah bin Zaid bin Amr bin Nabil al-Jarbi yang meiliki nama kunyah (nama panggilan) Abu Qilabah. Beliau hidup di Bashrah dan wafat di Syam (Suriah) pada 104 H.
Nah kawand, dari kisah itu mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmah yang dapat dijadikan motivasi dalam kehidupan kita ini. Tidak diragukan lagi bahwa dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, di sela-sela kenikmatan dan kebahagiaan yang dialaminya, seorang mukmin nggak akan pernah lepas dari yang namanya ujian dan musibah. Kalau kita nggak percaya, coba dech kita kasih contoh manusia yang nggak pernah diuji oleh Allah, atau orang yang selalu bahagia karena tidak pernah mendapat musibah, atau orang yang selalu sedih, bisa? Saya bisa bilang kaya gitu soalnya Allah sudah memastikan kalau setiap mukmin itu pasti akan diuji dengan berbagai macam ujian. Ini ditegaskan dalam salah satu firman-Nya, yaitu dalam  QS. Al-‘Ankabut [29]: 2-3 yang artinya:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-‘Ankabut [29]: 2-3)
Guys, di  ayat lain Allah juga menerangkan dalam firmanNya, yaitu pada surat Al-Baqarah ayat 155-157  yang artinya:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yag apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.(Al-Baqarah ayat, [2]: 155-157)
Okk deh guys, kisah aku tadi aku copy paste dari bukunya Pak Abdul Kholik, mudah-mudahan bisa bermanfaat ya. Manfaat buat kita semua dalam memulai lagi aktivitas hidup kita dengan syukur dan sabar. Bersyukur dengan siap melakukan yang ma’ruf dan menghadapi rintangan or cobaan Allah untuk membuktikan iman kita. Yups, biar kita bisa naik level ke tingkat mukmin selanjutnya. Kita juga belajar untuk bersabar ketika musibah datang, dan nggak lepas mengingat Allah supaya hati kita tentram, dan jangan lupa tentunya mohon petunjuk dan yakin bahwa kita kuat menghadapinya. Mulai aktivitas lagi buat selesaian masalah yang ngeganggu otak kita, setahap demi setahap. Yakin Allah pasti beri jalan terbaikNya. Keep Spirit sahabat surgaku... (.^_^.) <3 p="">

                ****



Tidak ada komentar: