Cerita Fida
Hari ini
tanggal 06 September 2014, di lobi tarbiyah lantai 3 depan lift dosen irvani
memulai menapakkan kakinya kembali di kampus. Ia akan memulai perkuliahan.
Selain itu, ia juga akan memulai berjuang untuk menyusun skripsinya. Perasaan
awal yang ia rasakan ialah campur-campur. Atara senang, takut, semangat, dan
penuh harap. Tapi dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa apapun rintangan dan
kesulitan yang nanti akan dihadapinya ia akan tetap terus berusaha melangkah
maju. Tidak ada kata putus asa lagi
dalam kamus fida. kata BT, Jenuh, suntuk, pusing, lelah, males, harus dibuang
jauh-jauh dari benak fida. Now, fida harus berjuang. Kata mamah kelemahan fida
adalah 'keras kepala'. Hehe... Kata mamahku, yang bernama nyonya Tsamrotunnafiah
begini “Fida, kamu itu sebenarnya pinter.
Seperti anak-anak mamah yang lain. Asal dia mau berusaha dan
sungguh-sungguh berusaha keras, walaupun berpayah-payah, kamu bisa dapat yang
terbaik. Nah... Tapi kelemahan kamu itu adalah punya “BATU” alias sifat keras
kepala dan gak mau menerima masukan dari orang lain”. Lanjut mamah Fida, “
Kalau BATU itu bisa kamu pecahkan dan kamu hancurkan dalam pikiranmu kamu bisa
berhasil”.
Ok friend,
intinya apa yang mama fida bilang itu adalah kunci kehidupan ini adalah SIAP.
Jadi seorang manusia harus 'SIAP' menghadapi apapun yang ada di depanya. Karena
menurut beliau, Segala cobaan atau rintangan yang kamu dapati adalah sudah pada
porsinya. Apa maksudnya? Maksudnya sesulit apapun rintangan yang diujikan Allah
untuk kamu, itu sudah sesuai dengan porsi kesannggupan kamu bro. Fine, guys.
Itu Emang bener Cie, Coba deh lihat Ayat Al-qur’an, yang artinya: “ Sesungguhnya
Allah tidak memberikan cobaan kepada suatu kaum, melebihi batas kemampuanya.”
Bener kan? Huf... kata orang bicara itu mudah, tapi aplikasinya ini lho.
Apalagi kalau kita ngerasa gk sanggup lagi tuk menghadapi masalah atau cobaan
itu. Kebanyakan orang bilang Cie,,, Huft BT Abiez rasanya, mau begini salah,
mau begitu salah, jadi mau begini nanti takutnya ...., mau begitu nanti jadinya....,
kayanya gw gak sanggup lagi. Lalu the Endnyaa... ya ngelakuin hal-hal yang gak
jelas, atau berleha-leha dan berdiam diri tidak mau melakukan apa-apa, atau ada
juga yang beralih ke tindakan negatif.
Nauudzubillah dech, jangan sampai itu pernah terpikir atau terjadi pada
diri kita.
Guys, aku Fida.
Aku muslimah. Tapi jujur aku gak tau aku tuh termasuk golongan muslimah yang
mana? Alias yang tingkat imannya di tingkat berapa. Yang jelas dulu aku tuh
sering baget mengalami BT yang berlebih. BT berlebih maksudnya kalau aku lagi
BT baik saat gak bisa nyelesain masalah, atau takut menghadapi suatu tantangan,
aku suka mogok beramal. Serasa dunia sempit, sesempit daun kelor. Rasanya nano-nano,
jadi kerjaannya tiap hari Cuma makan, tidur, nonton tv, dengerin lagu dan
nyanyi-nyayi gak jelas deh. Kalau orang kan BT atau jenuh paling lama mungkin
Cuma seminggu. Nah kalau aku bisa berbulan-bulan. Hidup kaya kalong alias
kelelawar. Kalau malam gak bisa tidur mikirin kehidupan dan masalah yang
berputar-putar di otak. tapi kalau pagi seolah gak mau ngelihat matahari terbit
alias gak sanggup menghadap; hari. Jadi
kerjaannya molor, makan, dan segala kegiatan gak jelas.
******
Hai Guys,
kemarin tanggal 16 September 2014 aku baca sebuah kisah yang inspiratif banget.
Kaya’nya ini cocok banget buat di share atau dijadiin memori inspiratif di otak
kita. Begini kisah yang aku baca dari sebuah buku yang karya Abdul Kholik, yang judulnya “Curhat
Bersama Nabi”, Baca baik-baik yaa!
Kisah
Inspiratif dari tokoh ahli hadits
Zaman dahulu
sekitar 104 H, dikisahkan ada seorang prajurit yang ditugaskan oleh raja untuk
mengawasi daerah perbatasan negeri Irak. Tugasnya adalah ngasih informasi ke
kerajaan kalau ada bahaya mengancam kerajaan. Suatu saat, waktu lagi
berpatroli, ia ngelihat ada pemandangan yang menarik perhatiannya:
Pemandangan itu
adalah sebuah tenda yang kusam dan lusuh di tengah tanah lapang. Karena
penasaran, prajurit itu mendekati tenda itu dan mengintip ke dalam. Ternyata tenda
itu dihuni oleh seorang kakek yang sudah tua renta.
Sang kakek itu
adalah orang yang buta, telinganya hampir tuli, serta kedua tangan dan kakinya
buntung. Prajurit itu pun maju lebih dekat agar bisa mendengar apa yang lagi
diucapkan oleh sang kakek. Ternyata kakek itu sedang berdoa kepada Allah Swt.
dengan menengadahkan kepalanya ke atas. Dalam doanya, ia berucap, “Ya Allah,
betapa banyak nikmat yang telah Engkau limpahkan kepadaku. Engkau telah
memberikan begitu banyak keistimewaan pada diriku, yang mana keistimewaan itu
tidak dimiliki oleh hamba-Mu yang lain. Ya Allah, bantulah hamba agar bisa
senantiasa bersyukur kepada-MU.”
Mendengar doa
seperti itu, si prajurit duduk termangu sambil berkata dalam hati, apa sebenarnya
kenikmatan yang dirasakan dan keistimewaan yang dimiliki oleh sang kakek itu
sampai-sampai ia memohon kepada Allah agar bisa terus bersyukur. Karena rasa penasaran
yang semakin menjadi-jadi, akhirnya prajurit itu mengucapkan salam dan
dipersilahkan untuk masuk oleh sang kakek. Sampai di dalam, prajurit itu langsung
bertanya, “Kakek, tadi saya dengar Anda melantunkan doa yang menurutku sangat
aneh karena doa itu tidak sesuai dengan kondisi Anda.” “Memangnya ada yang
salah dengan doaku?” Tanya sang kakek. “Apa kenikmatan yang Anda rasakan dan
apa keistimewaan yang sudah Allah berikan kepadamu, padahal kondisimu begitu
mengenaskan?” tanya prajurit itu.
Kakek itu
menjawab, “Wahai pemuda, sesungguhnya Allah telah memberikan karunia yang
begitu besar kepadaku. Seandainya Allah mengirimkan halilintar untuk membakar
tubuhku atau Allah menenggelamkan diriku ke dalam lautan yang sangat dalam,
atau Allah mengangkat gunung besar dan menjatuhkannya ke atas tubuhku hingga
hancur berkeping-keping, niscaya semua itu tidak akan menambah selain rasa
syukurku kepada AllahSwt. Karena Dia sudah memberikan nikmat yag tidak ternilai
harganya kepadaku berupa lisan. Dengan lisan ini sya bisa membaca Al-Qur’an.
Dengan lisan ini saya bisa berzikir kepada Allah. Dengan lisan ini saya bisa
menasihati orang lain untuk beramar ma’ruf nahi munkar.”
Kakek itu
melajutkan, “Wahai pemuda, syukurlah kamu datang. Sebenarnya saya punya seorang
putra yang selama ini selalu membantu saya mengambilkan air wudu, menyuapi saya
ketika lapar, mengambilkan air minum ketika saya haus, dan membantu semua
urusanku. Namun, sudah tiga hari tiga malam anakku itu tidak kembali ke tenda
ini. Maukah kamu membantu saya mencarikan anakku itu?”. (Ucapan kakek ini
menandakan bahwa dia sudah tiga hari tiga malam tidak makan dan minum).
Karena merasa
iba, prajurit itu pun pergi mencari anak sang kakek. Ia mengelilingi tenda,
tetapi anak sang kakek itu tidak ditemukan. Akhirnya, prajurit itu pergi ke
tempat yang lebih jauh dan naik ke sebuah bukit dengan harapan bisa melihat
sosok manusia. Benar saja, di kejauhan ia melihat sebuah titik hitam yang
kemungkinan adalah manusia. Ia pun mendekati titik itu, dan ternyata itu adalah
seorang manusia yang sedang tertelungkup dengan kondisi tubuh yang sudah
tercabik-cabik dimakan binatang buas. Prajurit itu langsung ngerasa yakin kalau
mayat itu adalah putra sang kakek.
Prajurit itu
kemudian kembali ke tenda sambil berpikir bagaimana caranya memberi tahu
kondisi anaknya itu kepada sang kakek.
Sesampainya di tenda, sang kakek langsung menanyakan kabar putranya. Prajurit
itu pun mencoba mengalihkan pembicaraan dengan menceritakan kisah kesabaran dan
kesyukuran nabi Ayub a.s. waktu diuji sama Allah dengan beragam ujian. Setelah
panjang lebar bercerita, sang kakek pun kembali menanyakan kabar putranya.
Karena terus didesak, akhirnya prajurit itu pun menyampaikan kabar yang sebenarnya
bahwa putranya sudah meninggal dimakan binatang buas. Mendengar kabar itu, sang
kakak pun menundukkan kepalanya dan mengucapkan kalimat istirja (inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un)
dan tahlil (La ilah Illallah)
kemudian mengembuskan napasnya yang terakhir. Akhirnya prajurit itu pun
menguburkan mayat sag kakek dan putranya, kemudian langsung kembali ke pos
penjagaan tempatnya bertugas.
Malam harinya,
waktu prajurit itu tidur, ia bermimpi bertemu dengan kakek yang tinggal di tenda. Dalam mimpinya itu, si
prajurit melihat kondisi sang kakek sudah berubah 180 derajat. Semua panca
indera kakek itu kembali utuh dan wajahnya berseri-seri. Kakek itu memakai dua
helai kain sutra dan sedang berjalan-jalan di taman surga. Karena keheranan,
prajurit itu bertanya, “Kakek, benarkah Anda yang saya temui dan saya kuburkan
tadi siang?” Kakek itu menjawab, “Benar wahai anak muda, saya bisa berada di
tempat ini (surga) karena saya berusaha untuk senantiasa bersyukur dan
bersabar.”*
*ini adalah kisah seorang ulama hadis dari kalangan tabiin
yang bernama Abdullah bin Zaid bin Amr bin Nabil al-Jarbi yang meiliki nama kunyah (nama panggilan) Abu Qilabah.
Beliau hidup di Bashrah dan wafat di Syam (Suriah) pada 104 H.
Nah kawand, dari
kisah itu mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmah yang dapat dijadikan
motivasi dalam kehidupan kita ini. Tidak diragukan lagi bahwa dalam mengarungi
kehidupan di dunia ini, di sela-sela kenikmatan dan kebahagiaan yang
dialaminya, seorang mukmin nggak akan pernah lepas dari yang namanya ujian dan
musibah. Kalau kita nggak percaya, coba dech kita kasih contoh manusia yang
nggak pernah diuji oleh Allah, atau orang yang selalu bahagia karena tidak
pernah mendapat musibah, atau orang yang selalu sedih, bisa? Saya bisa bilang
kaya gitu soalnya Allah sudah memastikan kalau setiap mukmin itu pasti akan
diuji dengan berbagai macam ujian. Ini ditegaskan dalam salah satu firman-Nya,
yaitu dalam QS. Al-‘Ankabut [29]: 2-3
yang artinya:
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji
lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia
mengetahui orang-orang yang dusta”. (QS. Al-‘Ankabut [29]: 2-3)
Guys, di ayat lain Allah juga menerangkan dalam
firmanNya, yaitu pada surat Al-Baqarah ayat 155-157 yang artinya:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan
buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar,
(yaitu) orang-orang yag apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna
lillahi wa inna ilaihi raji’un”. Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang
sempurna dan rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk.(Al-Baqarah ayat, [2]: 155-157)
Okk deh guys,
kisah aku tadi aku copy paste dari bukunya Pak Abdul Kholik, mudah-mudahan bisa
bermanfaat ya. Manfaat buat kita semua dalam memulai lagi aktivitas hidup kita
dengan syukur dan sabar. Bersyukur dengan siap melakukan yang ma’ruf dan
menghadapi rintangan or cobaan Allah untuk membuktikan iman kita. Yups, biar
kita bisa naik level ke tingkat mukmin selanjutnya. Kita juga belajar untuk
bersabar ketika musibah datang, dan nggak lepas mengingat Allah supaya hati
kita tentram, dan jangan lupa tentunya mohon petunjuk dan yakin bahwa kita kuat
menghadapinya. Mulai aktivitas lagi buat selesaian masalah yang ngeganggu otak
kita, setahap demi setahap. Yakin Allah pasti beri jalan terbaikNya. Keep
Spirit sahabat surgaku... (.^_^.)
<3 p="">
3>
****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar